Mubadalah.id – Dalam sejarahnya, Ka’bah, adalah bangunan tertua di muka bumi. Ia dibangun oleh Nabi Ibrahim, dibantu putra terkasihnya Ismail As. Nabi Ibrahim disebut sebagai bapak para Nabi.
Bahkan dalam sebuah riwayat, ia telah ada jauh sebelum Nabi Ibrahim. Ia pertama kali yang membuatnya adalah para Malaikat, lalu Nabi Adam, Nabi Syits, lalu Ibrahim. Jadi Ibrahim hanya melanjutkan bangunan ini yang sebelum telah ada fondasi oleh Malaikat atau Nabi Adam.
Ka’bah sengaja Tuhan bangun sebagai simbol titik pusat rotasi kehidupan semesta. Ka’bah bagai matahari yang menjadi pusat tata surya yang di kelilingi oleh jutaan planet. Seluruh planet ini memperoleh pantulan dari cahayanya.
Hal ini sesungguhnya hendak menggambarkan bahwa seluruh alam semesta, tak hanya manusia, tapi juga para Malaikat, berputar tak pernah berhenti mengitarinya, sambil menyenandungkan pujian dan memahasucikan Allah, Penciptanya.
Seluruh alam semesta tergerak oleh “Tangan” Tuhan dan memperoleh sinar dari Nur (Cahaya) Tuhan. Allah lah “Nur ‘ala Nur” Cahaya di atas cahaya.
Di Bait Allah ini para jamaah haji maupun Umrah, melakukan ritual “Thawaf” yang berarti mengelilingi atau memutari bangunan Kabah itu, minimal 7 putaran.
Tawaf juga adalah simbol perjuangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyatukan pikiran, hati dan langkah manusia dalam nuansa yang sepenuhnya pasrah kepada dan menuju ke satu titik dari mana mereka berasal dan ke mana pula mereka akan kembali. Titik itu tidak lain adalah Allah.
Dia adalah Pusat Eksistensi (Wujud), kepada siapa seluruh alam semesta, termasuk manusia harus mengabdi dan menghambakan diri. Karena Allah Swt lah Pencipta, Pengatur dan Pemberi anugerah yang tak terbatas kepada ciptaan-Nya. []