• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Stunting dan Masa Depan Anak Indonesia

Zahra Amin Zahra Amin
29/01/2018
in Aktual
0
Ilustrasi: Pixabay

Ilustrasi: Pixabay

47
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Pekan kemarin, tepatnya pada 25 Januari 2018 diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Tahun ini mengambil tema “Mewujudkan Kemandirian Keluarga dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Pencegahan Stunting”. Namun banyak sekali di antara kita, terutama para orangtua yang belum mengenal stunting. Bahkan tidak sedikit tenaga kesehatan yang belum memahami persoalan tersebut. Rendahnya tinggi badan anak, salah satu ciri utama stunting, yang sampai hari ini masih dianggap karena masalah keturunan.

Padahal sebenarnya komposisi genetik bukan faktor utama yang menentukan tinggi badan. Kendala lingkungan merupakan persoalan yang lebih penting. Karena stunting bukanlah isu sederhana, tidak hanya merugikan pertumbuhan fisik dan kecerdasan, tetapi juga kesehatan anak di masa depan.

Kasus stunting di Indonesia cukup tinggi, 7,6 juta anak Indonesia menderita stunting. Sebanyak 37 persen anak Indonesia yang masih membutuhkan perhatian lebih karena mereka tidak tumbuh dengan baik. Ini bukan jumlah yang sedikit, dan terjadi semata-mata karena asupan gizi yang kurang. Karena anak adalah masa depan kita bersama, yang harus kita persiapkan dengan matang.

Banyak orang tua yang berjuang keras dan memberikan sekolah terbaik untuk masa depan anak. Tetapi sebenarnya kunci bagi kehidupan masa depan anak bukan saat ia mulai sekolah, melainkan di awal-awal hidupnya yakni 1000 hari pertama sejak di dalam kandungan selama 9 bulan, hingga ia berusia dua tahun.

Periode 1000 hari pertama manusia itu, secara permanen dapat mempengaruhi kesehatan dan peluang anak pada masa depan dengan tubuh sehatnya. Teori ini dikembangkan setelah puluhan tahun diteliti oleh Profesor David Barker dan rekannya di Southhampton University. Professor Barker menemukan ada serangkaian tahapan yang kritis dalam perkembangan anak. Jika tahapan tersebut dilalui tidak sempurna maka akibatnya akan timbul dikemudian hari saat anak dewasa dan tua.

Baca Juga:

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Teori Barker atau dikenal juga dengan istilah fenomena Barker, yakni dampak lanjutan dari stunting yang berefek pada kesehatan dan produktifitas anak, tingkat kecerdasan yang menurun, menyebabkan rendahnya produktivitas anak ketika dewasa. Akibatnya pendapatan yang diperoleh kurang dan tidak menghindarkan dirinya dari kemiskinan. Risiko tersebut belum termasuk ancaman diabetes melitus dan penyakit jantung koroner yang diderita pada usia muda.

Risiko-risiko yang ditimbulkan itu dalam jangka panjang bisa mempengaruhi Negara. Kecilnya penghasilan, berarti berpengaruh pada daya beli masyarakat, sebagai salah satu pilar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selain kualitas pendidikan dan kesehatan. Sedangkan IPM masih dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan di Indonesia. Selain itu, kecilnya pemasukan masyarakat juga berperan terhadap pendapatan perkapita, sehingga Negara tersebut masih dibayangi kemiskinan.

Maka sebagai orang tua, jika sudah menyadari tentang bahaya stunting harus memperhatikan gizi yang diterima anak-anak. Sebab makan banyak tidak berarti membuat anak akan tumbuh sehat, jika makanan itu tidak mengandung zat vitamin dan sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh, karena masing-masing anak mempunyai kebutuhan asupan gizi yang berbeda disesuikan dengan jenjang usianya. Sudahkah kita memperhatikan hal tersebut di rumah?.

Ada 3 langkah sederhana berdasarkan catatan yang telah saya himpun :

  1. Memberikan asupan nutrisi yang baik pada ibu hamil dan menyusui
  2. Memberikan asupan gizi yang baik pada anak serta ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
  3. Pola hidup sehat dan bersih. Membiasakan cuci tangan memakai sabun serta menjaga lingkungan dan sanitasi yang bersih.

 

Terkait dengan stunting, Alqur’an sendiri telah mengingatkan agar kita tidak meninggalkan generasi yang lemah. Tertuang dalam surat Annisa’ 4:8, yang artinya :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Jadi pemenuhan gizi terhadap tumbuh kembang anak-anak, dalam perspektif mubadalah bukan hanya tugas dan tanggung jawab ibu atau perempuan semata, namun ada pelibatan suami agar ikut peduli terhadap masa depan anak dari segi kesehatan. Sehingga stunting bisa dicegah sedini mungkin, dengan kerjasama yang baik antara suami istri bahkan sebelum merencanakan memiliki anak, artinya kebutuhan gizi calon ibupun, yang akan memberikan nutrisi kepada bayi selama kehamilan, harus diperhatikan sungguh-sungguh. Sehingga diharapkan kelak kita bisa mewariskan generasi masa depan yang kuat secara fisik, moral dan intelektual.[]

 

Artikel terkait:

Lindungi Anak-Anak Kita

Strategi Menanamkan Kedisiplinan pada Anak

Anak Tanggung Jawab Bersama

Cara Bijak Mengatasi Anak Kecanduan Main HP

Sabar Mengasuh Anak

Tags: anakGiziislamMubadalahStuntingZahra Amin
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

18 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version