Mubadalah.id – Istilah Generasi atau Gen digunakan menggambarkan kelompok orang yang lahir dalam rentang waktu yang tertentu. Bahkan sering kali membagi ciri-ciri sosial, budaya dan karakter.
Karena bagaimana pun juga pasti setiap generasi memiliki pengalaman dan karakter yang berbeda. Hal bisa dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa penting dalam pengalaman dan perkembangan teknologi pada masa mereka.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan populasi masyarakat Indonesia dalam enam generasi.
Pertama, Pre- Boomer. Generasi yang lahir sebelum 1945, cenderung memiliki jiwa yang tangguh. Karena dalam monteks kebangsaan saat itu situasi yang sulit dan dalam situasi perang.
Kedua, Baby Boomer adalah generasi yang lahir pada tahun 1946-1964 ini merupakan generasi yang mempunyai karakter pekerja keras dan pantang menyerah. Serta memiliki karakter yang matang karena ditempa oleh keadaan yang serba sulit paska kemerdekaan Indonesia.
Ketiga, Gen X, generasi yang lahir pada tahun 1965-1980. Mereka tumbuh pada situasi perubahan sosial dan perkembangan teknologi cenderung meiliki karakter lebih individualitas, pragmatis, sinis serta bersikap toleran berbagai gaya hidup dan perbedaan kultur.
Milenial
Keempat, Milenial, mereka yang lahir pada tahun 1980-1996. Dikenal juga sebagai generasi Y. Generasi ini lahir bersamaan dengan munculnya teknologi informasi dan komunikasi yang membuat mereka mengenal gawai, mengakses komputer dan memiliki sosial media. Karakter generasi ini lebih terbuka pada perubahan serta menuntut dapat jawaban yang instan.
Kelima, Gen Z. Generasi yang lahir pada tahun 1997-2012 dikenal sebagai iGen atau Generasi Internet, mereka tumbuh dengan smartphone, media sosial dan internet yang merajai kehidupan sehari-hari. Sehingga karakter mereka terbentuk sebagai manusia yang suka berkomunikasi secara maya, berkolaborasi dalam pekerjaan serta toleran.
Keenam, generasi Post Gen Z juga dikenal generasi Alpha, tumbuh di tengah perkambangan teknologi yang terus berlanjut. Termasuk kehadiran kecerdasan buatan dan realitas virtual. kecenderungan karakter generasi ini bermain dengan permainan berbasis aplikasi dan menghabiskan banyak waktu di depan layar.
Dengan enam kelompok generasi itu, saya justru tertarik kepada Gen Z. Mengutip informasi dari Kompas.id, ada cara khusus bagaimana kita berelasi dengan Gen Z. Cara tersebut kita kenal dengan istilah “situasionship”.
Istilah situasionship merupakan hubungan romantis dua orang yang belum menyatakan dirinya sebagai pasangan tetapi lebih dari persahabatan. Pola relasi seperti ini menurutnya menjadi sebuah pola hubungan romantis paling moderan saat ini.
Cara Mubadalah Melihat Situasionship Ala Gen Z
Mubadalah adalah pendekatan yang mengusung prinsip kesetaraan, keadilan, dan keseimbangan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Dalam situasi relationships, Mubadalah mengajak kita untuk melihat apakah hubungan tersebut mendukung prinsip-prinsip ini.
Pertama, kesetaraan dalam keputusan. Mubadalah menekankan pentingnya kesetaraan dalam pengambilan keputusan dalam hubungan.
Dalam situationship, kesetaraan ini bisa dilihat dari bagaimana kedua belah pihak mendefinisikan dan merundingkan batasan-batasan hubungan mereka. Penting untuk memastikan bahwa kedua pihak merasa setara dan tidak ada yang merasa terpaksa atau dirugikan.
Kedua, transparansi dan kejujuran. Prinsip Mubadalah juga menekankan pentingnya transparansi dan kejujuran dalam hubungan. Situationship sering kali menghadirkan tantangan dalam hal ini, karena sifatnya yang ambigu. Oleh karena itu, penting bagi kedua pihak untuk secara jujur mengomunikasikan perasaan, kebutuhan, dan ekspektasi mereka.
Ketiga, keseimbangan hak dan kewajiban. Mubadalah menekankan keseimbangan hak dan kewajiban dalam hubungan. Dalam situationship, keseimbangan ini bisa tercapai jika kedua pihak secara aktif berkontribusi untuk menjaga keseimbangan emosional dan memastikan bahwa tidak ada pihak yang merasa tereksploitasi atau terabaikan.
Oleh sebab itu, dengan menggunakan perspektif Mubadalah, kita bisa melihat bahwa situationship dapat mendukung prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan. Terutama terkait bagaimana komunikasi yang jujur, transparan, dan seimbang. Dengan begitu, situationship bisa menjadi ruang yang sehat dan saling mendukung bagi kedua belah pihak. []