Sabtu, 18 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Keadilan Gender

    SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    Metodologi KUPI

    Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

    Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Belajar dari Gus Dur dan Daisaku Ikeda, Persahabatan adalah Awal Perdamaian

    Jurnalis Santri

    Sambut Hari Santri Nasional 2025, Majlis Ta’lim Alhidayah Gelar Pelatihan Jurnalistik Dasar untuk Para Santri

    Thufan al-Aqsha

    Dua Tahun Thufan al-Aqsha: Gema Perlawanan dari Jantung Luka Kemanusiaan

    Daisaku Ikeda

    Dialog Kemanusiaan Gus Dur & Daisaku Ikeda, Inaya Wahid Tekankan Relasi Lintas Batas

    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Feodalisme di Pesantren

    Membaca Ulang Narasi Feodalisme di Pesantren: Pesan untuk Trans7

    Suhu Panas yang Tinggi

    Ketika Bumi Tak Lagi Sejuk: Seruan Iman di Tengah Suhu Panas yang Tinggi

    Sopan Santun

    Sikap Tubuh Merunduk Di Hadapan Kiai: Etika Sopan Santun atau Feodal?

    Aksi Demonstrasi

    Dari Stigma Nakal hingga Doxing: Kerentanan Berlapis yang Dihadapi Perempuan Saat Aksi Demonstrasi

    Pembangunan Pesantren

    Arsitek Sunyi Pembangunan Pesantren

    Eko-Psikologi

    Beginilah Ketika Kesalehan Individual dan Sosial Bersatu Dalam Eko-Psikologi

    Sampah Plastik

    Menyelamatkan Laut dari Ancaman Sampah Plastik

    Budaya Pondok Pesantren

    Budaya Pondok Pesantren yang Disalahpahami

    Berdoa

    Berdoa dalam Perbedaan: Ketika Iman Menjadi Jembatan, Bukan Tembok

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

    Fitrah Anak

    Memahami Fitrah Anak

    Pengasuhan Anak

    5 Pilar Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak adalah Amanah Bersama, Bukan Tanggung Jawab Ibu Semata

    mu’asyarah bil ma’ruf

    Mu’asyarah bil Ma’ruf: Fondasi dalam Rumah Tangga

    Kemaslahatan dalam

    3 Prinsip Dasar Kemaslahatan dalam Perspektif Mubadalah

    Kemaslahatan Publik

    Kemaslahatan Publik yang Mewujudkan Nilai-nilai Mubadalah

    Politik

    Politik itu Membawa Kemaslahatan, Bukan Kerusakan

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Keadilan Gender

    SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    Metodologi KUPI

    Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

    Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Belajar dari Gus Dur dan Daisaku Ikeda, Persahabatan adalah Awal Perdamaian

    Jurnalis Santri

    Sambut Hari Santri Nasional 2025, Majlis Ta’lim Alhidayah Gelar Pelatihan Jurnalistik Dasar untuk Para Santri

    Thufan al-Aqsha

    Dua Tahun Thufan al-Aqsha: Gema Perlawanan dari Jantung Luka Kemanusiaan

    Daisaku Ikeda

    Dialog Kemanusiaan Gus Dur & Daisaku Ikeda, Inaya Wahid Tekankan Relasi Lintas Batas

    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Feodalisme di Pesantren

    Membaca Ulang Narasi Feodalisme di Pesantren: Pesan untuk Trans7

    Suhu Panas yang Tinggi

    Ketika Bumi Tak Lagi Sejuk: Seruan Iman di Tengah Suhu Panas yang Tinggi

    Sopan Santun

    Sikap Tubuh Merunduk Di Hadapan Kiai: Etika Sopan Santun atau Feodal?

    Aksi Demonstrasi

    Dari Stigma Nakal hingga Doxing: Kerentanan Berlapis yang Dihadapi Perempuan Saat Aksi Demonstrasi

    Pembangunan Pesantren

    Arsitek Sunyi Pembangunan Pesantren

    Eko-Psikologi

    Beginilah Ketika Kesalehan Individual dan Sosial Bersatu Dalam Eko-Psikologi

    Sampah Plastik

    Menyelamatkan Laut dari Ancaman Sampah Plastik

    Budaya Pondok Pesantren

    Budaya Pondok Pesantren yang Disalahpahami

    Berdoa

    Berdoa dalam Perbedaan: Ketika Iman Menjadi Jembatan, Bukan Tembok

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

    Fitrah Anak

    Memahami Fitrah Anak

    Pengasuhan Anak

    5 Pilar Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak

    Pengasuhan Anak adalah Amanah Bersama, Bukan Tanggung Jawab Ibu Semata

    mu’asyarah bil ma’ruf

    Mu’asyarah bil Ma’ruf: Fondasi dalam Rumah Tangga

    Kemaslahatan dalam

    3 Prinsip Dasar Kemaslahatan dalam Perspektif Mubadalah

    Kemaslahatan Publik

    Kemaslahatan Publik yang Mewujudkan Nilai-nilai Mubadalah

    Politik

    Politik itu Membawa Kemaslahatan, Bukan Kerusakan

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pesan Mubadalah dalam Prosesi Pernikahan Baginda Nabi dengan Khadijah

Dari prosesi pernikahan baginda Nabi Muhammad dengan Sayyidah Khadijah, terselip sebuah pesan kesalingan (resiprokal/mubadalah) yang luar biasa

Ahmad Dirgahayu Hidayat Ahmad Dirgahayu Hidayat
31 Juli 2022
in Keluarga, Rekomendasi
0
Prosesi Pernikahan

Prosesi Pernikahan

310
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum membincang pesan mubadalah dalam proses pernikahan Baginda Nabi dengan Sayyidah Khadijah, saya ingin mengulas duklu tentang Istilah “laki-laki baru” yang disematkan para ulama perempuan. Secara keseluruhan merujuk kepada akhlak dan prinsip luhur yang tercermin dalam rumah tangga sang insan kamil, baginda Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam. Mulai dari bagaimana beliau bersama para istrinya, anak cucu, para abdi, tetangga, tamu, sahabat, dan seluruh masyarakat umumnya, sampai kepada bagaimana sikap baginda Nabi terhadap non muslim. Gerakan menciptakan “laki-laki baru” berarti gerakan menghidupkan kembali nilai-nilai moralitas yang terpancar dari diri Nabi Muhammad shallallhu ‘alaihi wa sallam.

Jika merujuk pada sejarah umat manusia, baik yang menggunakan pendekatan teks-teks agama, bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam ’alaihissalam, maupun teori Darwin, seperti yang banyak dikembangkan oleh para ilmuwan modern, Yuval Noah Harari termasuk di antaranya, bahwa manusia generasi awal adalah kera-yang muncul sekitar 2,5 juta tahun lalu dan kemudian mengalami revolusi fisik dan mental hingga seperti kita saat ini-sepakat bahwa puncak tertinggi perjalanan mereka adalah kurang lebih 12 abad lalu. Pada masa baginda Nabi, dan beliau lah poros perubahan itu. Mengingat ajaran yang dibawanya menghimpun tiga cakar langit perubahan; spiritual, intelektual, dan moral.

Bagaimana tidak, saat banyak masyarakat jahiliah gemar caci maki, mengumpat, share berita hoaks, arogan, kasar pada perempuan, tabu mencium anak kecil, larut dalam kelalaian diiringi tabuhan pesta, khamar dan biduan. Baginda Nabi justru hadir dengan sosok yang lembut, ramah, jujur, penuh kasih sayang, menjunjung tinggi martabat perempuan, senang mencium anak kecil, dan tentu tidak pernah sekali pun menghadiri pesta-pesta malam mereka. Kehadirannya menciptakan keadilan, kesetaraan, dan kesalingan. Baginda Nabi Muhammad adalah seorang “laki-laki baru” di tengah gelap budaya yang pekat seperti dalam goa.

Rekaman Prosesi Pernikahan Baginda Nabi dengan Khadijah

Tepat setelah baginda Nabi mendengar langsung bagaimana Sayyidah Khadijah menyatakan cinta di hadapannya, seraya terpaku bisu ia merespon baik cinta suci itu. Sayyidah Khadijah pun demikian, ia tak kalah membisu. Tiada barang sekata yang dapat terucap usai meluapkan gemuruh rasa yang bergejolak dalam kalbunya. Namun yang pasti, ia jauh lebih lega. Tak lama kemudian keduanya berlalu perlahan, menyapu jejak langkah yang saat itu mempertemukan mereka.

Berbagai rasa kini menyelimuti hati Rasulullah. Warna warni kembang cinta, bahagia, dan kejut hatinya bermekaran satu demi satu. Terpancar jelas dari raut wajahnya. Tak berselang lama, baginda Nabi membincang prosesi pernikahan dengan sekalian pamannya. Sungguh, Allah telah mengatur semuanya sangat indah. Tak disangka-sangka para pamannya langsung menyetujui rencana mulia tersebut.

Sayyidina Hamzah, pria gagah pemberani itu tampil untuk bicara langsung dengan paman Sayyidah Khadijah-ada yang mengatakan, bukan dengan pamannya tetapi dengan Khuailid, ayah kandung Khadijah. Walaupun pendapat ini tergolong lemah, karena Khualid dalam riwayat yang sahih, tercatat telah gugur dalam perang Fijar, perang pertama yang diikuti baginda Nabi yang terjadi pada tahun antara 43-33 sebelum Masehi-guna berbincang lebih serius ihwal prosesi pernikahan baginda Nabi dengan Khadijah.

Tak berselang lama, setelah semuanya dianggap siap, datanglah rombongan para pembesar Quraisy yang dipimpin oleh Abu Thalib ke hadapan keluarga Khadijah. Abu Thalib, pria yang telah sejak lama dikukuhkan sebagai juru bicara terbaik itu, kini kembali tampil dalam prosesi lamaran dan pernikahan baginda Nabi dengan Sayyidah Khadijah. Tanpa menunggu aba-aba, paman Nabi paling setia ini membuka suara. Ia berhasil menyampaikan kalimat yang sangat indah;

Sambutan Abu Thalib dalam Prosesi Pernikahan Nabi

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita semua bagian dari keturunan Ibrahim, anak-cucu Ismail, Ma’ad dan Mudhar. Juga telah memilih kita untuk merawat Baitullah, menjaga tanah haram Makkah yang kita kunjungi pelbagai macam manusia dari segala penjuru, tanpa henti. Sebab itu juga kita mulia dan menjadi rujukan hukum di hadapan mereka. Hari ini, anak saudara saya yang bernama Muhammad yang tiada bandingannya ini, datang melamar Khadijah binti Khuailid. Kami sadar, untuk urusan harta boleh saja ada yang lebih kaya. Tetapi apalah artinya harta. Harta hanyalah bayangan semu yang tak lama akan menghilang, harta juga kerap menjadi tabir meraih keluhuran. Sedang kalian telah tahu sendiri keluhuran akhlak Muhammad, selain ia adalah kerabat dekat. Kami sangat yakin, ini akan menjadi berita viral yang akan menggetarkan seluruh penduduk Makkah”.

Kalimat pembukaan yang Abu Thalib sampaikan tidak hanya indah dalam penilaian sastra, tapi menyimpan makna yang kuat. Di sana Abu Thalib menyelipkan pemuliaan besar kepada keluarga Khadijah. Terbukti, di awal ia menyebutkan silsilah nasab yang agung, dan saat itu datang dengan niat yang agung, untuk melamar sang perempuan agung.

Sambutan Waraqah bin Naufal dalam Proses Pernikahan Nabi

Sesaat setelah Abu Thalib, Waraqah bin Naufal bangkit, menyambut pujiannya. Ia menyampaikan;

“Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kami sebagaimana yang engkau sebutkan, kita semua adalah para pemimpin di tengah orang-orang Arab. Tidak satu pun bangsa, bahkan seorang dari mereka yang tak mengakui kemuliaan ini. Terutama kemuliaan yang kalian miliki. Sudah barang tentu kami sangat bahagia menyambung tali kekeluargaan lebih dekat lagi. Wahai orang-orang Quraisy, saksikanlah! Hari ini saya nikahkan Khadijah binti Khuailid dengan Muhammad bin Abdullah dengan maskawin 500 dirham”.

Semua orang yang hadir saat itu-kecuali Abu Thalib-tampak puas mendengar jawaban Waraqah, anak paman Khadijah. Paman Nabi yang paling setia ini rupanya ingin mendengar pernyataan yang sama dari salah seorang paman Khadijah yang paling berhak menjadi walinya. Abu Thalib berkata;

قد أحببت أن يشركك عمّها

“Alangkah puasnya hati ini jika kami mendengar hal yang sama dari salah satu paman Khadijah.”

Lalu berdirilah seorang paman Sayyidah Khadijah dan langsung angkat bicara;

إشهدوا يا معشر قريش أني قد أنكحت محمد بن عبد الله خديجة بنت خويلد

“Saksikanlah wahai sekalian Quraisy, saya nikahkan Muhammad bin Abdillah dengan Khadijah binti Khuailid,” pungkasnya dan semua yang menyaksikan tampak jauh lebih puas.

Menyibak Pesan Kesalingan

Dari prosesi pernikahan baginda Nabi Muhammad dengan Sayyidah Khadijah, terselip sebuah pesan kesalingan (resiprokal/mubadalah) yang luar biasa. Sudah barang pasti untuk mencapai rumah tangga ideal (sakinah) seperti yang menjadi misi Al-Qur’an, membutuhkan prinsip kesalingan sejak awal sebagaimana yang tercermin dalam prosesi pernikahan baginda Nabi. Mengingat, langkah awal-pada umumnya-mencerminkan ending sandiwara kehidupan. ‘Al-bidayah ‘alamatunnihayah’, seperti yang banyak tersampaikan oleh para ulama. Sekurangnya, dua pesan mubadalah yang bisa kita teladani.

Pertama, datang melamar sebagai bentuk penghormatan terhadap perempuan.

Banyak jalan menuju pernikahan yang pernah kita saksikan, dari yang paling halal sampai yang paling terlarang. Dari yang tertangkap basah “pacaran” di luar batas, hingga yang kita ketahui hamil di luar nikah. Dan, tak bisa kita pungkiri bahwa awal seperti ini membuahkan perpecahan antara dua keluarga. Alih-alih pernikahan menambah keluarga, malah menjadi pemicu perpecahan. Bahkan, tidak sedikit yang pernikahannya seumur jagung jika awalnya begini. Wal’iyadzubillah untuk kita semua, keluarga, sahabat dan anak keturunan.

Kedua, datang dengan bahasa yang santun.

Saya yang hidup di tanah Sasak, dengan budaya pernikahan yang lumayan semrawut, tak kuasa membendung air mata melihat gaya mufakat masyarakat Sasak pra pernikahan. Insya Allah saya akan menyajikan tulisan khusus tentang ini. Jelasnya, gaya mufakat yang buruk itu-kendati mungkin dengan niat yang baik, saling menghormati dan menghargai-berdampak pada banyaknya mempelai yang tidak terakui oleh mertua bahkan orang tuanya sendiri. Ini adalah na’udzubillah kita yang ke sekian kalinya.

Pernikahan adalah pekerjaan mulia. Karena itu harus berdasar dengan niat yang mulia. Tentunya dengan cara yang mulia lagi memuliakan. Karena rumah tangga yang sakinah adalah rumah tangga yang “saling”, bukan yang “silang”. Wallahu a’lam bisshawab. []

Tags: Ahlul BaytkeluargaKesalinganperkawinanperspektif mubadalahSunah Nabi
Ahmad Dirgahayu Hidayat

Ahmad Dirgahayu Hidayat

Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumnus Ma’had Aly Situbondo, dan pendiri Komunitas Lingkar Ngaji Lesehan (Letih-Semangat Demi Hak Perempuan) di Lombok, NTB.

Terkait Posts

Hak Milik dalam Relasi Marital
Keluarga

Hak Milik dalam Relasi Marital, Bagaimana?

15 Oktober 2025
Keluarga sebagai Pertama dan Utama
Hikmah

Menjadikan Keluarga sebagai Sekolah Pertama dan Utama

14 Oktober 2025
Memperlakukan Anak Perempuan
Hikmah

Rasulullah, Sosok Tumpuan Umat Manusia dalam Memperlakukan Anak Perempuan

14 Oktober 2025
Gugatan Cerai Guru PPPK
Keluarga

Martabat, Nafkah, dan Gagalnya Sistem yang tak Setara: Mengurai Fenomena Gugatan cerai Guru PPPK

13 Oktober 2025
Merawat Kesehatan Mental
Kolom

Merawat Kesehatan Mental Sebagai Amal Kemanusiaan

13 Oktober 2025
Kesehatan Mental
Hikmah

Rasulullah Pun Pernah Down: Sebuah Ibrah untuk Kesehatan Mental

11 Oktober 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pembangunan Pesantren

    Arsitek Sunyi Pembangunan Pesantren

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Guruku Orang-orang dari Pesantren; Inspirasi Melalui Lembaran Buku KH. Saifuddin Zuhri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Stigma Nakal hingga Doxing: Kerentanan Berlapis yang Dihadapi Perempuan Saat Aksi Demonstrasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membaca Ulang Narasi Feodalisme di Pesantren: Pesan untuk Trans7
  • Menelaah Biografi Nyai Siti Ambariyah; Antara Cinta dan Perjuangan
  • Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga
  • Ketika Bumi Tak Lagi Sejuk: Seruan Iman di Tengah Suhu Panas yang Tinggi
  • Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID