• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Refleksi Lebaran: Girls, Mari Hadapi Semua dengan Mindfull

Mungkin, banyak dari kalian yang merasakan beratnya pertanyaan yang keluar dari tante, om, budhe, nenek atau yang lain.

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
08/04/2025
in Personal
0
Refleksi Lebaran

Refleksi Lebaran

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

“Takut banget mau ketemu saudara nanti waktu lebaran. Pingin ngumpet aja, gak siap diinterview!” kalimat semacam ini sangat familiar di telinga teman-teman kan?

Saya termasuk salah satu pelakunya!

Mubadalah.id – Usia dua puluhan bagi perempuan juga bukan hal sederhana, banyak yang sedang dikerjakan, dipersiapkan sekaligus diperjuangkan. Tulisan ini bukan berarti menanggalkan rasa teman-teman laki-laki. Namun, karena penulis sebagai perempuan sehingga ingin menuliskan refleksi lebaran. Yakni atas nama perasaan pengalaman perempuan dalam menjalani hari-hari kemenangan Idulfitri.

Dalam prosesnya, banyak sekali hal yang harus kita hadapi dan kita pertahankan. Konsistensi, keseriusan, kemampuan untuk membagi waktu dan melakukan hal-hal baru yang sudah selayaknya mulai kita pelajari pelan-pelan untuk masa yang akan datang. Beban-beban seberat apapun rasanya tetap harus terpikul dengan pelan-pelan.

Tulisan ini adalah bagian dari hasil refleksi lebaran sekaligus sharing atas segala usaha yang telah penulis lakukan sebagai perempuan usia dua puluhan. Di mana penulis ingin tetap merayakan lebaran layaknya anak-anak yang sangat bahagia bertemu dengan moment lebaran.

Tampaknya akan lebih enak jika kita awali dengan pertanyaan sederhana agar teman-teman lebih mudah mendeteksi apa yang paling membuat berat dan tidak menyenangkan momen lebaran? Pertanyaan yang menyeramkan? Atau hal yang lain?

Mungkin, banyak dari kalian yang merasakan beratnya pertanyaan yang keluar dari tante, om, budhe, nenek atau yang lain. Pertanyaan-pertanyaan misalnya “kapan menikah?” “sudah kerja di mana?” “berapa gajinya?”

Pertanyaan itu semua memang menyeramkan, karena terkadang-kondisi-kondisi tersebut belum sepenuhnya kita capai, serta dalam waktu yang sama kita sedang berusaha berjuang untuk hal tersebut dan hal yang lainnya. Rasanya berat sekaligus membuat diri menjadi insecure. Sampai akhirnya berujung overthinking.

Namun sebelum jauh, penulis ingin sedikit membahas tentang apa itu mindfull.

Respon-respon atas pertanyaan yang menyeramkan memang wajar, namun ada cara pandang lain yang bisa menjadi opsi untuk menghadapi suramnya lebaran dan mengubah lebaran menjadi lebih menyenangkan.

Pertama, sadari bahwa pertanyaan itu adalah sesuatu yang sangat tidak penting dan sesuatu yang basa-basi level paling rendah. Basa-basi akan lahir dari sesuai dengan kondisi terluar yang orang lain ketahui dari diri kita.

Misalnya, jika masih sekolah maka pertanyaan yang terlontarkan seputar prestasi atau dunia sekolah. Jika sudah umur dua puluhan pasti pertanyaan yang lahir berkaitan dengan menikah, pekerjaan dan lamaran misalnya. Namun, berbeda lagi jika sudah menikah, maka pertanyaan akan berkaitan dengan hamil, memiliki rumah dan hal yang berkaitan dengan rumah tangga.

Kedua, sadari bahwa semua yang keluar dari orang lain adalah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan. Pertanyaan yang menyakitkan bagi kita adalah sesuatu yang tidak bisa kita bendung. Semua itu akan lahir walaupun tidak kita inginkan. Pelajaran dari hal ini adalah tidak melakukan hal yang sama dengan sesuatu yang menyakiti kita.

Ketiga, sadari bahwa segala bentuk kemapanan adalah sesuatu yang bertahap. Tidak mungkin kita akan sampai pada semua capaian dalam waktu yang sama. Walaupun itu bisa terjadi, namun untuk makhluk underprevilage tampaknya tetap penting membangun kesadaran ini.

Jadi fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan.

Yakin bahwa semua pertanyaan itu akan terjawab secara bertahap. Sadari, bahwa semua itu mungkin belum tepat lahir pada lebaran tahun ini, karena bukan prioritas. Jika yang ditanyakan adalah kegagalan, maka yakini bahwa itu hanya soal penundaan waktu, semuanya akan datang pada waktu yang tepat.

Keempat, sadari bahwa sejatinya kita telah melakukan banyak pencapaian yang sayangnya tidak menjadi pertanyaan pada hari lebaran. Misalnya lulus cumlaude, menjadi pribadi yang tidak mudah baper, selalu bisa bangun pagi, berhasil diet, serta banyak pencapaian yang lain. menyadari bahwa banyak kawan-kawan lain yang lebih kesulitan untuk mendapatkan kebahagiaan dan sulit mendapatkan ketenangan dibanding kita yang hanya akan merasa tidak tenang dengan pertanyaan lebaran.

Terakhir, hal ini sebetulnya mencakup semua yang telah penulis sampaikan di atas. Sebenarnya dalam hal apapun kita sangat penting memiliki kesadaran secara penuh atas apa yang sedang kita kerjakan, sebab hal tersebut membantu kita mengetahui sepenuhnya apa yang sedang terjadi pada diri kita.

Lebih lanjut, kita akan lebih mudah menjawab semua pertanyaan yang dianggap menyeramkan itu dengan tenang dan mudah. Melakukan segala bentuk pilihan dan tindakan dengan mindful memang membuat kami lebih mudah untuk mengetahui alasan kenapa kita harus melakukan hal tersebut, sehingga tidak mungkin berjalan tanpa alasan atau seperti robot.

Lebih singkatnya, kita harus sadar dan tegas atas setiap pilihan yang telah kita pilih. Setiap pilihan adalah pekerjaan terbaik. Subjek yang paling otoritatif untuk menilai setiap pilihan kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Dari sana kita tidak akan lagi goyah dengan faktor eksternal yang mendarat pada diri kita, seperti pertanyaan paska lebaran. []

Tags: Hari Raya Idulfitri 1446 HMindfulnessperempuanRefleksi Lebaranstigma
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Kehendak Ilahi

Kehendak Ilahi Terdengar Saat Jiwa Menjadi Hening: Merefleksikan Noble Silence dalam Perspektif Katolik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo
  • Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID