Mubadalah.id – Jika merujuk buku Parenting With Love, yang ditulis oleh Maria Ulfah Anshor, tentang pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan ini sebaiknya diberikan kepada anak sejak dini.
Para orang tua (ayah dan ibu) dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak ini sebaiknya harus memahami terlebih dahulu apa yang anak alami dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan organ dan fungsi reproduksinya.
Tiga Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Anak
Berikut 3 pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak yang wajib diketahui orang tua.
1. Membiasakan Membersihkan Alat Kelamin
Pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak sebaiknya diberikan kepada anak sejak usia dini, misalnya, mengajarkan tentang cara membersihkan alat kelamin.
Ajarkan kepada mereka bahwa setelah buang air kecil, bersihkan alat kelamin dengan menggunakan air bersih dan sabun jika diperlukan, kemudian mengelapnya dengan tisu, handuk, atau kain yang bersih.
Beri tahukan pula kepada anak-anak akibat jika tidak membiasakan diri membersihkan tubuhnya secara teratur setiap hari.
2. Mengenalkan Organ-organ Reproduksi dan Fungsinya kepada Anak
Di dalam masyarakat masih sering kita temukan kebiasaan mengenalkan alat reproduksi dan fungsinya kepada anak-anak dengan sebutan yang tidak tepat.
Misalnya, burung untuk sebutan penis, mimpi bertemu bidadari sebutan untuk anak laki-laki yang mimpi basah, dan sebagainya. Penyebutan tersebut dimaksudkan untuk menghaluskan ungkapan agar tidak terkesan “jorok”, tetapi menjadi tidak tepat.
Adapun dampak secara psikologis, orangtua akan memiliki perasaan tidak enak, bahkan menganggap tabu memberitahukan lebih jauh tentang fungsi organ tersebut.
Begitu juga anak menjadi tidak berani menanyakan lebih jauh tentang organ reproduksinya karena dianggap tidak sopan.
Bahkan, kalau ada yang berani menanyakannya, mereka akan dihardik, karena diangap tidak pantas disebut oleh anak yang belum dewasa.
Akibatnya, anak-anak mencari tahu hal tersebut dari teman-temannya melalui obrolan yang diperoleh dari menonton film porno maupun pengalaman dan imajinasi pribadinya yang belum tentu benar.
Bagi anak yang usianya menginjak remaja, sebaiknya diberi tahu oleh orangtua atau gurunya mengenai pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak terutama soal organ reproduksi serta fungsinya masing-masing, agar mereka mengetahui masalah kesehatan reproduksi tidak dari sumber yang menyesatkan.
Dengan bimbingan orangtua, mereka menyadari perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya terkait dengan pertumbuhan organ reproduksinya. Apa saja yang harus dilakukan bila anak mengalami perubahan yang dialaminya, seperti mimpi basah pada remaja lakilaki, atau haid pertama (menarche) bagi remaja perempuan.
Ajarkan kepada mereka cara membersihkan alat vitalnya serta bersuci atau mandi yang benar, bukan hanya sekadar membasahi tubuhnya dengan air.
Perubahan-perubahan tersebut sebaiknya diberitahukan kepada mereka agar mereka tidak kaget dan mampu menyikapi apa yang terjadi dalam dirinya. Perubahan tersebut normal sejauh tidak menimbulkan kelainan klinis yang menganggu pertumbuhan anak.
Pada masa ini, memberikan informasi yang benar mengenai fungsi dan kesehatan reproduksi menjadi sangat penting. Sebab, hal ini sangat terkait dengan pola pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak dan perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yang harus disadari sejak dini, baik pada perubahan yang terlihat ataupun tidak.
3. Memisahkan Tempat Tidur Anak
Dalam pola pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak yang ketiga ini, anak laki-laki dan perempuan sebaiknya tidur terpisah, khususnya mereka yang sudah berusia remaja.
Dalam keadaan tidur mungkin saja aurat mereka terbuka yang sewaktu-waktu dapat terlihat satu sama lain. Hal tersebut tanpa disadari dapat menimbulkan yang rangsangan-rangsangan seksual di antara mereka.
Bahkan, sangat mungkin mereka saling bergantian mempermainkan alat kelaminnya manakala terlihat, meskipun mungkin awalnya sekadar bercanda.
Jika hal tersebut dibiarkan, dapat menimbulkan kebiasaan buruk, suka memainkan alat kelamin orang lain, dan sangat berbahaya jika mengakibatkan kebiasaan menikmati permainan tersebut. Lama-kelamaan dapat menimbulkan gangguan seksual bagi mereka di kemudian hari.
Selain itu, anak-anak akan merasa terkekang kebebasannya ketika hendak berganti pakaian dalam atau hendak melakukan sesuatu yang sangat pribadi.
Apalagi kalau di antara anak-anak tersebut ada yang memiliki kebiasaan buruk saat sedang tidur, misalnya, masih suka ngompol, memegang sesuatu menjelang tidur, atau kebiasaan tertentu yang tidak lazim.
Kondisi tersebut dapat saling memengaruhi satu sama lain atau saling memperolok-olok di antara mereka yang dapat menimbulkan hal-hal buruk yang tidak diinginkan.
Karena itu, memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan sangat dianjurkan menurut ajaran Islam, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Ajaklah anak-anakmu shalat dan pisahkan tempat tidur mereka.”
Menyediakan fasilitas kamar tidur terpisah bagi anak-anak memang bukan perkara mudah, apalagi bagi mereka yang memiliki tempat tinggal kecil dan secara ekonomi hidupnya pas-pasan dengan banyak anak.
Impitan ekonomi tersebut sering kali memaksa orangtua untuk menyatukan anak laki-laki dan perempuan dalam satu kamar, bahkan satu tempat tidur.
Kebiasaan tersebut sangat berbahaya, apalagi jika anak-anak mulai tumbuh remaja, karena dapat menimbulkan perilaku seksual yang tidak baik, bahkan perilaku seks sebelum waktunya.
Karena itu, agar hak anak untuk memiliki tempat tidur secara terpisah terpenuhi, pendidikan keluarga berencana bagi pasangan muda menjadi sangat relevan, selain dimaksudkan agar kesejahteraan keluarga terbina secara harmonis dan bahagia. (Rul)