Sabtu, 13 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Keulamaan Perempuan pada

    Prof. Euis: Kajian Keulamaan Perempuan Tak Cukup Berhenti pada Glorifikasi

    Digital KUPI

    Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif

    Pemulihan Ekologi

    Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata

    ulama perempuan

    Menyulam Arah Gerakan Ulama Perempuan dari Yogyakarta

    Data Pengalaman Perempuan

    Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    Halaqah Kubra 2025

    Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    Halaqah Kubra

    Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

    Halaqah Kubra di UIN

    KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

    pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bencana Alam

    Bencana Alam, Panggung Sandiwara, dan Kesadaran Masyarakat Modern

    Hak Bekerja

    Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas

    Bencana Alam

    Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

    Berbagi

    Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    Madrasah Creator KUPI

    Nanti Kita Cerita Tentang Madrasah Creator KUPI dan Halaqah Kubra KUPI

    krisis Laut

    Krisis Ekosistem Laut: Dari Terumbu Karang Rusak hingga Ancaman Mikroplastik

    Laras Faizati

    Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    Haramain

    Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Keulamaan Perempuan pada

    Prof. Euis: Kajian Keulamaan Perempuan Tak Cukup Berhenti pada Glorifikasi

    Digital KUPI

    Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif

    Pemulihan Ekologi

    Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata

    ulama perempuan

    Menyulam Arah Gerakan Ulama Perempuan dari Yogyakarta

    Data Pengalaman Perempuan

    Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    Halaqah Kubra 2025

    Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    Halaqah Kubra

    Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

    Halaqah Kubra di UIN

    KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

    pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bencana Alam

    Bencana Alam, Panggung Sandiwara, dan Kesadaran Masyarakat Modern

    Hak Bekerja

    Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas

    Bencana Alam

    Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

    Berbagi

    Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    Madrasah Creator KUPI

    Nanti Kita Cerita Tentang Madrasah Creator KUPI dan Halaqah Kubra KUPI

    krisis Laut

    Krisis Ekosistem Laut: Dari Terumbu Karang Rusak hingga Ancaman Mikroplastik

    Laras Faizati

    Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    Haramain

    Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kita Setara di Hadapan Tuhan, tapi tidak di Hadapan Manusia

Islam hadir dengan misi keadilan untuk semesta, dan memberi tuntunan yang sangat jelas dalam hidup bermasyarakat. Jika salah satunya, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kelebihan dan keunggulan, bukan berarti yang lain lebih rendah atau dapat direndahkan

Irfan Hidayat Irfan Hidayat
28 September 2021
in Publik
0
Manusia

Manusia

210
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berbicara tentang relasi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan merupakan suatu hal yang sangat kompleks. Berbagai aktvitas sosial dan forum-forum lembaga swadaya masyarakat sudah banyak memperbincangkan topik-topik terkait relasi laki-laki dan perempuan dalam koridor kemanusiaan. Hal tersebut merupakan salah bentuk kepedulian ‘sebagian manusia’ terhadap fenomena ketimpangan gender yang sangat sering terjadi di kehidupan kita.

Dewasa ini kasus-kasus yang sangat memilukan tidak pernah absen dari media massa. Terlebih fenomena kekerasan terhadap perempuan yang kerap kali muncul ke publik. Yang terbaru ialah kasus kekerasan seksual yang terjadi pada lima siswi SMA di Timika oleh salah seorang petugas kementerian setempat.

Selain itu, kasus yang menjerat artis sekaligus host layar kaca Indonesia, Saiful Jamil, yang sekarang terbebas dari vonis hukuman 5 tahun penjara akibat perbuatannya yang mencabuli pelajar kelas III SMA. Ironisnya, bebasnya Saiful Jamil seakan disambut hangat oleh dunia entertainment dan televisi kita, dan diksi yang bermunculan yang kita terima seolah-olah pelaku adalah korban dari vonis hukum yang ia terima.

Kasus-kasus di atas merupakan fenomena yang sangat memilukan dan menyesakkan dada. Bahkan, data dan catatan kasus mengerikan lainnya yang dicatat oleh Komnas Perempuan. Lembaga negara independen untuk penegakan hak asasi perempuan Indonesia tersebut mencatat sepanjang tahun 2019 saja terdapat 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani. Data tersebut mengalami kenaikan 6% dari tahun sebelumnya yaitu 406.178 kasus.

Kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi setiap tahunnya ini mencakup ranah privat/ personal, ranah publik/negara. Selain itu, terdapat fenomena pembunuhan terhadap perempuan hanya karena dia seorang perempuan, atau sering disebut dengan femisida. Komnas Perempuan menjelaskan bahwa femisida kini menjadi isu serius yang menarik perhatian dunia, akan tetapi di Indonesia fenomena ini kurang mendapat perhatian penuh. Hal ini terlihat dari pendataan yang masih mengkategorikan isu femisida hanya sebagai tindak kriminal biasa.

Dari beberapa uraian di atas, bukan berarti laki-laki tidak bisa menjadi korban dari kasus kekerasan seksual. Meskipun kebanyakan kasus yang menimpanya bukan dengan alasan karena ‘dia terlahir sebagai laki-laki’, tetapi lebih kepada karena ia sebagai kaum minoritas, sikap, atau hal lainnya. Beda halnya dengan yang kerap dialami oleh perempuan, terdapat perbedaan yang mendasar dalam fenomena ini. Ketidakadilan gender sering terjadi dalam kondisi bias, seperti kondisi dimana perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan hanya karena ia dilahirkan menjadi perempuan.

Apabila fenomena femisida ini masih diamini atau bahkan dianggap sebagai hal yang biasa saja oleh masyarakat kita, maka sampai kapan perempuan akan menanggung ‘beban moral’ yang berat hanya karena ia dilahirkan sebagai perempuan? Padahal kita sama-sama sepakat  bahwa Tuhan tidak ‘patriarkis’ dalam menciptakanan umat manusia. Tulisan ini bukan bermaksud untuk menyudutkan laki-laki ataupun perempuan. Melalui tulisan ini, penulis bermaksud untuk menyajikan narasi-narasi kebaikan yang sepatutnya kita sebarluaskan dan kita yakini untuk dapat kita jaga dengan erat.

Ketimpangan Sosial dan Hilangnya Semangat Persaudaraan

ketimpangan sosial juga berdampak buruk pada perbedaan sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan kita, Istilah ketimpangan sosial dan budaya patriarki bukanlah suatu hal yang asing ditelinga dan sudah sering kita dengar. Budaya patriarki ialah budaya yang mana laki-laki sebagai subjek tertinggi dalam setiap tatanan sosial kehidupan. Budaya ini merupakan sistem sosiokultural yang kini tumbuh subur dalam setiap kebudayaan kita.

Menurut Bell Hooks (1952), budaya patriarki tidak memiliki gender (patriarchy has no gender). Pandangan ini sedikit mengundang perhatian pegiat feminisme, karena jika kita berkiblat pada pandangan Bell Hooks tersebut, maka sistem patriarki tidak hanya diperankan dan dikuasai oleh laki-laki, perempuan pun dapat mereproduksi nilai-nilai sistem tersebut karena suatu situasi, pengalaman, ataupun kultur yang ada disekitarnya.

Secara garis besar, patriarki terbagi menjadi dua, yaitu patriarki garis keras dan garis lunak. Patriarki garis keras adalah sistem dimana posisi laki-laki selalu berada di atas dan perempuan ditempatkan di bawah dalam setiap kehidupan. Dalam sistem ini, laki-laki menjadi subjek tunggal kehidupan dan perempuan hanya sebagai objek yang dipaksa tunduk dan patuh secara mutlak atas kehendak laki-laki.

Sedangkan patriarki garis lunak merupakan sistem dimana laki-laki dan perempuan sebagai subjek kehidupan, setiap keputusan akan diselesaikan dengan cara bersama-sama meskipun keputusan tersebut pada akhirnya tetap diputuskan oleh pihak laki-laki.

Lalu bagaimana supaya keduanya sama-sama adil tanpa menjadikan ‘kemanusiaan’ bagi salah satu dari keduanya lebih unggul? Dalam hal muamalah, baik laki-laki atau perempuan, keduanya seyogyanya sama-sama meyakini dan menyadari bahwa keduanya merupakan subyek utama sebagai manusia dalam setiap kehidupan. Apabila terdapat suatu perkara yang harus diputuskan, maka keputusan tersebut diambil dan dibuat secara bersama-sama.

Laki-laki atau perempuan sama-sama mempertimbangkan kondisi masing-masing, sehingga ‘kemanusiaan’ bagi laki-laki tidak serta merta menjadi kemashlahatan atau keadilan unggul yang mutlak bagi perempuan atau bahkan sebaliknya. Sehingga, dengan demikian, ukhuwah (persaudaraan) dapat terjalin, yang kemudian peradaban yang adil dan setara dapat terwujud.

Perempuan dan Laki-Laki serta Pentingnya Ber-ta’awun

Hal yang seringkali disalahpahami ialah terkait pemaknaan kitab suci Al-Qur’an yang selalu memanggil atau menjadikan laki-laki sebagai subjek yang selalu disebut secara tekstual. Hal tersebut menegaskan bahwa tidak semua orang dapat menterjemahkan Al-Quran secara tekstual, akan tetapi butuh ilmu pengetahuan yang luas dan bahkan pemahaman yang mendasar serta mendalam mengenai bahasa dan istilah-istilah yang ada di dalamnya. Begitu banyak ayat-ayat yang menggunakan struktur bahasa laki-laki secara tekstual, akan tetapi pada dasarnya memiliki makna seruan bagi keduanya.

Terdapat banyak sekali ayat-ayat tentang ajakan bertaqwa, beriman, berbuat adil, puasa, shalat, menuntut ilmu dan lain sebagainya. Setiap ajakan dan perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan seruan bagi laki-laki dan perempuan. Islam hadir untuk laki-laki dan perempuan, bukan untuk salah satunya atau bahkan hanya memuliakan salah satunya saja.Sama sekali tidak membedakan jenis kelamin. Islam mengharuskan baik laki-laki atau perempuan untuk saling komitmen serta saling bantu membantu dalam hal kebaikan (ber-ta’awun).

Semangat Kesetaraan yang Berkemanusiaan

Secara biologi, laki-laki dan perempuan memang memiliki perbedaan yang begitu mendasar. Namun, terdapat perbedaan yang secara sosial kehidupan bisa bersinergi. Perbedaan biologis antara keduanya bersifat universal yang merupakan pemberian dari Tuhan (given from God), dibawa sejak dalam kandungan serta tidak dapat dipertukarkan. Sedangkan perbedaan sosial antara keduanya bersifat ikhtiyari atau bisa saja dipertukarkan, keadaannya relatif, bisa saja adil bahkan bisa juga tidak adil. Tergantung bagaimana dan dari mana kita memahami antara teks dan konteksnya.

Dari perbedaan tersbut, seyogyanya harus menjadi suatu keniscayaan untuk selalu mempertimbangkan segala bentuk kemanusiaan dan keadilan baik dari segi kebijakan, kearifan, kemaslahatan, keadilan sosial dengan pengalaman panjang antara keduanya. Sehingga nantinya, peradaban yang adil serta setara dapat terwujud supaya tidak ada yang melakukan keburukan satu sama lain, atau bahkan kekerasan dan kedzaliman dalam bentuk apapun dan atas nama apapun.

Islam hadir dengan misi keadilan untuk semesta, dan memberi tuntunan yang sangat jelas dalam hidup bermasyarakat. Jika salah satunya, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kelebihan dan keunggulan, bukan berarti yang lain lebih rendah atau dapat direndahkan. Kelebihan laki-laki dan perempuan patut dijadikan semangat agar dapat berkontribusi sesuai kapasitas serta kemampuannya. Dengan cara saling memahami, saling menghormati dan saling memuliakan satu sama lain yang didasari dengan semangat kemitraan dalam hal “amar ma’ruf nahi munkar“, maka keadilan hakiki bagi umat manusia dapat terwujud.

Selanjutnya, dalam mengobarkan semangat kesetaraan, sudah menjadi tugas dan kewajiban bagi kita semua untuk memberdayakan diri semaksimal mungkin dengan banyak melakukan reinterpretasi terhadap teks-teks dan tafsir agama yang jauh bahkan melenceng dari pesan dan misi Islam itu sendiri. Penafsiran yang seringkali diselewengkan dan bahkan dimonopoli untuk menjustifikasi kepentingan suatu kelompok tertentu, karena sejatinya setiap manusia akan selalu tumbuh dan berkembang bukan hanya berdiam ketika banyak kekacauan terjadi.

Siapapun itu, bai laki-laki atau perempuan yang memiliki amal shalih, menebarkan kerahmatan bagi alam semesta, maka dialah yang nantinya akan mendapatkan kemuliaan di sisi Tuhan dan bahkan sebaik-baiknya ganjaran pahala di sisi Tuhan semesta alam. []

Tags: feminismeGenderislamkeadilankemanusiaanKesalinganKesetaraan GenderKesetaraan Laki-laki PerempuanPrinsip Kesetaraansetara
Irfan Hidayat

Irfan Hidayat

Alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga, Kader PMII Rayon Ashram Bangsa

Terkait Posts

Film Gowok
Film

Film Gowok: Ketika Kebencian Menghancurkan Rasa Kemanusiaan

13 Desember 2025
Memaknai Hijab
Khazanah

Memaknai Hijab dan Kebebasan Perempuan dalam Novel Ratu yang Bersujud

12 Desember 2025
Halaqah Kubra di UIN
Aktual

KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

12 Desember 2025
Haramain
Publik

Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

11 Desember 2025
Halaqah Kubra
Aktual

KUPI akan Gelar Halaqah Kubra untuk Memperkuat Peradaban Islam yang Ma’ruf dan Berkeadilan

10 Desember 2025
16 HAKTP di
Aktual

Fitri Nurajizah di 16 HAKTP: Kekerasan terhadap Perempuan adalah Pelanggaran Martabat Kemanusiaan

6 Desember 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bencana Alam

    Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bencana Alam, Panggung Sandiwara, dan Kesadaran Masyarakat Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prof. Euis: Kajian Keulamaan Perempuan Tak Cukup Berhenti pada Glorifikasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Prof. Euis: Kajian Keulamaan Perempuan Tak Cukup Berhenti pada Glorifikasi
  • Bencana Alam, Panggung Sandiwara, dan Kesadaran Masyarakat Modern
  • Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif
  • Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas
  • Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID