• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengenalkan Toleransi Sejak Dini: Refleksi Berkunjung ke Gereja Santo Yusuf

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
26/06/2019
in Personal
0
toleransi sejak dini

Ilustrasi: tribunews[dot]com

36
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

g tangnteSejuknya angin di pagi akhir pekan, di sebuah tempat yang siap disinggahi orang-orang banyak. Beberapa orang membersihkan dan menyiapkan untuk menyambut kedatangan mereka. Tempat tersebut tak lain adalah rumah ibadah umat katolik, di Gereja Santo Yusuf.

Tak lama setelahnya muncul rombongan orang-orang yang ingin memasuki ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa. Mobil-mobil pun tidak mau kalah dari sekumpulan orang, kendaraan-kendaraan itu saling berdesak-desakan memasuki halaman Gereja Santo Yusuf.

Pertama kalinya bagi saya melihat proses ibadah agama katolik. Bukan berarti saya berpindah agama, mungkin saja orang yang beragama sama dengan saya akan mengatakan “Murtad”. Tapi kenyataannya saya hanya ingin tahu apa itu keberagaman di bangsa ini.

Di dalam ruangan gereja tersebut ratusan jemaat gereja berdoa dengan tenang walaupun ada saya dan beberapa teman yang berbeda keyaninan di dalam ruangan yang sama dengan mereka.

Para orang dewasa dengan sangat ramah menyambut dan bahkan mengajak bersalaman ketika selesai beribadah. Namun, anak-anak  melihat kami yang berbeda agama memasang wajah bingung dan sesekali mukanya sinis.

Baca Juga:

Sunan Kudus dan Wujud Toleransi di Idul Adha

Jadikan Keluarga sebagai Pondasi Toleransi

Awalnya memang anak-anak ini selalu menghindar sewaktu ingin didekati. Bahkan tetap memperlihatkan wajah anak kecil yang sangat menyebalkan. Saya tak mengerti mengapa anak-anak ini bisa seperti itu.

Beberapa kali saya mencuri-curi pandang supaya bisa mengajak mereka ke dalam ruang obrolan yang akan membantu saya mencari jawaban dari sikap anak-anak ini.

Di area parkiran, anak-anak yang dari tadi ingin menghindar masih tetap dengan wajah sinisnya, anak ini awalnya enggan berbicara ketika ditanya namanya.

Daripada saya mati penasaran, saya berusaha mendekati anak-anak tersebut dengan pertanyaan yang sama, yaitu soal nama. Dan akhirnya ada satu orang anak yang menjawab pertayaan saya tersebut.

“Namaku Chelsea kang, emang kenapa?”

Nada dari suara yang dikeluarkan anak ini tinggi seakan enggan untuk menjawab bahkan bertemu dengan saya. Saya hampir putus asa, mungkin kalau saya tidak begitu penasaran seketika itu pula pasti saya sudah meninggalkan bahkan tidak ingin melihat anak ini lagi.

Tapi saya tidak menyerah, saya timpali kembali jawabannya “Chelsea siapa ? Wah jangan-jangan Chelsea Islan yang pemain flim Rudy Habibie itu yah?”

Ketika diajak bercanda Ia seakan terganggu oleh orang yang baru saja mengajak berbicara dengannya.
Sampai akhirnya saya tahu bahwa nama dia adalah Chelsea Agustina, seroang anak perempuan keturunan Sunda yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar Santa Maria.

Tiba-tiba Chelsea bertanya, “Akangnya mau ngapain di sini?” tanya Dia.

“Aku mau main dan berteman di sini.”

“Kalo mau main jangan di sini Kang, di taman sana,” balasnya.

“Di sana sepi, mending di sini bareng dengan teman-temanmu.”

“Hmmm ya udah, ikut aja Kang bareng,” ajaknya

Pembicaraan kami semakin lancar dan sepertinya Chelsea sudah tidak terlalu risih lagi dengan keberadaan saya di sana. Sampai akhirnya temannya yang lain pun ikut bergabung dalam obrolan ringan kami.

Dalam kesempatan tersebut, saya mulai mengajak mereka berdialog yang diawali dengan pertanyaan-pertanyaan iseng. Berharap bisa semakin akrab.

Setelah pembicaraan kami mengalir, saya mencoba meminta Chelsea untuk menceritakan pengalamannya berteman dengan orang yang berbeda agama dengannya di sekolah.

Chelsea menceritakan di sekolahnya sendiri para guru-guru mengajarkan, ketika bergaul atau bermain dengan siapapun usahakan untuk tidak bertanya soal agamanya apa. Karena kita semua sama ciptaan Tuhan yang Esa. “kalau mau main, ya tinggal main saja, karena aku juga pengen berteman dengan semuanya biar banyak temen,” jelas Chelsea di akhir pembicaraan.

Dari pengalaman di atas, menyadarkan saya bahwa pendidikan tentang toleransi sejak dini, bisa memberikan pengaruh terhadap cara pandang mereka dalam melakukan segala hal, terutama  dalam kehidupan yang beragama di bumi nusantara ini.

Sejalan dengan pesan guru Chelsea tersebut, dalam prinsip ajaran agama Islam sendiri telah menuntut kita untuk saling berbuat kasih sayang, tidak boleh merendahkan, apalagi membuat kerusakan kepada mereka yang berbeda dengan kita.

Dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh At-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, Shahihul Jaami’ No. 896, pun sama, Nabi sendiri pernah menyatakan, Sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi, niscaya Allah menyayangimu.

DR (HC) KH. Husein Muhammad dalam bukunya Toleransi Islam, Hidup Damai dalam Masyarakat Plural memberikan penjelasan tentang pentingnya menajakarkan toleransi sejak dini. Karena toleransi adalah sikap menghargai dan menyambut orang lain dengan hangat, meskipun berbeda dengan dirinya.

Dari kisah yang telah diceritakan di atas, memberi pelajaran berharga bagi kita bahwa pada dasarnya prinsip kasih sayang, saling menghormati, saling tolong-menolong, rendah hati, berbuat adil, menghargai, dan mencintai. Hal-hal tersebut baiknya  harus terus menerus ditanamkan kepada mereka, generasi penerus bangsa ini. Sehingga akan tumbuhlah generasi yang mempunyai cara pandang yang toleran dan tentunya akan menciptakan negri yang penuh dengan kedamaian. []

Tags: mengajarkan toleransi
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version