• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Sesama Perempuan Saling Support, Tidak Saling Menjatuhkan

Lagu yang mendapat ribuan komentar itu, membuat saya menyadari bahwa memang tak ada yang sempurna dan tak perlu menjadi sempurna. Kita hanya perlu mendengarkan diri sendiri, dan memahami apa yang sebenarnya dibisikkan hati

Rara Zarary Rara Zarary
27/03/2022
in Pernak-pernik, Rekomendasi
0
Sesama Perempuan

Sesama Perempuan

470
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Hingga saat ini, masih banyak perempuan yang mendapat body shaming dari keluarga, teman, sahabat, bahkan sesama perempuan lainnya. Hal ini tak jarang membuat perempuan insecure, kehilangan percaya diri, kehilangan semangat, bahkan mengasingkan diri dari keramaian, parahnya mereka kehilangan “diri sendiri.”

Perempuan merasa dunia tak menganggap keberadaannya, kehadirannya yang tak diinginkan dan merasa tercampakkan, bahkan di dalam keluarganya sendiri, di lingkungannya sendiri. Jika sudah begitu, kemanakah Ia menemukan rasa aman?

Perasaan demikian masih dirasakan oleh ribuan perempuan, bahkan mungkin lebih, salah satunya bisa kita lihat dari ribuan komentar melalui lagu Tutur Batin dalam akun youtube Yura Yunita. Tutur Batin merupakan sebuah lirik yang diciptakan oleh Yura Yunita dan Donne Maula, yang trending dan mendapat ribuan lebih komentar yang rata-rata datang dari akun sesama perempuan, barangkali dianggap mewakili apa yang selama ini dirasakan. Begini penggalan lagu Tutur Batin:

Tutur batinku tak akan salah

Silakan pergi, ku tak rasa kalah

Baca Juga:

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Namun percayalah sejauh mana kau mencari

Takkan kau temukan yang sebaik ini

 

Kau yang ke sana kemari,

kau anggap aku tak cukup

Semua kesempatan

dan langkahku coba kau tutup

‘Kan kubuat jalanku sendiri

 

Tutur batinku tak akan salah

Silakan pergi, ku tak rasa kalah

Namun percayalah sejauh mana kau mencari

Takkan kau temukan yang sebaik ini

 

Aku tak sempurna, tak perlu sempurna

Akan kurayakan apa adanya

“Bagiku, Tutur Batin mengartikan suara hati terdalam dan dengan penuh keyakinan bahwa aku tidak akan lagi mengkompromikan nilai-nilai yang kupunya sebagai perempuan. Banyak dari kita yang pernah dianggap tidak cukup, dianggap tidak sempurna, ditutup langkah & kesempatannya.” Yura Yunita menulis dalam sebuah akun youtubenya, sebagai pengantar launching lagu Tutur Batin (2021).

Lebih lanjut Yura mengungkapkan bahwa selama ini para perempuan telah banyak mengalami ditutupnya jalan dan kesempatan hanya karena menjadi perempuan. “Namun semakin jalan kita ditutup, semakin kita sebagai perempuan akan berdiri lebih tegak dan bisa membuat jalan kita sendiri. Dari banyaknya tantangan yang kulalui aku belajar bahwa mengejar kesempurnaan nggak akan ada habisnya, hingga kita bisa menerima diri kita apa adanya.” Tulisnya.

Ribuan perempuan merasa bahagia sekali dengan hadirnya lagu ini, hal itu terlihat dari ribuan komentar yang merasa terwakili, merasa bahagia dan cocok dengan lagu ini. Lirik yang begitu mewakili suara-suara perempuan yang dianggap tidak sempurna karena bentuk tubuh, karena dinilai tidak cantik, tidak mencapai standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat atau bahkan budaya.

Lagu yang mendapat ribuan komentar itu, membuat saya menyadari bahwa memang tak ada yang sempurna dan tak perlu menjadi sempurna. Kita hanya perlu mendengarkan diri sendiri, dan memahami apa yang sebenarnya dibisikkan hati, tidak melulu mendengar kata orang, tidak down karena nilai dari pihak luar, dan tak perlu merasa tidak memiliki makna dalam hidup hanya karena penilaian orang terhadap diri kita.

Tentu kita punya kehidupan yang kita sendiri bisa menentukannya, kita memperjuangkan, dan bertanggung jawab atas hal itu, bukan orang lain.

Ironisnya, kondisi demikian itu tidak hanya terjadi antara laki-laki dan perempuan, namun sesama perempuan saling mengerdilkan, menilai beda dan menjauhi sesama perempuan yang dianggap berbeda dengannya, membentuk kelompok kecil yang dianggap selevel dalam gaya hidup dan nilai standar kecantikan, betapa begitu menyakitkan, dan semoga ini tidak terjadi pada diri kita, baik sebagai pelaku atau bahkan sebagai korban.

Hal inilah yang menjadi salah satu sebab betapa hidup rasanya tidak demikian adil bagi seluruh umat, salah satu penyebabnya datang dari manusia itu sendiri. Kita sebagai manusia secara sadar atau tidak menjadi Tuhan atas apa yang kita lihat, kita nilai, dan itu membuat pihak lain merasa rendah atau dengan sengaja kita rendahkan dengan cara membanding-bandingkan.

Betapa miris kehidupan yang semakin ke sini terkotak-kotak dengan penilaian kita sendiri, apalagi hanya soal bentuk badan, nilai ideal, dan nilai standar cantik yang dibuat oleh kita, dibuat oleh perusahaan kosmetik, dibuat oleh budaya. Lihatlah berapa banyak di antara kita yang akhirnya insecure bahkan mengasingkan diri dari peradaban, karena merasa tak dianggap dan tak diinginkan oleh kehidupan.

Apakah kita adalah satu di antara orang itu? Sebagai pelaku atau korban? Mari kita introspeksi. Paling tidak, jika (secara tak sadar) kita menjadi pelaku, mari berpikir ulang untuk tidak melakukannya lagi dan tak membuat kehidupan ini semakin senjang hanya karena sebuah nilai yang kita ciptakan sendiri.

Namun bila ternyata diantara kita adalah korban, semoga kita tetap baik-baik saja, dan sadar bahwa nilai itu hanyalah standar nilai manusia. Kita bisa terus hidup dengan sebaik-baiknya peran kita dan sebenar-sebenarnya jalan yang tak merugikan orang lain apalagi diri sendiri.

Mari menjadi manusia yang tak lepas melakukan kebaikan, menciptakan kedamaian, dan menenteramkan, termasuk pada laki-laki dan perempuan. Dalam kondisi ini, khususnya kepada para perempuan, marilah kita menjadi support system bagi sesama perempuan lainnya, bukan menjadi bumerang bagi mereka dalam menghargai diri juga kehidupannya.

Apalagi kita sesama perempuan, baiknya kita menjadi support system yang baik dan positif  bagi sesama, bukan malah menjadi bumerang dan penyakit. Hal ini tak hanya menjadi tugas perempuan, namun juga seluruh manusia termasuk laki-laki, mari sama-sama memaknai dan menciptakan hidup ini lebih baik dan lebih positif. Menjadi bagian yang saling mensupport dan menghargai.

Jika sesama perempuan saja tak bisa saling menghargai dan menerima, bagaimana kita berharap pada pihak lain? Mari mulai dari kita. []

Tags: Lagu Tutur BatinperempuanStandar KecantikanSupport SystemYura Yunita
Rara Zarary

Rara Zarary

Perempuan asal Madura, saat ini aktif di komunitas Pesantren Perempuan, lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Terkait Posts

Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pandangan Subordinatif

    Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID