• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Refleksi Hadis Hijau atas Kebijakan Rencana Pembukaan Hutan

Sudah seharusnya pemerintah sebagai representasi khalifah membuat kebijakan yang pro lingkungan, bukan sebaliknya.

Layyin Lala Layyin Lala
11/01/2025
in Publik, Rekomendasi
0
Pembukaan Hutan

Pembukaan Hutan

995
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id – Media sosial baru-baru ini ramai terhadap kebijakan pembukaan hutan 20 hektar oleh kementerian untuk kepentingan energi dan pangan. Luas tersebut setara hampir dua kali lipat dari luas Pulau Jawa. Banyak kalangan yang menolak karena menilai bahwa hal tersebut hanya akan merusak lingkungan yang berujung krisis iklim dan bencana.

Selain itu, dampak pembukaan hutan dapat merugikan masyarakat adat karena beresiko menggerus masyarakat adat dari ruang hidup serta masih banyak wilayah adat sekitar yang belum mendapat pengakuan. Sehingga, masyarakat adat akan menjadi pihak yang paling rentan karena tidak memiliki kepastian hukum untuk melindungi mereka.

Bagaimana Islam Merespon Kebijakan Tersebut?

Ajaran Islam mencakup hubungan manusia dengan Tuhan (hablumminallah), sesama manusia (hablumminannaas), dan dengan lingkungan (hablumminalalam). Sayangnya perhatian terhadap balumminalalam sering terabaikan, sehingga keseimbangan antara ajaran agama dan praktik hidup sehari-hari menjadi timpang.

Islam memandang manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan amanah menjaga keseimbangan alam. Manusia sebagai khalifah di bumi menjadi pemimpin yang mengemban amanah untuk menjaga, merawat, dan melestarikan alam.

Sebagai wakil Tuhan, manusia harus dapat mencerminkan sifat-sifat kebaikan Tuhan dalam menciptakan keseimbangan. Bukan malah mengeksploitasi alam dengan serakah dan mengakibatkan kerusakan. Peran manusia sebagai khalifah menjadi tanggung jawab besar yang mencakup penghormatan terhadap ciptaan Tuhan.

Baca Juga:

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Ketika suatu kebijakan pembukaan hutan berpotensi merusak lingkungan dan menimbulkan dampak buruk terhadap masyarakat, kebijakan tersebut perlu pengkajian lebih mendalam.

Refleksi Hadis Hijau atas Kebijakan Pembukaan Hutan

Saarah Yasmin Latif (fellow GreenFaith) menulis buku yang berjudul “Himpunan 40 Hadits Hijau: Tuntunan Nabi Muhammad tentang Keadilan dan Kelestarian Lingkungan.” Dalam bukunya tersebut, Saarah mengungkapkan pentingnya peran tumbuhan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.

Tumbuhan memgang peran vital dalam ekosistem. Sebagaimana penjelasan Saarah, tumbuhan menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen dari daunnya, menyediakan habitat bagi sejumlah besar organisme. Selain itu, tumbuhan menjadi sumber makanan dan obat-obatan. Dalam Al-Qur’an taman-taman indah dan pepohonan tergambarkan sebagai bagian dari surga. Gambaran tersebut menegaskan pentingnya tanaman dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Islam menempatkan tumbuhan sebagai komponen kehidupan yang harus dijaga. Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk menghormati dan melestarikan alam dengan melarang manusia untuk merusak tumbuhan. Dalam sebuah riwayat, Anas bin Malik meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda, “Jika hari kiamat telah menjelang sementara di tangan kalian masih terdapat bibit tanaman, maka tanamlah bibit itu.” (Musnad Ahmad 12491).

Larangan Memotong Pohon dan Anjuran Melestarikan Hutan

Abdullah bin Habashi: Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa menebang pohon bidara maka Allah akan membawanya langsung ke Neraka.” Abu Dawud ditanya tentang makna hadits tersebut. Dia berkata, ini adalah hadits singkat dari versi lengkap, yakni “Barangsiapa memotong secara sia-sia, tidak adil, dan tanpa hak, sebatang pohon bidara yang menjadi tempat naungan para musafir dan binatang, maka Allah akan membawa kepalanya ke neraka dengan cepat.” (Sunan Abi Dawud 5239, Buku 43, Hadits ke-467).

Hadis tersebut menunjukkan  bahwa perbuatan merusak lingkungan secara tidak bertanggungjawab merupakan pelanggaran berat dalam pandangan Islam.

Sebaliknya, menanam pohon dan bercocok tanam merupakan Tindakan mulia yang mendatangkan pahala berlimpah. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman atau bercocok tanam, lantas burung-burung, manusia, atau hewan memakan (hasilnya), melainkan demikian itu adalah shodaqoh.” (Sahih Muslim 1553 a, Buku 22, Hadits ke-12)

Jabir juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW, mengatakan “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon kecuali bahwa apa yang dimakan dari apa yang ditanam itu merupakan amal shodaqohnya, apa yang dicuri dari itu merupakan amal shodaqoh, apa yang dimakan binatang dari itu adalah amal shodaqoh, dan apa yang dimakan burung dari itu adalah juga amal shodaqohnya. [Singkatnya] tidak ada bagian kerugian baginya melainkan hal demikian itu adalah amal shodaqoh.” (Sahih Muslim 1552 a, Buku 22, Hadits ke-7).

Hadis tersebut menggambarkan bahwa Islam memandang pelestarian lingkungan (termasuk menjaga kelestarian hutan) sebagai bentuk ibadah yang mendatangkan keberkahan.

Jadi, Bagaimana Seharusnya?

Islam memberikan panduan yang jelas dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hadits-hadits Rasulullah SAW menegaskan bahwa menanam pohon dan melestarikan alam merupakan amal ibadah yang membawa keberkahan. Sebagai umat Muslim, kita memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga bumi.

Bumi sebagai tempat tinggal kita sekaligus menjalankan amanah Allah sebagai khalifah. Sudah seharusnya pemerintah sebagai representasi khalifah membuat kebijakan yang pro lingkungan, bukan sebaliknya.

Kebijakan pembukaan hutan tanpa kendali, harus ditinjau ulang dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama dan tanggung jawab sosial. Komitmen terhadap pelestarian lingkungan tidak hanya menjadi tuntutan moral. Namun, juga langkah strategis untuk masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Referensi:

Majeed, K. and Latif, S.Y. (2022). Himpunan 40 Hadits Hijau: Tuntunan Nabi Muhammad tentang Keadilan dan Kelestarian Lingkungan. Salakan, bangunharjo, Sewon, Bantul, D.I Yogyakarta: Kasan Ngali, p.33.

 

 

 

Tags: Hadis HijauIndonesiaIsu LingkunganMerebut TafsirPembukaan HutanpemerintahSunah Nabi
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Trans Jogja

Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

3 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Perbedaan Feminisme

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

2 Juni 2025
Teknologi Asistif

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

2 Juni 2025
Akhlak Karimah

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

2 Juni 2025
Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perbedaan Feminisme

    Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an
  • Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID