Mubaadalahnews.com,- Kesadaran remaja tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi (kespro) masih kurang. Padahal kespro merupakan hal penting untuk menciptakan generasi sehat. World Health Organization (WHO) menjelaskan kespro adalah suatu keadaan fisik mental dan sosial yang utuh pada fungsi, proses dan bebas dari penyakit sistem reproduksi.
“Orang tua mempunyai peran yang penting dalam memberikan pendidikan kespro dan seksualitas terhadap anaknya. Agar mereka mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman. Agar menghasilkan keturunan yang sehat,” kata Turisih Widyowati, pegiat Bayt al-Hikmah, ditemui saat Sekolah Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) ke-4, di kawasan Fahmina, Senin (3/12).
Pendidikan kespro untuk para remaja yang diadakan Bayt al-Hikmah tersebut merupakan salah satu rangkaian kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) di Cirebon. Acara ini juga sebagai salah satu cara untuk melakukan upaya melawan pelecehan seksual.
Menurut Asih, dari SKRR diharapkan para remaja, laki-laki dan perempuan, memahami kedaulatan tubuhnya. Diharapkan juga agar mereka mampu meyuarakan ketika mengalami pelecehan dari orang lain.
“Harus bersuara. Carilah teman yang bisa dipercaya untuk menceritakan apa yang dialami. Jangan diam saja. Kalau diam saja maka itu sama halnya kita menimbun satu masalah atau beban mental yang sangat berbahaya bagi perkembangan. Bisa melapor ke Fahmina Institute, WCC Mawar Balqis atau ke SKRR Bayt al-Hikmah,” tutur Asih.
Kekerasan Seksual
Fasilitas umum (fasum) yang berada ruang publik di kota-kota besar di Indonesia dinilai Asih masih belum ramah dan aman terhadap anak-anak, terutama perempuan. Berbagai tindakan kriminal, termasuk kekerasan seksual rawan menimpa mereka saat menggunakan fasum.
Asih mengungkapkan di angkutan umum misalnya, ada orang yang sengaja melakukan hal yang tidak senonoh kepada perempuan atau anak-anak.
“Sebenarnya mereka sering ngalamin itu, tapi diam saja. Tidak mau bersuara. Nah di SKRR Bayt al-Hikmah ini para peserta diajarkan untuk mulai bersuara dan mengenal bagian-bagian tubuhnya. Mana yang boleh disentuh, mana yang tidak. Dan mereka paham betapa pentingnya tubuh mereka sendiri,” ujar Asih.
Angka kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan itu Indonesia masih tinggi. Women Crisis Center (WCC) Mawar Balqis merilis ada 58 aduan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Wilayah III Cirebon. Sebagian besar dari jumlah itu korbannya merupakan anak-anak dan remaja. Mirisnya, pelakunya adalah orang terdekat korban.
Asih mengatakan, fakta-fakta itulah yang membuat SKRR Bayt al-Hikmah mendampingi korban secara langsung. Tetapi, jika ada memperlukan pendampingan khusus, korban dirujuk ke WCC Mawar Balqis, yang memang fokus terhadap pendampingan korban.
“Semuanya saling bekerja sama mulai dari masyarakat, teman-teman aktivis, pemerintah dan semua dinas terkait,” kata Asih.
Selain itu, Asih mengungkapkan, para aktivis dalam Jaringan Perempuan untuk Kemanusiaan di Cirebon melakukan gerakan untuk mendorong agar RUU Penghapusan Kekerasan Seksual segera disahkan.
“RUU PKS harus segera disahkan. Selama ini kasus pelecehan seksual masih menggunakan KUHP,” jelas Asih. (RUL)