• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Pentingnya Membincang Konflik Israel-Palestina bersama Anak-anak

Perlu sekali membincangkan konflik Israel-Palestina dengan anak-anak, untuk menghindari generalisasi dan stereotip yang mungkin mempertahankan kesalahpahaman

Fatwa Amalia Fatwa Amalia
04/11/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Konflik Israel-Palestina

Konflik Israel-Palestina

2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Ustadzah, apakah orang Yahudi itu baik? Kan mereka yang menghina Palestina?” Tanya siswa saya kepada saya.

Saya terkejut ketika pertanyaan tersebut muncul dari mulut anak-anak. Mereka menanyakan hal yang sebelumnya sama sekali tidak terpikirkan oleh saya. Yaitu menilai baik buruknya seseorang hanya berdasarkan agama yang mereka anut. Saya bersyukur mereka kritis mempertanyakan hal ini. Tandanya, detik itu juga pembelajaran kami berlangsung.

Konflik antara Palestina dan Israel tidak bisa kita pandang secara sederhana dan hitam putih, Islam versus Yahudi. The conflict between Israel and Palestine is deeply rooted in territorial, political, and historical disputes, rather than being driven by religious differences.

Israel maupun Palestina terdiri dari beragam kelompok agama dan entitas yang beragam. Memang Israel dominan dihuni oleh orang Yahudi. Tapi di sana juga ada warga Muslim Arab, Kristen, dan kelompok minoritas lainnya. Begitu juga dengan Palestina. Keragaman ini menunjukkan bahwa konflik yang sedang terjadi tidak berdasarkan pada agama tetapi lebih pada masalah politik dan territorial.

Perlu sekali membincangkan konflik Israel-Palestina dengan anak-anak, untuk menghindari generalisasi dan stereotip yang mungkin mempertahankan kesalahpahaman bahwa yang tengah terjadi hari ini adalah perang agama.

Baca Juga:

Al-Qur’an Membebaskan Manusia dari Situasi Dunia Gelap Menuju Cahaya

Alat Pendeteksi Jiwa

Runtuhnya Rezim Bashar al-Assad dan Harapan Baru untuk Suriah

Api di Gaza: Rumah Sakit Indonesia Terbakar, Kemanusiaan Dihancurkan

Konflik Israel-Palestina Bukan Konflik Agama

“Anak-anak… Misalnya kamu punya rumah, kemudian ada orang datang ke rumah untuk menginap sebentar. Karena kamu manusia yang baik, kamu menolongnya. Nah,  ternyata tamunya nyaman berada di rumahmu, dia bertamu lebih dari 3 hari dan mengatakan kepada kawan-kawannya juga banyak orang bahwa rumah yang ia tinggali adalah rumahnya, bukan rumahmu.

Kalau kamu jadi tuan rumahnya, apa yang kamu lakukan?” Saya memantik pertanyaan ini kepada teman-teman kecil saya. Untuk menjelaskan kepada anak-anak, kita perlu analogi ringan dan tepat.

Kemudian barulah saya menjelaskan tentang konflik Israel-Palestina yang bermula pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika gerakan Zionis, yang berupaya mendirikan tanah air Yahudi mulai mendapatkan ruang. Tujuan Zionis adalah mendirikan tanah air Yahudi di Palestina, yang  saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman.

Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris pada Perang Dunia I, menyatakan dukungan untuk pembentukan National home for the Jewish people di Palestina. Deklarasi ini semakin memperburuk konflik tentang tanah di wilayah Palestina. Zionisme berusaha menciptakan negara Yahudi di Palestina, sementara Palestina berusaha mempertahankan tanah mereka.

Selama Perang Dunia, imigrasi Yahudi ke Palestina meningkat. Perebutan wilayah dan identitas ini memperlebar kesenjangan antara orang Yahudi dan Palestina. Hingga pada akhirnya menjadi dasar  konflik yang panjang dan berdarah di tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 1948, Negara Israel  resmi berdiri. Hal ini menyebabkan pengusiran massal sekitar satu juta warga Arab Palestina dari tanah mereka dan berdirinya negara mayoritas Yahudi di tanah Palestina.

Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Nakba (bencana).

Perang Enam Hari Perang tahun 1967 dan Perang Yom Kippur tahun 1973 juga memperburuk keadaan sehingga menyebabkan perubahan di wilayah Palestina.

Berdasarkan penjelasan di atas, saya dan anak-anak menarik kesimpulan bahwa konflik Israel-Palestina berakar pada faktor sejarah, politik, dan territorial.

Let Me Stand Alone

Selain menjelaskan asal mula konflik Israel-Palestina, untuk menjawab pertanyaan apakah konflik tersebut adalah konflik agama? Saya menceritakan “Let Me Stand Alone:​ The Journals of Rachel Corrie” kepada anak-anak.

Buku tersebut berisi tentang catatan harian pribadi yang ditulis oleh Rachel Corrie, aktivis perdamaian sepanjang hidupnya. Buku ini berisi pemikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi Rachel Corrie selama  berada di Palestina.

Pada tahun 2003, Rachel Corrie bergabung dengan Gerakan Solidaritas Internasional (ISM), sebuah LSM yang mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina dan berupaya melindungi mereka dari kekerasan dan pengusiran oleh pasukan Israel.

Corrie tiba di Jalur Gaza pada bulan Januari 2003 dan langsung terlibat dalam kerja lapangan dengan ISM.Pada tanggal 16 Maret 2003, Rachel Corrie berpartisipasi dalam  protes di Rafah, sebuah kota di Gaza yang terkenal dengan konflik dan penghancuran rumah oleh Zionis.

Corrie dan beberapa  aktivis lainnya berusaha menghentikan buldoser Zionis yang menghancurkan rumah sebuah keluarga Palestina. Rachel berdiri di depan buldoser dengan tangan kosong dan mengenakan jaket oranye yang merupakan tanda pengenal  aktivis perdamaian.

Kematian Rachel Corrie

Sayangnya, buldoser terus bergerak maju dan akhirnya menghancurkan Rachel Corrie. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat, namun sayangnya lukanya sangat parah hingga ia meninggal di hari yang sama. Kematian Rachel Corrie menimbulkan reaksi  besar di seluruh dunia dan menarik perhatian  media.

Kematian Rachel Corrie menimbulkan pertanyaan mengenai taktik dan tindakan militer Israel di Jalur Gaza, serta  keselamatan para aktivis perdamaian yang memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina. Israel mengatakan buldoser tersebut tidak melihat Rachel Corrie dan kecelakaan itu tidak disengaja, sementara Rachel Corrie dan pendukung ISM mengatakan dia sengaja menjadi sasaran.

Kematian Rachel Corrie masih menjadi isu kontroversial dalam perdebatan  konflik Israel-Palestina dan hak asasi manusia. Namanya kita kenang sebagai simbol perjuangan gigih aktivis perdamaian tersebut, dan ia telah menjadi subjek buku, film, dan karya seni untuk menghormatinya.

Lewat Let Me Stand Alone ini, saya ingin menyampaikan sisi lain pemeluk agama Yahudi kepada anak-anak. Ternyata ada loh… Orang Yahudi yang membela Palestina,  sekaligus menjadikan pembelajaran bahwa baik buruknya seseorang, bergantung apa yang mereka lakukan. Perempuan pemberani itu juga menjadi simbol bawa kemanusiaan dan akal sehat dalam beragama kita perlukan saat ini.

Mengajak Anak Membaca Cerita Personal Korban

“Teman-teman, apa yang kamu rasakan ketika ada manusia yang tertindas dan mereka memperjuangkan haknya?” Tanya saya kepada anak-anak. Dalam keadaan seperti ini, kita perlu memantik perasaan mereka untuk menumbuhkan empati.

Hal ini juga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri anak-anak. Merekam bagaimana warga Palestina mempertahankan haknya. Kemudian kita perlu mendiskusikan dampak untuk masa depan negara dan generasi berikutnya yang diakibatkan oleh genosida Israel kepada Palestina.

Anak-anak juga perlu dipupuk kepeduliannya dengan menyalurkan donasi. Kemudian juga melihat pentingnya hak anak. Mengapa anak perlu mendapat perlindungan dalam kondisi darurat? Apa saja prioritas hak anak dalam situasi bencana atau genosida? Setelah itu, kita bisa belajar bersyukur karena masih mendapat hak untuk belajar, aman, dan nyaman di sekolah.

Saya ingat sekali, Habib Husein Jafar pernah mengatakan bahwa “Yang terjadi di Palestina adalah tragedi kemanusiaan. Tentang manusia yang dijajah dan dihabisi, sehingga kita harus berdiri membela nilai-nilai kemanusiaan, apapun agamanya. Karena semua agama memerintahkan untuk membela kemanusiaan. Tidak ada satupun agama yang membenarkan anti kemanusiaan atas kepentingan apapun.”

Sangat penting membincang konflik Israel-Palestina dengan anak-anak bukan? Sudahkah kamu melakukannya? []

 

Tags: duniaJalur GazaKonflik Israel-PalestinaPolitik GlobalRachel Corrie
Fatwa Amalia

Fatwa Amalia

Fatwa Amalia, pengajar juga perempuan seniman asal Gresik Jawa Timur. Karya-karyanya banyak dituangkan dalam komik dan ilustrasi digital dengan fokus isu-isu perempuan dan anak @komikperempuan. Aktif di sosial media instagram: @fatwaamalia_r. Mencintai buku dan anak-anak seperti mencintai Ibu.

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version