• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pernikahan Nabi SAW dengan Shafiyyah Adalah Cerminan Toleransi Selain Piagam Madinah

Pernikahan Nabi SAW dengan Shafiyyah menjadi cerminan betapa besar rasa kasih sayang, toleransi dan penghormatan Beliau kepada kelompok lain, sekalipun beda agama

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
02/02/2023
in Hikmah
0
Pernikahan Nabi

Pernikahan Nabi

656
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nabi Muhammad SAW merupakan uswatun hasanah terbaik sepanjang masa. Beliau merupakan suri teladan bagi umat manusia, baik dalam urusan kepada Tuhan, sesama manusia, maupun makhluk hidup lainnya.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Nabi Muhammad SAW meletakkan dasar-dasar kerukunan antar masyarakat sebagai fondasi utamanya. Hal tersebut dapat dilihat pada saat membangun kota Madinah. Beliau menekankan pentingnya persaudaraan baik kepada sesama Muslim maupun nonmuslim.

Melalui sebuah undang-undang yang karib disebut piagam Madinah, Nabi Muhammad SAW menjamin kebebasan beribadah meski beda akidah. Komunitas Yahudi yang masih tinggal di Madinah dengan ini mendapat hak dan kewajiban yang sama dengan orang-orang muslim lainnya.

Namun tahukah kamu bahwa toleransi yang Nabi ajarkan tidak hanya seputar piagam Madinah aja, lho! Pernikahannya dengan Shafiyyah misalnya.

Menikah dengan Shafiyyah

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Shafiyyah merupakan pernikahan yang bersejarah. Pernikahan tersebut mencerminkan rasa toleransi, kasih sayang dan penghormatan Beliau kepada Ahli Kitab.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Ragam Bentuk Relasi Nabi Saw bersama Non-Muslim

Shafiyyah binti Huyai bin Akhtab, nama lengkapnya, merupakan putri dari pemimpin Yahudi dari Bani Nadhir yang tertawan pada masa perang Khaibar pada tahun 629 M. Suaminya saat itu, Kinanah Bin Al-Rabi mendapat hukuman mati karena membangkang kepada Umat Islam. Sedangkan ayahnya sudah lama wafat pada masa perang Khandaq. Shafiyyah merupakan gadis dengan paras yang cantik. Pada saat itu ia masih berusia 17 tahun dan sudah menikah sebanyak dua kali.

Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa pernikahan Nabi SAW selain dengan Khadijah merupakan pernikahan untuk kemaslahatan. Bukan pernikahan dalam arti menyatunya rasa cinta dan perasaan antara dua pihak seutuhnya, apalagi karena dorongan nafsu.

Adapun tujuan Nabi SAW menikahi Shafiyyah adalah untuk membebaskannya dari tawanan perang serta mengembalikannya kepada posisi yang mulia. Karena sebelumnya selain menjadi seorang putri pemimpin orang Yahudi dari bani Nadhir, jika merunut ke atas, Shafiyyah mempunyai garis nasab yang mulia. Nasabnya bersambung kepada Harun, saudara Musa AS.

Nabi Muhammad SAW kemudian mengislamkan dan memerdekakan Shafiyyah sebagai mahar pernikahannya. Beliau SAW memberikan teladan yang mengagumkan serta memberikan pelajaran kepada umat Islam mengenai betapa pentingnya toleransi dan memuliakan kelompok lain.

Pernikahan Shafiyyah dan Kecemburuan Ummahatul Mu’minin

Setiap bahtera keluarga tentu tidak akan terlepas dari berbagai macam problematika. Bahkan hal itupun terjadi dalam keluarga Nabi SAW. Namun, lagi-lagi Beliau SAW memberikan contoh yang luar biasa dalam menyikapinya. Dengan kebijaksanaannya, Nabi SAW mampu menghibur kecemburuan para istri dan meredakan ketegangan yang ada.

Shafiyyah adalah salah satu istri Nabi SAW yang kerap kali membuat istri Nabi lainnya cemburu. Apalagi ia merupakan keturunan Yahudi sehingga menambah rasa tidak suka di antara istri nabi lainnya.

Pernah dikisahkan rasa kecemburuan Aisyah, istri Nabi SAW yang paling muda terhadap kemahiran Shafiyyah dalam memasak.

Pada suatu waktu, Shafiyyah membawakan makanan kepada Nabi Muhammad SAW saat sedang bersama Aisyah. Karena rasa cemburu Aisyah yang cukup tinggi,Aisyah langsung mengambil piring yang berisi makanan tersebut dan menjatuhkannya ke lantai.

Nabi SAW kemudian menyuruh Aisyah untuk memungut makanan yang jatuh dan mengganti piring yang telah ia jatuhkan.

Selain itu Shafiyyah sering kali merasa terasingkan. Sempat pula Aisyah dan Hafshah merendahkannya dengan mengatakan:

“Kami lebih mulia bagi Nabi SAW daripada engkau, kami istri-istri Nabi SAW dan putri-putri kerabatnya”

Merasa tersinggung, Shafiyyah menangis dan mengadu kepada Nabi SAW karena ucapan tersebut. Nabi SAW lalu menghiburnya dengan mengatakan:

“Mengapa tidak engkau katakan kepada mereka bagaimana mungkin engkau berdua berkata lebih baik dariku, sedangkan suamiku adalah Muhammad SAW, ayahku Harun, dan pamanku Musa AS”

Di waktu lainnya Nabi SAW sempat mengadakan perjalanan bersama dua istrinya, yakni Shafiyyah dan Zainab binti Jahsy. Namun, tiba-tiba unta yang ditunggangi Shafiyyah sakit sementara Zainah punya unta yang berlebih.

Beliau SAW lantas meminta Zainab untuk memberikan untanya yang lain kepada Shafiyyah.

“Unta Shafiyyah sakit, bisakah engkau meminjamkan untamu kepadanya?” Pinta Nabi SAW.

“Mengapa aku harus memberikannya kepada perempuan Yahudi itu?” Jawab Zainab dengan nada angkuh dan tinggi.

Nabi SAW berlalu di hadapannya lantas tidak memberi jatah kepadanya selama tiga bulan, terhitung mulai dari bulan Dzulhijjah hingga Muharram.

Di Balik Pernikahan Nabi SAW dengan Shafiyyah

Posisi Shafiyyah yang kerap terpojokkan, kadang-kadang membuat Nabi SAW memperlakukannya dengan istimewa. Namun Beliau juga cara yang bijaksana untuk menghibur dan meredakan kecemburuan yang merundung istri-istri lainnya. Pernikahan Nabi SAW dengan Shafiyyah menjadi cerminan betapa besar rasa kasih sayang, toleransi dan penghormatan Beliau kepada kelompok lain, sekalipun beda agama.

Ketulusan cinta yang terpancar dari diri Shafiyyah menambah kemantapan Nabi SAW untuk menikahinya. Bahkan Nabi SAW tidak menaruh curiga sedikitpun kepadanya mengingat bahwa keluarganya semua tewas di tangan orang Islam. Sungguh mulia akhlakmu ya Rasulullah! (bebarengan)

Tags: istri Nabi SawNabi SawPiagam Madinahshafiyyahtoleransi
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version