• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Sunan Kudus dan Wujud Toleransi di Idul Adha

Sunan Kudus sangat menghormati kepercayaan penduduk setempat, salah satunya menghormati hewan sapi yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
30/06/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Toleransi di Iduladha

Toleransi di Iduladha

945
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salingers, kita semua tahu kambing, kerbau, domba, dan sapi adalah hewan ternak yang biasa dijadikan hewan kurban. Namun, di daerah Kudus khusunya sekitar kompleks Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus sebagian masyarakatnya tidak menyembelih sapi pada perayaan Idul adha, lho.

Mengapa demikian?

Hal ini dikarenakan ajaran sang penyiar agama Islam di daerah tersebut yaitu Raden Ja’far Shodiq Azmatkhan atau Sunan Kudus. Ia adalah putra dari Sunan Ngudung yang merupakan putra Sultan dari Palestina dengan nama Sayyid Fadhal Ali Murtazha yang melakukan perjalanan ke Jawa. Nama Ja’far ternisbatkan dari kakeknya, Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Dari sini tampak jelas bahwa Sunan Kudus bukan asli penduduk Kudus. Namun beliau telah mengajarkan nilai toleransi di Idul adha. Orang Jawa menyebutnya “tepo seliro” yaitu menggambarkan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain dengan tujuan tidak menyakiti atau melukai mereka.

Toleransi di Idul adha yang Sunan Kudus ajarkan salah satunya adalah dengan tidak menyembelih sapi.  Hal ini berdasarkan adanya kultur Hindu di dalamnya yang memang mendominasi pada masa Islamisasi.

Ada penjelasan bahwa tradisi tersebut berawal dari kedatangan Sunan Kudus pada abad ke 16 M dan berdakwah di sekitar Demak. Di mana mayoritas penduduk di sana masih beragama Hindu. Mengetahui hal ini, Sunan Kudus kemudian menyesuaikan cara berdakwahnya.

Sunan Kudus Menghormati Tradisi

Sunan Kudus sangat menghormati kepercayaan penduduk setempat, salah satunya menghormati hewan sapi yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu.

Baca Juga:

Membincang Toleransi Muslim dan Kristen di Momen Idulfitri

Idulfitri, Hari Merayakan Toleransi: Sucinya Hati dari Nafsu Menyakiti Umat yang Berbeda Agama

Puasa Sebagai Perisai dari Bencana Kemanusiaan Akibat Perpecahan Antarumat Beragama

Bukan Sekadar Perayaan Hari Raya: Natal untuk Perdamaian Agama dan Sosial

Maka dari itu, hal tersebut menjadi pertimbangan bagi Sunan Kudus dalam mengenalkan ajaran Islam di Kudus. Terutama yang berkaitan dengan perintah kurban.

Mengutip dari Misteri Syekh Siti Jenar: Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa karangan Hasanu Simon, “Sunan Kudus sering menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang tertera dalam Surat Sapi Betina, yakni Surat Al-Baqarah. Dalam acara-acara pesta Sunan Kudus tidak pernah menyembelih sapi karena hal itu akan melukai hati pemeluk Hindu yang masih merupakan agama mayoritas penduduk Kudus. Sebagai gantinya beliau akan menyembelih kerbau.”

Membumikan Spirit Toleransi Sunan Kudus

Hal yang sama pula dijelaskan oleh Rais ‘Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah Annahdliyyah (Jatman), Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya sampaikan. Di mana beliau mengungkapkan bahwa langkah yang Sunan Kudus lakukan berdasarkan pada beberapa alasan.

Satu sisi ada agama yang ajarannya memposisikan sapi sebagai hewan yang ia hormati dan keramatkan dan sisi lain jika Sunan Kudus jadi memotong sapi, kerajaan yang dipimpin oleh Pangeran Poncowati akan tersinggung.

“Pangeran Poncowati datang menanyakan apakah larangan menyembelih sapi oleh Sunan Kudus, adalah ajaran Islam? Sunan Kudus mengatakan bahwa dalam Islam sapi bukanlah binatang yang diharamkan. Munculnya larangan itu sebagai penghormatan kepada pemeluk agama yang menganggap sapi sebagai binatang yang harus dihormati.”

Lebih lanjut lagi beliau mengatakan “Akhirnya Poncowati memeluk Islam dan menyerahkan wilayah kerajaan itu kepada Sunan Kudus.”

Beliau juga mengingatkan bahwa zaman sekarang kita masih perlu membumikan spirit toleransi ala Sunan Kudus, di tengah gencaran pemahaman agama yang intoleran

Dari kisah toleransi tersebut memperlihatkan bahwa sikap toleransi di Iduladha ini muncul karena kedalaman ilmu agama, dan keimanan Sunan Kudus. Semakin kita paham dengan Islam, maka semakin kuat pula iman. Lalu bertambah subur kasih sayang dan toleransi dalam jiwa seorang muslim. []

 

 

Tags: Hari Raya IduladhaIbadah Kurbanmengajarkan toleransiNgaji ToleransiToleransi beragama
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version