• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku “A Diary of Genocide”: Mereka Tidak Akan Hilang dan Terlupakan

Atef menulis dan merekam setiap detail peristiwa yang ia alami selama perang layaknya ia menulis buku harian.

Nabila Hanun Nabila Hanun
17/11/2024
in Buku, Rekomendasi
0
Diary of Genocide

Diary of Genocide

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Genosida yang Israel lakukan terhadap Palestina masih belum berakhir. Terhitung sudah terjadi kurang lebih 1 tahun dan belum terlihat tanda-tanda akan berakhir. Ratusan ribu nyawa berharga tercabut sia-sia. Namun, perlawanan mereka –bangsa Palestina, belum padam. Palestina masih melawan, meskipun tidak selalu menggunakan senjata.

Resensi Buku

Buku “A Diary of Genocide” ditulis oleh Menteri Kebudayaan dan Kesenian Otoritas Palestina periode 2019-2024, Atef Abu Saif. Dalam buku tersebut, beliau menulis dari hari pertama perang, yakni pada 7 Oktober 2023, hingga hari ke-85 perang pada 30 Desember 2023.

Atef sendiri telah menerbitkan beberapa buku lain seperti “The Drone Eats With Me” dan “A Suspended Life”. Sebagian besar bukunya bercerita mengenai bangsa Palestina yang masih berjuang memperoleh kemerdekaannya.

Atef menulis dan merekam setiap detail peristiwa yang ia alami selama perang layaknya ia menulis buku harian. Dan setiap kali berganti halaman, pembaca dibawa hanyut ke dalam perasaan kosong dan hampa –gambaran perasaan korban perang yang tiap detik dihantui ketidakpastian dan kematian.

Dari buku ini, pembaca dapat memahami bahwa ketika perang terjadi, segala hal menjadi sulit. Bahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan dasar. Tidur menjadi tidak nyenyak, karena kita tidak tahu apakah masih bisa melihat esok hari.

Baca Juga:

Iran dan Palestina: Membaca Perlawanan di Tengah Dunia yang Terlalu Nyaman Diam

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Kebengisan Israel juga dipaparkan secara jelas di buku ini. Setiap menit drone dan rudal dijatuhkan. Mereka memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi, namun pada akhirnya mereka tetap membunuh lautan pengungsi tersebut. Tidak sedikit mereka yang dieksekusi secara tidak adil.

Sisi Humanis dari Bangsa Palestina

Rumah sakit, tempat ibadah, dan sekolah yang sepatutnya menjadi tempat yang aman untuk berlindung, tetap menjadi sasaran penyerangan. Mereka –Israel, membombardir habis Kota Gaza dan tidak ingin kota tersebut terlihat cantik. Mereka menjadikan kota itu menjadi kota hantu.

Namun, di balik kebengisan Israel ini, Atef memperlihatkan sisi hangat dan humanis dari bangsa Palestina. Warga Palestina tetap saling membantu satu sama lain, dan bagaimana mereka bersuka cita ketika masih mendapati orang terdekat mereka masih selamat.

Saat Atef dan anaknya harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, orang-orang Palestina dengan murah hati menawarkan bantuan. Teman-temannya bahkan menjamunya dengan hangat. Kondisi seperti ini membuat hati para pembaca menjadi terenyuh. Di saat dunia berpaling, mereka tetap menjadi sebaik-baiknya manusia.

Pada akhir cerita, Atef dan anaknya berhasil mengungsi ke Mesir. Walaupun begitu, ia tetap tidak bisa berhenti memikirkan keluarganya yang masih terjebak di tengah peperangan. Ia menggambarkan perasaannya ini sebagai dilema orang yang terusir –menderita jika tetap tinggal, dan menderita juga ketika pergi.

Mereka Tidak Akan Hilang

Apa yang Atef lakukan adalah supaya orang-orang masih ingat bangsa Palestina. Ia memberikan gambaran peristiwa yang warga Palestina alami selama perang –dan bagaimana seharusnya dunia berpihak kepada mereka. Hal ini karena apa yang terjadi d sana ialah pembantaian generasi.

Adapun dua kemungkinan yang bisa terjadi terhadap akhir dari perang ini. Pertama, yakni akhirnya Palestina merdeka dan betul-betul terbebas dari hama Israel. Karya Atef dan berbagai karya lain dari seniman Palestina akan menjadi pengingat.

Kedua, tentunya kita tidak ingin hal ini terjadi, bahwa Palestina hilang dan habis karena genosida ini. Namun, mereka tidak sepenuhnya hilang berkat karya-karya ini. Berbagai karya ini akan membuktikan bagaimana dunia gagal dalam menjaga mereka dan tidak sepatutnya kita berpaling dari Palestina. []

Tags: Diary of GenocideGazaGenosidaIsraelPalestinaResensi Buku
Nabila Hanun

Nabila Hanun

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID