Mubadalah.id – Setiap perbuatan seorang Muslim, termasuk perkawinan, selalu mengandung aspek ibadah jika dilakukan atas dasar keyakinan bahwa Allah mengizinkan, dan aspek muamalah karena bersinggungan dengan hak orang lain, baik sebagai warga masyarakat, maupun sebagai warga negara.
Seperti telah disebut di atas, Allah menyebut perkawinan sebagai janji kuat (mitsaqan ghalizhan). Kata ini hanya tertulis tiga kali dalam al-Qur’an, yaitu janji antara Allah dan para Rasul-Nya (QS. al-Ahzab ayat 7), janji antara Nabi Musa As dengan umatnya (QS. an-Nisa ayat 154) dan janji perkawinan (QS. an-Nisa ayat 21).
Fakta ini mengisyaratkan bahwa di hadapan Allah, janji suami dan istri dalam perkawinan adalah sekuat perjanjian antara Nabi Musa As dengan kaumnya. Bahkan sekuat janji yang diambil Allah Swt dari para Rasul.
Ini berarti perkawinan harus sah secara hukum agama dan keduanya harus menjalankan sesuai dengan tuntunan Allah. Suami dan istri harus mempertanggung jawabkan setiap tindakannya dalam perkawinan. Baik yang orang lain ketahui maupun tidak kelak di Hari Perhitungan (Yaumul Hisab).
Dalam QS. Yasin ayat 65 Allah berfirman:
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Pada hari ini Kami kunci mulut mereka: dan berkatalah kepada Kami tangan mereka. Dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan. (QS. Yasin ayat 65)
Pengabaian atas tanggung jawab ilahi perkawinan membuat suami istri hanya akan menjalankan perkawinan dengan baik hanya jika pasangannya atau orang lain mengetahuinya. Sementara jika tidak ada yang mengetahui, mereka berani melakukan pengkhianatan tanpa rasa takut.
Sebaliknya, kesadaran akan adanya tanggung jawab kepada Allah ini menyebabkan suami istri sama-sama menjaga diri. Baik ketika pasangannya ada maupun ketika tidak ada, karena meyakini bahwa Allah selalu menjaga (melihat) mereka.
Sikap saling setia antara suami dan istri bukan semata-mata karena pasangannya menghendaki kesetiaan, tetapi terutama karena Allah menghendaki demikian. []