• Login
  • Register
Jumat, 6 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perempuan di Pesantren

Greg Barton mencatat bahwa pada tahun 1917, KH. Bisri Syansuri, kakek Gus Dur dari Ibu dan Pendiri Jam'iyah Nahdlatul Ulama adalah kiai yang pertama mengenalkan kelas pertama puteri ke dunia pesantren

Redaksi Redaksi
15/11/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Perempuan di Pesantren

Perempuan di Pesantren

400
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perempuan di pesantren tampaknya belum banyak dibicarakan secara lebih khusus. Bahkan Cliffort Geertz ketika mendeskripsikan pesantren, secara eksplisit hanya menyebutkan “siswa pria muda”.

Hal ini memperlihatkan bahwa pada masa awal, pesantren hanya dihuni oleh laki-laki, atau hanya laki-laki saja yang dapat kesempatan belajar di pesantren.

Hanya saja, perkembangan pesantren menunjukkan bahwa telah banyak perempuan yang belajar di pesantren.

Hal ini terbukti, misalnya dengan berdirinya pesantren khusus puteri seperti di Pesantren Hidayatul Mubtadiat Lirboyo Kediri, Pesantren Cukir dan Seblak di Jombang (keduanya di Jawa Timur), dan lain-lain.

Menurut Zamakhsyari, Ponpes perempuan telah berdiri sejak tahun 1910-an. Dari hasil penelitiannya di sejumlah pesantren, ia menyatakan bahwa jumlah santri perempuan sangat besar rata-rata sekitar 60% dari santri laki-laki.

Baca Juga:

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Di Cukir Tebuireng Jombang misalnya jumlah santri putri yang tinggal di komplek Seblak dan Cukir, pada tahun 1978 ada 1100 orang. Seperti halnya santri-santri putera, santri perempuan juga berasal dari daerah-daerah yang jauh.

Greg Barton mencatat bahwa pada tahun 1917, KH. Bisri Syansuri, kakek Gus Dur dari Ibu dan Pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama adalah kiai yang pertama mengenalkan kelas pertama puteri ke dunia pesantren.

Beliau sangat aktif dalam pergerakan nasional zaman perjuangan kemerdekaan.

Dalam proses dan sistem pelajaran, pengajaran kitab kuning berlaku secara adil, baik untuk santri laki-laki maupun santri perempuan.

Hampir tidak ada kurikulum yang khusus untuk perempuan. Semua kurikulum mengacu pada kitab-kitab kuning yang isinya berlaku umum, baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.*

*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.

Tags: Kitab Kuninglaki-lakiperempuanpesantrenSantri
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID