Mubadalah.id – 27th Conference of the Parties (COP 27) merupakan pertemuan tingkat tinggi pemimpin dunia ke-27 yang membahas kesepakatan para pihak terkait isu perubahan dan keadilan iklim. Di mana ini merupakan badan pembuat keputusan tertinggi dari konvensi yang terkoordinasi oleh Sekretariat Perubahan Iklim PBB (UNFCCC).
Tema yang diangkat tahun ini yakni “Together for Implementation” Terus apa saja sebenarnya yang mereka bahas dan diskusikan dalam COP27 ini? COP27 akan berfokus pada peningkatan implementasi dan peningkatan ambisi pada berbagai masalah terkait perubahan iklim. Ada juga beberapa isu tematik yang mereka bahas seperti isu keuangan, sains, dekarbonisasi, energi, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Pakta Iklim Glasgow hasil dari COP ini adalah keluarnya pakta dalam COP 26 agar negara-negara di dunia mengakhiri penggunaan batu bara, dan ini juga yang akhirnya mengharuskan Indonesia segera menyetop pembangunan PLTU baru.
Mengulas Momentum COP 27
Perjanjian Paris sendiri juga merupakan salah satu hasil dari COP. Perjanjian Paris (Paris Agreement) merupakan target Bersama negara-negara di dunia untuk menekan laju suhu bumi agar tidak melebihi 1,5° Celcius pada 2030. perjanjian ini sudah mereka sepakati pada COP 21 lalu. Intinya adalah bersama-sama berarti negara-negara maju wajib memberikan bantuan untuk Bersama-sama menekan naiknya suhu bumi.
Sebenarnya COP perlu kita lakukan untuk meninjau implementasi dan instrumen hukum lainnya yang diadopsi untuk mengambil keputusan yang mereka perlukan. Tujuannya adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dalam jangka waktu yang memungkinkan ekosistem untuk beradaptasi secara alami dan memungkinkan berlangsungnya pembangunan yang berkelanjutan.
Komitmen Kontribusi Nasional (Nationality Determined Contribution) yakni semacam komitmen dari masing-masing negara untuk menahan krisis iklim. Indonesia sendiri sudah berkomitmen dengan cara menyetor dokumen NDC pada akhir September 2022. Isi dari dokumen tersebut menyebutkan bahwa pemerintah berkomitmen mengurangi emisi dengan kemampuan sendiri sebesar 31,8%
Tujuan COP dan implementasi Perjanjian Paris 2015 di antaranya; untuk membatasi kenaikan suhu global sampai di angka minimum 1,5°Celcius dan dibawah 2°Celcius untuk tingkat pra-industri. Seluruh negara wajib memiliki dan menetapkan target pengurangan emisinya yang akan ditinjau tiap lima tahun sekali. Selain itu untuk mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca guna mencapai target emisi net zero. Negara maju membantu negara berkembang dalam pendanaan atau pembiayaan iklim.
Problem KTT Iklim COP27
Bila kita berbicara mengenai wacana untuk memperkuat janji emisi dari KTT iklim tahun lalu di Glasgow sebagai komitmen untuk membatasi kenaikan suhu global. Maka, hasilnya lebih dari 40 miliar ton karbon dioksida terlepas ke atmosfer setahun setelah COP26 mereka laksanakan. Artinya dalam COP27 di Mesir tahun ini sama sekali tidak menghasilkan komitmen untuk membatasi suhu global.
Mengenai kerugian dan kerusakan dari krisis iklim apa saja dampaknya? Wacana yang terbangun sebelumnya bahwa negara-negara industri sebagai penyumbang krisis iklim dari penggunaaan bahan bakar fosil, harusnya membayar kompensasi kepada negara-negara miskin yang paling terdampak dari krisis iklim itu sendiri. Sementara faktanya bahwa belum adanya kesepakatan lantaran total dana 2,5 triliun dollar untuk adaptasi belum mampu mereka wujudkan.
Selain itu bagaimana dengan kondisi alam dan keanekaragaman hayati? Hubungan yang kuat antara perubahan iklim dan hilangnya spesies luput dari pembahasan. Bahkan, agenda KTT tersebut tidak tersebutkan di COP27. Terus mengenai tidak ada lagi proyek gas dan batu bara baru yang mereka dengungkan kala itu. Di mana dalam wacananya tercapai komitmen serius untuk mengurangi pembakaran batu bara, gas, dan minyak yang menjadi penyebab utama dari krisis iklim.
Sementara hasil di lapangan membuktikan walaupun delegasi India secara gencar mengusulkan penghentian pembakaran bahan bakar fosil secara bertahap, namun proposal tersebut tidak mereka tidaklanjuti serius dan masalahnya tidak kunjung teratasi.
Pentingnya beradaptasi dengan bumi yang semakin memanas tentunya juga menjadi wacana menyediakan dana untuk beradaptasi. Tujuannya agar tidak terlalu rentan ketika bencana iklim melanda. Misalnya saja dengan membangun tembok laut, melindungi jaringan jalan dan kereta api dari badai dan lain sebagainya. Namun faktanya ilmuwan menyebutkan bahwa tingkat pendanaan yang dijanjikan belum mencukupi dengan jumlah investasi yang dibutuhkan dalam waktu dekat.
Pentingnya Bicara Keadilan Iklim
Setidaknya ada tiga hal penting yang dapat saya uraikan sub judul di atas. Antara lain, pertama mengenai gas rumah kaca dan pencairan es menjadi gerakan hak-hak sipil dengan orang-orang dan komunitas. Di mana mereka yang paling rentan terhadap dampak krisis iklim. Terutama masyarakat yang berada di pusat permasalahan.
Kedua, harus diakui dari dampak yang tidak proporsional atau tidak adil dari krisis iklim pada komunitas yang berpenghasilan rendah di seluruh dunia, terutama pada orang-orang dan tempat-tempat yang paling tidak bertanggung jawab atas timbulnya krisis iklim.
Dan terakhir yaitu peran dan partisipasi publik dalam menyuarakan keadilan iklim dalam setiap pengambilan keputusan lingkungan. Pembatasan ruang dan partisipasi publik untuk berekspresi menyampaikan pendapat merupakan bentuk yang tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.
Konsep keadilan iklim ini sangatlah penting untuk kita kembangkan lebih jauh. Terutama sanksi berat bagi negara atau pihak lain yang terbukti telah melakukan perusakan bumi. Yakni dengan cara memproduksi emisi dalam jumlah yang sangat besar. Mari kita mengimplementasikan konsep penting ini, baik kita sebagai warganegara maupun bagian dari peradaban umat manusia. []