• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Suatu Kisah Sejarah, Rasulullah Pun Rindu Diziarahi

Meski beberapa orang merasa yang percaya bahwa ziarah kubur tidak ada perintahnya. Namun ternyata Rasulullah pun rindu diziarahi. Berikut adalah kisahnya

Hesti Anugrah Restu Hesti Anugrah Restu
24/04/2023
in Hikmah
0
Rindu Ziarah

Rindu Ziarah

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Umat muslim di Indonesia memiliki tradisi yang indah, tak hanya berkunjung kepada mereka yang masih hidup, di awal dan akhir Ramadan, kita kerap mendatangi kubur atau berziarah ke makam saudara, kerabat, keluarga, maupun nenek moyang yang telah berpulang lebih dahulu kehadirat Allah Swt.

Meski beberapa orang merasa yang percaya bahwa ziarah kubur tidak ada perintahnya. Namun ternyata Rasulullah pun rindu diziarahi. Berikut adalah kisahnya.

Adalah Bilal bin Rabah Al-Habasyi, seorang mantan budak yang dimerdekakan oleh Abu Bakar, Bilal adalah seorang pengikut setia Rasulullah Saw. yang amat merdu suaranya ketika melantunkan azan. Selepas wafatnya sang teladan, Bilal memutuskan untuk tak lagi tinggal di Madinah.

Bukan karena ia tidak lagi mengimani Rasulullah Saw. Bukan pula karena ia tak lagi menyenangi kota itu. Namun karena tiap kali ia menginjakkan kakinya di tanah kota Madinah, amat banyak kelebat kenangan yang membuat ia demikian rindunya terhadap Nabi Muhammad. Air matanya mengucur, luka akan kepergian sang teladan begitu membekas di hatinya yang lembut.

Bilal pun menguatkan tekadnya untuk berpindah ke daerah Syam, meninggalkan Madinah, kota yang amat Rasulullah cintai. Ia memutuskan untuk tidak mengumandangkan azan sama sekali, sebab ia tak sanggup jika harus mengumandangkan azan. Sedangkan yang pertama kali memerintahkannya untuk mengumandangkan azan telah tiada.

Baca Juga:

Sunat Perempuan dalam Perspektif Moral Islam

Jamilah binti Abdullah: Kisah Perempuan yang Mendampingi Dua Syuhada

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Mimpi Bilal Bertemu Rasulullah

Di suatu malam yang hening di kota Syam, Bilal menangis tersedu-sedu dan terbangun dari tidurnya. Malam itu, Rasulullah Saw. hadir di mimpinya dan bertanya, “Apakah engkau tak rindu kepadaku, Wahai Bilal? Mengapa engkau tak menziarahiku?”
Pertanyaan Rasulullah Saw. dalam mimpi Bilal malam itu membuatnya bergegas berangkat ke kota Madinah, ia segera melakukan perjalanan untuk menziarahi kekasihnya, Rasulullah Saw.

Sesampai di makam Rasulullah Saw., Bilal menangis tersedu-sedu. Betapa ia amat rindu, bagaimana mungkin ia tak merindukan seseorang yang amat baik budi pekertinya, yang mengangkat Bilal dari lembah kehinaan dan menjadikannya sahabat. Seseorang yang memintanya menjadi orang pertama yang mengumandangkan azan. Orang yang tak pernah memandang Bilal dari warna kulitnya yang legam.

Mendengar Bilal telah tiba kembali di Madinah, para sahabat bergembira. Umar, yang menjadi khalifah saat itu, bersama kedua cucu kesayangan Rasulullah Saw., Hasan dan Husein, meminta Bilal mengumandangkan azan. Sungguh, mereka juga amat sedih dengan kepindahan Bilal. Mereka merindukan suara merdunya yang tak lagi terdengar selepas wafatnya Rasulullah.

Bilal Kembali Azan di Depan Makam Nabi

Karena permintaan yang kuat dari Umar, kedua cucu Rasulullah, juga seluruh penduduk kota yang mengetahui Bilal telah kembali. Akhirnya Bilal pun berdiri untuk mengumandangkan azan di depan makam Rasulullah Saw. Namun apa yang terjadi?

Belum selesai azan dikumandangkan hingga akhir, air mata Bilal telah jatuh sederas-derasnya. Ia tak lagi mampu melanjutkan azan, beribu kenangan ketika Rasulullah Saw. masih hidup memenuhi dadanya.

Masyarakat Madinah yang mendengar suara azan Bilal yang menyayat itu pun menangis. Satu kota berduka dengan tangisan yang amat pilu dalam catatan sejarah. Alkisah, itu adalah tangisan paling menyedihkan penduduk Madinah, selain tangisan ketika kabar Rasulullah telah wafat memenuhi kota.

Maka, jika Rasulullah Saw. saja rindu diziarahi oleh sahabatnya, tentu kerabat, keluarga, saudara kita yang telah wafat pun rindu kita ziarahi. Mari berziarah dan melepas rindu dengan orang-orang yang kita sayangi, meski sudah tidak bersama di dunia ini. []

 

Tags: Hikmahsahabat nabiSunah NabiTeladan NabiTradisi LebaranZiarah
Hesti Anugrah Restu

Hesti Anugrah Restu

Perempuan yang suka belajar, sedang berkhidmah di Afkaruna.id dan Rumah KitaB, bisa dihubungi melalui Facebook: Hesti Anugrah Restu Instagram: @perikecil97_______

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version