“Al maghfurlah Gus Dur adalah pemimpin yang punya banyak dimensi, punya banyak rekam jejak. Beliau tidak hanya pemuka agama, bukan hanya pemimpin organisasi islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama, tetapi beliau adalah pejuang atau champion demokrasi dan juga champion persaudaraan lintas iman.”
Mubadalah.id – Kenang mbak Alissa Wahid dalam sambutannya pada kegiatan Gus Dur Memorial Lecture (GML) di IAIN Kediri, Selasa 10 September 2024.
Mbak Alissa juga menyampaikan, bahwa GML ini merupakan serial yang beliau luncurkan oleh jaringan gusdurian, bekerja sama dengan civitas akademika dari berbagai titik di Indonesia, sebagai upaya untuk mengambil inspirasi dari perjalanan panjang perjuangan dari al maghfurlah Gus Dur.
Inisiasi dari kegiatan Gus Dur Memorial Lecture ini adalah ingin mengenang sosok dan gagasan Gus Dur, membahas pemikirannya dan mempelajarinya, terutama bagi generasi muda. Dalam pandangan mbak Alissa Wahid, al maghfurlah Gus Dur adalah sosok yang sangat bersemangat mendorong munculnya generasi muda yang kritis, proaktif dan berperan dalam perjuangan bangsa Indonesia.
Harapannya dari kegiatan ini agar generasi muda, termasuk para dosen, menjadi individu yang kritis dan memahami situasi di luar lingkungan kampus, serta memahami dinamika yang terjadi di masyarakat. Penting bagi anak muda Indonesia, khususnya mahasiswa, untuk berperan aktif dalam membentuk dan memberi kontribusi bagi kehidupan bangsa.
Buya Husein Sahabat dan Murid Gus Dur
يَامَنْ أَنْتَ فِي سَاعَةِ الْأَلَمِ رَاحَةٌ فِي ِنَفْسِي
وَيَامَنْ أَنْتَ فِي مَرَارَةِ الْفَقْرِ كَنْزٌ لِرُوْحِي
يَامَنْ اَنْتَ فِي ظُلْمَةِ الْجَهْلِ نُوْرٌ فِي عَقْلِي
Duhai dikau, yang ketika aku dirundung luka nestapa, adalah pelipur jiwaku
Duhai dikau, yang ketika aku dihimpit pahitnya kepapaan, adalah perbendaharan ruhku
Wahai dikau, yang ketika aku di telikung kegelapan, adalah cahaya akalku
KH. Husein Muhammad atau yang akrab dengan panggilan Buya Husein, menjadi pembicara dalam kegiatan GML yang bertempat di IAIN Kedir. Beliau memulai pembicaraanya dengan membacakan puisi di atas, yang pada kata “dikau” beliau tujukan kepada Gus Dur.
Buya Husein mengatakan, statusnya sebagai pembicara dalam acara itu, boleh menyebut beliau sebagai sahabat atau murid Gus Dur. Tiga tahun lamanya beliau mengaji bersama Gus Dur, bukan hanya di Ciganjur melainkan juga di Istana Merdeka dan Istana Bogor.
Buya Husein bercerita bahwa beliau pernah makan bersama dengan keluarga Gus Dur,. Dengan Mba Alissa, Mba Yeni, Mba Anita, Mba Inayah dan juga dengan Bu Nyai Sinta. Setiap tahun, setiap ulang tahun atau haul, Buya selalu hadir, entah untuk menyanyi, membaca puisi, memimpin tahlil atau lain sebagainya.
Ada salah satu hal yang berkesan bagi Buya Husein. Suatu ketika sebelum Gus Dur menjadi presiden, buya dipanggil ke kamar Gus Dur, dan mengatakan bahwa Buya Husen bukanlah seorang politisi, melainkan seorang pemikir. “kamu itu bukan seorang politisi, kamu itu pemikir.”
Gagasan Gus Dur di Bumi Indonesia
Buya Husein menyampaikan, ada tiga gagasan yang ingin Gus Dur bangun di Bumi manusia, Indonesia. Pertama, menegakkan hak-hak asasi manusia. Kedua, Pribumisasi Islam. Ketiga, menancapkan tonggak pengarusutamaan gender.
Pertama, dalam menegakkan hak-hak asasi manusia, Gus Dur memperkenalkan kembali apa yang telah disampaikan Imam al Ghazali terkait al kulliyatul al khams. Buya Husein mengatakan, bahwa Gus Dur memberikan makna yang luar biasa, kontekstual, tidak tekstual.
Buya Husein setuju dengan cara Presiden ke-4 RI ini yang memaknai teks secara kontekstual. Lebih lanjut Buya menjelaskan, bahwa setiap teks hadir untuk merespon kasus di ruang dan waktunya sendiri-sendiri.
Suatu teks bisa memang tepat pada saatnya di sana, benar pada saatnya di sana. Karena teks itu hadir dalam kebudayaan selalu berkembang, berubah dan berbeda. Namun yang perlu kita pertahankan adalah esensi dari pesan yang ada dalam teks tersebut.
Contoh sebuah esensi dari teks, dalam teks al Qur’an ataupun Hadist esensinya adalah keadilan. Jika tidak demikian, maka kita harus mengoreksi, mengkritisi, mengkontekstualisasi dan merekontekstualisasi cara pandang.
Akbar Sahid dalam skripsinya mengatakan, untuk mewujudkan keadilan, Gus Dur menolak dikotomi mayoritas-minoritas. Pandangan hierarkis dan oposisi antara mayoritas dan minoritas tidak hanya mengancam keadilan, tetapi juga berpotensi menyebabkan disintegrasi bangsa.
Raihan Muhammad dalam sebuah artikel menuliskan, bangsa Indonesia merindukan Gus Dur. Karena beliau menginspirasi dengan pendekatan humanis dan dialogis dalam menyelesaikan konflik serta melindungi HAM. Beliau menekankan penghormatan terhadap identitas budaya, seperti pengakuannya terhadap budaya Papua.
Selain itu, beliau juga mendorong keterbukaan terhadap aspirasi masyarakat, termasuk melalui Kongres Rakyat Papua. Pengakuan hak-hak khusus, seperti otonomi khusus Papua, menjadi instrumen penting dalam memperjuangkan HAM dan kesetaraan.
Pribumisasi Islam
Gagasan kedua adalah Pribumisasi Islam. Buya Husein menegaskan, bahwa yang Gus Dur lakukan adalah Pribumisasi Islam, bukan Islamisasi Pribumi. M. Husanaini dalam tulisannya di media NU Online, mengatakan bahwa menurut Gus Dur, Penafsiran Islam harus mempertimbangkan keberagaman lokal dan perkembangan zaman, bukan hanya teks suci.
Berbagai kebudayaan perlu didukung oleh pendekatan tekstual berbasis prinsip dan kaidah fikih, menjadikan Islam sebagai proses yang partisipatif dan dinamis.
Pemahaman konsep pribumisasi Islam Fatoni menuliskan dalam sebuah artikel yang menerangkan, bahwa wilayah pribumisasi Islam, bukan pada pokok keimanan dan ibadah formal, melainkan penerapan Islamnya, dengan demikian Islamnya tetap 100 persen namun karakternya tidak hilang.
Salah satu bukti kesuksesan dari konsep pribumisasi Islam adalah sebagaimana yang Buya Husein katakan, Islam masuk ke Indonesia aman tanpa perang. Berbeda dengan islam masuk di Kawasan dunia, hampir selalu terjadi perang. Padahal sebelum Islam masuk ke Indonesia, tanah air ini berpenghuni beragam agama dan keyakinan.
Pejuang Kesetaraan Gender
Gagasan ketiga adalah menancapkan tonggak pengarusutamaan gender. Gus Dur mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender pada masyarakat Indonesia, dengan menerbitkan instruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang
Melalui gagasan ini, gus dur ingin mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam Masyarakat negara banga ini. saat beliau menjadi presiden untuk kepentingan ini beliau menerbitkan intruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang PUG.
PUG singkatan dari Pengarusutamaan Gender, yang merupakan strategi dengan tujuan mengintegrasikan gender sebagai bagian penting dalam proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan serta program pembangunan nasional.
Gagasan Gus Dur terkait gender ini merubah kebijakan-kebijakan dalam memposisikan perempuan yang oleh sebagian orang pahami hanya melayani. Dengan gagasannya itu, menilai perempuan berhak bisa menjadi apa saja, peluang-peluang publik dan politik sebagaimana laki-laki.
Ketiga gagasan di atas sangat penting terus kita gaungkan dan implementasikan khususnya di bumi Indonesia ini, sebagai bentuk cinta tanah air dan menjadikan Indonesia baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Gus Dur telah meneladankan, saatnya kita melanjutkan! Tabik. []