Mubadalah.id – Keluarga Berencana (KB) tidak sekadar menggunakan alat kontrasepsi, tetapi merencanakan keluarga secara matang, baik mengenai jumlah anak yang diinginkan maupun jarak antara anak yang satu dengan lainnya, sesuai dengan kondisi kita, baik kesehatan, sosial, ekonomi, dan sebagainya.
Hal tersebut dimaksudkan agar anak yang lahir benar-benar memiliki kualitas yang baik, sehingga persiapan pun harus dilakukan jauh sebelum kehamilan.
Sebaliknya, jika belum siap memiliki anak, jangan memaksakan diri, karena anak yang kelahirannya tidak dikehendaki orang tuanya sering kali menjadi beban yang sangat berat, baik secara fisik maupun psikis. Bahkan, tidak jarang mereka mendapat perlakuan yang tidak sehat dan tidak manusiawi, baik saat kehamilan maupun setelah kelahirannya.
Dalam kasus-kasus pengguguran kandungan, sering kali hal itu dilakukan karena kehamilan yang tidak dikehendaki.
Begitu juga anak yang terlantar acap kali lahir dari keluarga yang secara ekonomi miskin, dengan pengetahuan orang tua tentang perawatan kesehatan kehamilan, termasuk gizi, juga sangat terbatas. Hal tersebut sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup keturunannya.
Dalam hal ini, Allah mengingatkan dengan keras dalam firman-Nya,
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. an-Nisa’ (4): 9).
Ini artinya, kalau suami istri belum siap mempunyai anak dan membiayai perawatan dan pendidikan anaknya, hendaknya mereka menunda dulu kehamilannya.
Sebab, biaya perawatan ibu hamil dan bayi tidaklah sedikit. Apalagi jika suami istri sebagai orang tua dalam kondisi secara ekonomi tidak mampu, dikhawatirkan akan mewariskan kemiskinannya kepada anak-anaknya, yang mengakibatkan secara turun-temurun menjadi keluarga miskin. Kondisi ini sering disebut sebagai kemiskinan kultural.
Keputusan Dasar
Keputusan untuk memiliki anak atau tidak hendaknya keduanya ambil atas dasar kepentingan masa depan anak-anaknya. Menunda kehamilan jauh lebih baik daripada membiarkan kehamilan dan kelahiran anak tanpa persiapan.
Kehamilan dapat mereka cegah dengan cara menggunakan alat kontrasepsi yang tepat dan efektif yang dapat istri maupun suami gunakan. Ada berbagai macam alat kontrasepsi dan cara aman untuk melakukan KB, antara lain:
Pertama, KB alamiah. Seperti sanggama terputus, pantang berkala, kondom, tisu KB. Kedua, KB hormonal, di antaranya pil KB, suntikan KB, susuk KB (AKBK: Alat Kontrasepsi Bawah Kulit), IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
Ketiga, jenis alat kontrasepsi mantap yaitu tubektomi (sterilisasi pada perempuan) dan vasektomi (sterilisasi laki-laki). Masing-masing jenis dan cara kontrasepsi tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda satu dengan lainnya, begitu juga cara kerjanya.
Karena itu, sebelum menggunakan salah satu alat kontrasepsi tersebut harus mereka konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter ahli, jenis mana yang sesuai dengan kondisi tubuh kita. Sebab, tidak semua jenis alat kontrasepsi cocok dengan tubuh kita, khususnya yang hormonal. []