Mubadalah.id – Kontestasi pemilihan kepala daerah serentak tahun ini memunculkan sejumlah fakta menarik, termasuk pertarungan tiga srikandi di Jawa Timur. Biasanya, calon kepala daerah perempuan menjadi bagian dari minoritas. Bahkan hanya penghias kertas suara semata. Namun kali ini Pilgub Jawa Timur memperlihatkan fenomena yang berbeda, ketiga calon gubernur semuanya datang dari kaum hawa. Lalu, bagaimana ini bisa terjadi?
Desentralisasi dan Partisipasi Politik Perempuan
Semenjak desentralisasi diperkenalkan paska reformasi, terbukalah posisi strategis di tingkat lokal. Hal tersebut tentu saja tak hanya menguntungkan laki-laki, tapi juga perempuan. Dengan lebih banyak posisi yang tersedia, perempuan memiliki peluang lebih besar untuk terlibat dalam politik dan mencalonkan diri untuk jabatan publik.
Selain membawa pemerintah lebih dekat kepada rakyat, desentralisasi juga memungkinkan perempuan untuk lebih mudah membangun basis dukungan di komunitas mereka. Kedekatan ini memungkinkan politisi perempuan untuk lebih mudah kita kenal dan terpercaya oleh masyarakat lokal.
Di Jawa Timur, politisi perempuan sudah banyak malang melintang dalam percaturan pemerintah. Data dari riset Rahayu dan Chairunnisa (2021) menunjukkan bahwa sejumlah kepala daerah perempuan tercatat memperoleh suara signifikan dalam pilkada.
Meski, nama-nama yang ada masih dominan dari lingkaran elit. Sebab mayoritas adalah istri kepala daerah sebelumnya atau masih dalam ikatan keluarga dengan pejabat publik.
Regulasi dan Kebijakan Afirmasi
Dominasi elit yang masih mewarnai kiprah politisi perempuan menunjukkan bahwa implementasi kebijakan afirmasi tidak cukup hanya dengan mendorong tercapainya kuota 30% untuk perempuan dalam mendaftar calon anggota legislatif.
Memang betul, efek regulasi ini menimbulkan efek domino kian banyaknya perempuan di ranah politik. Namun tanpa kaderisasi politik yang optimal dan edukasi politik akar rumput yang efektif, fenomena politisi perempuan akan hanya sebatas kuantitas, bukan kualitas.
Terlebih, kini semakin banyak masyarakat yang menerima dan mendukung perempuan dalam peran kepemimpinan, termasuk sebagai kepala daerah. Hal ini mencerminkan perubahan pandangan tentang peran perempuan di luar ranah domestik.
Dulu, masih jamak bagaimana perempuan masuk ke ranah politik kita anggap sebagai ‘boneka’ politisi laki-laki. Belum lagi anggapan miring bahwa perempuan hanya bisa memanfaatkan kecantikan semata sebagai daya tarik bagi pemilih, bukan kapasitas diri.
Dengan berubahnya pandangan masyarakat, pekerjaan rumah yang tersisa kini tinggal bagaimana mendorong lebih banyak perempuan berkualitas untuk mengambil peran.
Apalagi makin jamak kita temui kini para calon perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman, dan kapabilitas yang kuat. Di mana hal tersebut membuat mereka kompetitif dalam pemilihan kepala daerah. Mereka juga biasanya memiliki jaringan dan dukungan politik yang luas, baik dari partai politik maupun masyarakat.
Di saat yang sama, partai politik semakin menyadari pentingnya mendukung calon perempuan. Baik untuk memenuhi kebutuhan pemilih yang lebih beragam maupun untuk mencerminkan komitmen terhadap kesetaraan gender. Dengan mendukung perempuan sebagai calon kepala daerah, partai-partai ini dapat memanfaatkan momentum perubahan sosial untuk memperkuat posisi mereka di mata pemilih dan memperluas basis dukungan mereka.
Pilgub Jawa Timur, Bukti Perubahan Pandangan Masyarakat
Majunya tiga perempuan sebagai calon gubernur dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024 menjadi bukti konkret dari perubahan pandangan masyarakat dan keberhasilan upaya partai politik dalam mengusung kandidat perempuan yang berkualitas.
Ketiga kandidat ini tidak hanya membawa pengalaman dan kapabilitas yang mumpuni, tetapi juga menggambarkan diversifikasi kepemimpinan di wilayah yang secara historis didominasi oleh pria. Fenomena ini menunjukkan bahwa Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi dengan populasi terbesar di Indonesia, semakin menerima dan mendukung keterlibatan perempuan dalam politik pada level tertinggi.
Keberanian partai politik dalam mengusung perempuan sebagai calon gubernur di Pilgub Jawa Timur juga merupakan langkah strategis untuk merespons kebutuhan masyarakat yang semakin menginginkan keterwakilan yang lebih inklusif. Dengan mendukung kandidat perempuan, partai-partai politik tidak hanya mengakomodasi tuntutan kesetaraan gender tetapi juga memperkuat daya saing mereka di tengah persaingan politik yang semakin ketat.
Kandidat perempuan di Pilgub Jawa Timur ini, dengan dukungan partai yang kuat, memiliki peluang besar untuk menawarkan perspektif dan kebijakan yang lebih responsif terhadap isu-isu sosial, ekonomi, dan gender yang relevan dengan pemilih.
Lebih jauh, majunya tiga perempuan dalam pemilihan gubernur Jawa Timur 2024 mencerminkan potensi perubahan yang signifikan dalam lanskap politik lokal. Jika salah satu dari mereka terpilih, ini akan menjadi simbol keberhasilan gerakan kesetaraan gender dalam politik dan dapat menjadi inspirasi bagi perempuan di seluruh Indonesia.
Keterlibatan mereka juga kita harapkan dapat membawa inovasi dalam pemerintahan dan mendorong kebijakan yang lebih inklusif, sehingga menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas, khususnya di Jawa Timur. []