Mubadalah.id – Ayah Nabi Muhamamd Saw bernama Abdullah bin Abdul Mutallib termasuk pemuda yang menarik banyak perempuan. Wajahnya sangat berseri dan akhlaknya juga terpuji. Ulama penulis awal tentang biografi Nabi Saw, bernama Muhammad bin Ishaq al-Quraisyi (w. 151 H/768 H) mencatat dalam kitab Sirah-nya tentang nama seorang perempuan yang menawarkan diri dinikahi ayah Nabi, Abdullah.
Perempuan tersebut bernama Umm Qibal bint Nawfal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, masih dari keluarga besar kakek jauh Abdullah. Saudari pendeta Waraqah bin Naufal yang kelak ditemui Nabi Saw bersama Sayyidah Khadijah ra Dia terkesima dan berharap bisa dinikahi ayah Nabi Saw, Abdullah bin Abdul Muthallib.
Pada saat mendekati hari pernikahan, ayah Abdullah, yaitu Abdul Muthallib membawanya pergi ke suatu tempat. Di tengah jalan, pada saat melewati Ka’bah di Mekkah, ada Umm Qibal di sekitar itu yang memandang Abdullah dengan penuh takjub.
“Mau kemana wahai Abdullah?,” tanya Umm Qibal.
“Aku mau ikut ayahku,” jawab Abdullah.
“Kamu kok seperti unta yang dicokok dan mau disembelih, hanya ikut-ikut saja,” sindir perempuan tersebut.
“Kenapa tidak bersamaku saja, ayo menikah sama diriku sekarang,” tegas perempuan tersebut.
“Tidak, aku akan ikut ayahku. Aku memilih mengikutinya, tidak akan membantah pilihannya, karena aku tidak ingin berpisah darinya. Aku mantap nderek ayahku saja,” jawab Abdullah.
Mendengar tawaran Umm Qibal kepada Abdullah, sang ayah Abdul Muthallib semakin khawatir dan bergegas menemui Wahb bin Abd Manaf, memintanya untuk segera menikahkan Abdullah dengan putrinya, Aminah bint Wahb. Dan ketika pada akhirnya Abdullah sudah berumah tangga dengan Aminah bint Wahb, ibunda Nabi Muhammad Saw, perempuan itu datang kembali menemuinya.
“Kamu datang kemari mau menawarkan diri lagi, sebagaimana kemarin hari itu?,” tanya Abdullah.
“Tidak, sekarang wajahmu sudah tidak berseri lagi. Aku tidak memerlukan dirimu lagi,” jawaban Umm Qibal.
Perempuan ini mendengar berita tentang kemungkinan adanya Nabi dari saudaranya Waraqah bin Naufal. Dia sudah menduga bahwa Abdullah ini membawa cahaya kenabian yang akan dilahirkan melalui rahim perempuan yang dinikahinya. Begitu Abdullah sudah menikah dengan Siti Aminah, perempuan tersebut tidak merasa butuh lagi denganya. (Faqih)
(Sumber: Sirah Ibn Hisyam, 1/128-129)