• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Susi Ivvaty: Ilmiah dan Amaliah Mubadalah, Jangan Sampai Patah

20 perempuan ulama membahas kitab dan “diliput” oleh dua puluh penulis yang menjadi peserta kajian. 20 santri tersebut menempatkan dirinya sebagai “wartawan” yang datang ke suatu acara lantas mencatat peristiwa tersebut. Mereka juga memasukkan impresi diri serta pengayaan data

Redaksi Redaksi
16/09/2021
in Aktual
0
Mubadalah

Mubadalah

123
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jum’at, 17 September 2021 gelaran Festival Mubadalah II akan mengadakan launching buku “Menyelami Telaga Kebahagiaan bersama 20 Ulama Perempuan: Interpretasi Berbasis Pengalaman atas Kitab Man’baussa’adah”, dengan menghadirkan narasumber Nyai Masruchah (Sekretaris Majlis Kongres Ulama Perempuan Indonesia), Muhammad Rey Dwi Pangestu (Project Manager Rutgers WPF Indonesia), dan Nyai Hj. Luluk Farida Muchtar (Pengasuh Majelis Ta’lim Rahmah Malang). Sementara moderator akan digawangi oleh Aminatur Rizqiyah dari Sekolah Perempuan Perdamaian Bintang Sembilan Sampang Madura.

Dalam kata pengantar yang disampaikan Susi Ivvaty, sebagai editor buku tersebut, mengatakan bahwa kata mubadalah kerap mengingakannya pada Salawat Musawah, yang pernah dilantunkan dengan merdu dan memukau 1.280 hadirin, termasuk para perempuan ulama manca dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia, April 2017. Kampanye dalam wujud lantunan syair atau sesuatu yang berirama memang mudah bergaung dan digaungkan, juga tidak sulit untuk “dipanggil kembali” ketika terlupa.

“Allah telah menciptakan keduanya, laki-laki dan perempuan dari diri yang satu dan sama, kemudian Dia ciptakan dari keduanya manusia laki-laki dan perempuan.

Sungguh, kita tidak akan pernah bisa menyaksikan kehidupan sejahtera, tanpa kerja keras kita semua, laki-laki dan perempuan

Sungguh, kita tidak akan pernah bisa merasakan keadilan dalam hidup, jika tanpa keadilan untuk kita semua, laki-laki dan perempuan”.

Baca Juga:

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

Nukilan Salawat Musawah karya Kiai Faqihuddin Abdul Kodir tersebut, sejatinya merupakan payung besar yang melingkupi beragam praktik mubadalah antara perempuan dan lelaki, sekaligus merupakan hasil dari perilaku mubadalah itu sendiri. Penciptaan manusia, kerja keras, keadilan, dan kesejahteraan. Jika penghayatan mubadalah dapat dilakukan di setiap keluarga, bukan tidak mungkin keadilan yang diharapkan dapat dirasakan lebih luas, di dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Adil serta sejahtera.

Akan tetapi, mewujudkan keseimbangan tidaklah semudah mengunyah bubur ayam atau  segampang mendongakkan kepala. Bahkan adil pun masih memunculkan banyak perdebatan: adil yang bagaimana? Adil buat siapa? Kehidupan dalam keluarga dan masyarakat di Indonesia saat ini –nyatanya– memang belum mencapai “tataran ideal komunitas”, sehingga kampanye mubadalah menjadi penting untuk terus dilakukan.

Hanya dengan melihat sekeliling kita, melalui berbagai pemberitaan, melalui banyak laporan ke aparat, melalui beragam keluh-kesah ke lembaga nonpemerintah, hingga melalui aneka “curahan hati” teman, sahabat, atau kerabat, kita tahu masih terjadi banyak ketimpangan. Pernikahan dini, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, hingga perusakan alam dalam konteks ketimpangan sosial.

Oleh karena itu, ketika Mubadalah.id bekerjasama dengan Rahima, WeLead, dan Fahmina Institute menggelar “kupas tuntas” kitab Manba’us Sa’adah (Telaga Kebahagiaan untuk Relasi Penikahan) karya Dr. Faqih Abdul Qodir, kita patut bergembira. Kegiatan yang dilakukan pada Bulan Ramadan, April 2021 tersebut bertajuk “Kelas Intensif Ramadhan: 20 Hari Ngaji Kitab Manba’us Sa’adah bersama 20 Ulama Perempuan Nusantara”.

Sebanyak 20 perempuan ulama mengulas dan membaca kembali Manba’us Sa’adah, tidak sekadar menerangkan isi kitab namun juga memberikan penajaman melalui pandangan mereka sebagai ulama dan perempuan. Sejumlah narasumber bahkan membagikan pengalaman pribadinya, sehingga memberi nilai lebih kegiatan ini. Pengalaman narasumber dapat menjadi cermin untuk kita berefleksi.

Kajian dalam kelas intensif tersebut sudah direkam dalam bentuk video dan diunggah ke YouTube. Akan tetapi, materi tersebut menjadi bermakna lain ketika dinarasikan kembali dalam rangkaian kalimat dan disusun menjadi buku. 20 perempuan ulama membahas kitab dan “diliput” oleh dua puluh penulis yang menjadi peserta kajian. 20 santri tersebut menempatkan dirinya sebagai “wartawan” yang datang ke suatu acara lantas mencatat peristiwa tersebut. Mereka juga memasukkan impresi diri serta pengayaan data. Alhasil, hasil “liputan” mereka dapat disebarluaskan kepada khalayak. Susi merasa gembira dapat menjadi bagian dari tim ini untuk sekadar memberi masukan-masukan.

Konten audio-visual berubah bentuk menjadi tulisan, sebaliknya tulisan diubah menjadi konten audio. Novel dialihwahanakan menjadi film. Konten YouTube dikomentari menjadi konten Podcast. Hal-hal semacam itu adalah lumrah pada zaman kini. Alih wahana menjadi suatu cara untuk sosialisasi atau distribusi konten agar dapat menyasar pasar yang sesuai dan dibutuhkan. Dalam hal ini, “petuah” hidup berdasar kesalingan pun butuh untuk disebarluaskan.

Susi Ivvaty teringat pernyataan (alm) Nurcholis Madjid mengenai amar makruf dan nahi mungkar. Menurut Cak Nur, kepekaan orang terhadap apa yang buruk dan salah itu lebih tajam daripada kepekaan terhadap apa yang baik dan benar. Maka itu kegiatan nahi mungkar selalu lebih berkobar, berbeda dengan amar makruf yang umumnya bersifat tekun. Nahi mungkar banyak bertumpu pada semangat, sedangkan amar makruf lebih bertumpu pada akal serta pertimbangan keilmuan.

Ilmiah dan amaliah, dua itu harus berkelindan menurut Founder Alif.id tersebut. Itu ia lihat dalam berbagai kegiatan yang digawangi Kiai Faqihuddin Abdul Qadir. Ia bereaksi terhadap kemungkaran (kalau perlu mengecam dengan santun), serta menyebarkan kemakrufan dengan bekal ilmu yang mumpuni. Ia merasa, kelas intensif Ramadan kupas tuntas kitab Manbaus Sa’adah itu melingkupi keduanya, mencegah keburukan yang menganjurkan kebaikan. Apalagi, kegiatan itu sudah berbuah buku ini, semakin kereeeen.

“Maju terus mubadalah. Jangan pernah merasa sendiri, karena semesta ada dalam dirimu (Jalaluddin Rumi)”, tutup Susi Ivvaty dalam sambutan kata pengantarnya dalam buku tersebut. []

 

mubadalah
mubadalah

 

 

 

 

 

Tags: Bahagia Bersama KitaBersama Kita BahagiaFestival Mubadalah 2021Inspirasi Keadilan RelasiKelas Intensif RamadhanKita Bahagia BersamaLaunching BukuShalawat Musawahulama perempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan

14 Mei 2025
Media

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

26 April 2025
Perempuan bukan Tamu di Ruang Publik

Perempuan Bukan Tamu di Ruang Publik

1 April 2025
Makhluk Intelektual

Laki-laki dan Perempuan adalah Makhluk Intelektual dan Spiritual

1 April 2025
Perempuan bisa menjadi Pemimpin

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Tafsir QS. An-Nisa Ayat 34 dalam Perspektif Keadilan Hakiki Islam

1 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version