• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Tiga Gagasan Gus Dur dalam Pandangan Buya Husein

Penting bagi anak muda Indonesia, khususnya mahasiswa, untuk berperan aktif dalam membentuk dan memberi kontribusi bagi kehidupan bangsa

Mohammad Rafli Mohammad Rafli
08/10/2024
in Figur
0
Gagasan Gus Dur

Gagasan Gus Dur

801
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Al maghfurlah Gus Dur adalah pemimpin yang punya banyak dimensi, punya banyak rekam jejak. Beliau tidak hanya pemuka agama, bukan hanya pemimpin organisasi islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama, tetapi beliau adalah pejuang atau champion demokrasi dan juga champion persaudaraan lintas iman.”

Mubadalah.id – Kenang mbak Alissa Wahid dalam sambutannya pada kegiatan Gus Dur Memorial Lecture (GML) di IAIN Kediri, Selasa 10 September 2024.

Mbak Alissa juga menyampaikan, bahwa GML ini merupakan serial yang beliau luncurkan oleh jaringan gusdurian, bekerja sama dengan civitas akademika dari berbagai titik di Indonesia, sebagai upaya untuk mengambil inspirasi dari perjalanan panjang perjuangan dari al maghfurlah Gus Dur.

Inisiasi dari kegiatan Gus Dur Memorial Lecture ini adalah ingin mengenang sosok dan gagasan Gus Dur, membahas pemikirannya dan mempelajarinya, terutama bagi generasi muda. Dalam pandangan mbak Alissa Wahid, al maghfurlah Gus Dur adalah sosok yang sangat bersemangat mendorong munculnya generasi muda yang kritis, proaktif dan berperan dalam perjuangan bangsa Indonesia.

Harapannya dari kegiatan ini agar generasi muda, termasuk para dosen, menjadi individu yang kritis dan memahami situasi di luar lingkungan kampus, serta memahami dinamika yang terjadi di masyarakat. Penting bagi anak muda Indonesia, khususnya mahasiswa, untuk berperan aktif dalam membentuk dan memberi kontribusi bagi kehidupan bangsa.

Buya Husein Sahabat dan Murid Gus Dur

يَامَنْ أَنْتَ فِي سَاعَةِ الْأَلَمِ رَاحَةٌ فِي ِنَفْسِي

Baca Juga:

Humor Kritis di Layar Televisi: Menjaga Ruang Demokrasi

Hifdh An-Nafs, Al-‘Aql dan An-Nasl dalam Interpretasi Gus Dur

Konsep Al-Ushul Al-Khamsah dalam Tafsir Gus Dur

Andaikan Gus Dur Masih Ada, Revisi UU TNI Tak Perlu Ada

وَيَامَنْ أَنْتَ فِي مَرَارَةِ الْفَقْرِ كَنْزٌ لِرُوْحِي

يَامَنْ اَنْتَ فِي ظُلْمَةِ الْجَهْلِ نُوْرٌ فِي عَقْلِي

 

Duhai dikau, yang ketika aku dirundung luka nestapa, adalah pelipur jiwaku

Duhai dikau, yang ketika aku dihimpit pahitnya kepapaan, adalah perbendaharan ruhku

Wahai dikau, yang ketika aku di telikung kegelapan, adalah cahaya akalku

KH. Husein Muhammad atau yang akrab dengan panggilan Buya Husein, menjadi pembicara dalam kegiatan GML yang bertempat di IAIN Kedir. Beliau memulai pembicaraanya dengan membacakan puisi di atas, yang pada kata “dikau” beliau tujukan kepada Gus Dur.

Buya Husein mengatakan, statusnya sebagai pembicara dalam acara itu, boleh menyebut beliau sebagai sahabat atau murid Gus Dur. Tiga tahun lamanya beliau mengaji bersama Gus Dur, bukan hanya di Ciganjur melainkan juga di Istana Merdeka dan Istana Bogor.

Buya Husein bercerita bahwa beliau pernah makan bersama dengan keluarga Gus Dur,. Dengan Mba Alissa, Mba Yeni, Mba Anita, Mba Inayah dan juga dengan Bu Nyai Sinta. Setiap tahun, setiap ulang tahun atau haul, Buya selalu hadir, entah untuk menyanyi, membaca puisi, memimpin tahlil atau lain sebagainya.

Ada salah satu hal yang berkesan bagi Buya Husein. Suatu ketika sebelum Gus Dur menjadi presiden, buya dipanggil ke kamar Gus Dur, dan mengatakan bahwa Buya Husen bukanlah seorang politisi, melainkan seorang pemikir. “kamu itu bukan seorang politisi, kamu itu pemikir.”

Gagasan Gus Dur di Bumi Indonesia

Buya Husein menyampaikan, ada tiga gagasan yang ingin Gus Dur bangun di Bumi manusia, Indonesia. Pertama, menegakkan hak-hak asasi manusia. Kedua, Pribumisasi Islam. Ketiga, menancapkan tonggak pengarusutamaan gender.

Pertama, dalam menegakkan hak-hak asasi manusia, Gus Dur memperkenalkan kembali apa yang telah disampaikan Imam al Ghazali terkait al kulliyatul al khams. Buya Husein mengatakan, bahwa Gus Dur memberikan makna yang luar biasa, kontekstual, tidak tekstual.

Buya Husein setuju dengan cara Presiden ke-4 RI ini yang memaknai teks secara kontekstual. Lebih lanjut Buya menjelaskan, bahwa setiap teks hadir untuk merespon kasus di ruang dan waktunya sendiri-sendiri.

Suatu teks bisa memang tepat pada saatnya di sana, benar pada saatnya di sana. Karena teks itu hadir dalam kebudayaan selalu berkembang, berubah dan berbeda. Namun yang perlu kita pertahankan adalah esensi dari pesan yang ada dalam teks tersebut.

Contoh sebuah esensi dari teks, dalam teks al Qur’an ataupun Hadist esensinya adalah keadilan. Jika tidak demikian, maka kita harus mengoreksi, mengkritisi, mengkontekstualisasi dan merekontekstualisasi cara pandang.

Akbar Sahid dalam skripsinya mengatakan, untuk mewujudkan keadilan, Gus Dur menolak dikotomi mayoritas-minoritas. Pandangan hierarkis dan oposisi antara mayoritas dan minoritas tidak hanya mengancam keadilan, tetapi juga berpotensi menyebabkan disintegrasi bangsa.

Raihan Muhammad dalam sebuah artikel menuliskan, bangsa Indonesia merindukan Gus Dur. Karena beliau menginspirasi dengan pendekatan humanis dan dialogis dalam menyelesaikan konflik serta melindungi HAM. Beliau menekankan penghormatan terhadap identitas budaya, seperti pengakuannya terhadap budaya Papua.

Selain itu, beliau juga mendorong keterbukaan terhadap aspirasi masyarakat, termasuk melalui Kongres Rakyat Papua. Pengakuan hak-hak khusus, seperti otonomi khusus Papua, menjadi instrumen penting dalam memperjuangkan HAM dan kesetaraan.

Pribumisasi Islam

Gagasan kedua adalah Pribumisasi Islam. Buya Husein menegaskan, bahwa yang Gus Dur lakukan adalah Pribumisasi Islam, bukan Islamisasi Pribumi. M. Husanaini dalam tulisannya di media NU Online, mengatakan bahwa menurut Gus Dur, Penafsiran Islam harus mempertimbangkan keberagaman lokal dan perkembangan zaman, bukan hanya teks suci.

Berbagai kebudayaan perlu didukung oleh pendekatan tekstual berbasis prinsip dan kaidah fikih, menjadikan Islam sebagai proses yang partisipatif dan dinamis.

Pemahaman konsep pribumisasi Islam Fatoni menuliskan dalam sebuah artikel yang menerangkan, bahwa wilayah pribumisasi Islam, bukan pada pokok keimanan dan ibadah formal, melainkan penerapan Islamnya, dengan demikian Islamnya tetap 100 persen namun karakternya tidak hilang.

Salah satu bukti kesuksesan dari konsep pribumisasi Islam  adalah sebagaimana yang Buya Husein katakan, Islam masuk ke Indonesia aman tanpa perang. Berbeda dengan islam masuk di Kawasan dunia, hampir selalu terjadi perang. Padahal sebelum Islam masuk ke Indonesia, tanah air ini berpenghuni beragam agama dan keyakinan.

Pejuang Kesetaraan Gender

Gagasan ketiga adalah menancapkan tonggak pengarusutamaan gender. Gus Dur mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender pada masyarakat Indonesia, dengan menerbitkan instruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang

Melalui gagasan ini, gus dur ingin mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam Masyarakat negara banga ini. saat beliau menjadi presiden untuk kepentingan ini beliau menerbitkan intruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang PUG.

PUG singkatan dari Pengarusutamaan Gender, yang merupakan strategi dengan tujuan mengintegrasikan gender sebagai bagian penting dalam proses perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan serta program pembangunan nasional.

Gagasan Gus Dur terkait gender ini merubah kebijakan-kebijakan dalam memposisikan perempuan yang oleh sebagian orang pahami hanya melayani. Dengan gagasannya itu, menilai perempuan berhak bisa menjadi apa saja, peluang-peluang publik dan politik sebagaimana laki-laki.

Ketiga gagasan di atas sangat penting terus kita gaungkan dan implementasikan khususnya di bumi Indonesia ini, sebagai bentuk cinta tanah air dan menjadikan Indonesia baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Gus Dur telah meneladankan, saatnya kita melanjutkan! Tabik. []

Tags: Alissa WahidBuya Huseingus durGusdur Memorial LectureJaringan GusdurianTiga Gagasan
Mohammad Rafli

Mohammad Rafli

Kelahiran Tangerang, Domisili Kediri. Alumni Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri. Sedang menempuh Program Pascasarjana di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

1 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pemukulan

    Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version