• Login
  • Register
Selasa, 15 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tujuan Etika Menurut Socrates

Seseorang yang punya banyak informasi, tapi tidak menerapkan dalam tindakannya tidak ubahnya seperti seseorang yang menyandang banyak buku di pundaknya, tapi tidak mengetahui isi buku itu sama sekali

Daniel Osckardo Daniel Osckardo
26/01/2023
in Hikmah
0
Etika Menurut Socrates

Etika Menurut Socrates

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salah satu yang paling berharga dari peradaban lama (kuno) adalah pelajaran-pelajaran lamanya. Garis iris modern dan tradisional terletak pada peranti yang kita kedepankan. Modern adalah era rasionalisasi sedangkan pra modern masih meletakkan rasa sebagai salah satu bagian yang penting.

Hampir setiap pelajaran moral yang kita dapati hari ini berasal dari pra modernisme. Moral-moral ini dapat bersumber dari mana pun, interaksi manusia dengan alam, agama-kepercayaan, tradisi, dan bahkan dalam filsafat sekali pun.

Adalah Socrates filsuf Barat modern pertama. Socrates adalah orang pertama yang telah berjasa meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan, sebuah worldview, bagaimana melihat kehidupan. Ajaran-ajaran Socrates dapat kita lacak secara jelas dalam karya-karya muridnya yang tidak kalah kesohor, Platon—di vokal Indonesia lebih akrab disebut Plato. Di antaranya adalah tentang tujuan etika menurut Socrates.

Ajaran Socrates menyentuh banyak lini, banyak bidang, banyak disiplin ilmu. Obsesi Socrates terletak pada pencarian makna hidup dan kebenaran yang objektif. Salah satu yang menjadi topik perhatian Socrates adalah persoalan etika. Etika dalam filsafat mengkaji apa yang benar-salah, apa yang boleh kita lakukan-yang tidak boleh kita lakukan, mengapa seperti itu. Etika mempengaruhi bagaimana tingkah laku seseorang hidup dalam komunitas suatu masyarakat.

Tingkatan Motif Perbuatan Socrates

Etika memiliki lapangan kajian yang sangat luas. Beberapa di antaranya sudah saya singgung di atas. Tujuan etika menurut Socrates, jika seseorang memedulikan moral, memperhatikan perbuatannya maka ia akan berguna bagi diri orang yang bermoral itu sendiri. Yang tertinggi bagi Socrates adalah kebijaksanaan (wisdom ). Adapun yang dimaksud dengan kebijaksanaan adalah pengetahuan itu sendiri.

Baca Juga:

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

Ruang Baru Perempuan dalam Kehidupan Masa Kini

Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Pengetahuan adalah kapasitas seseorang dalam menghadapi suatu persoalan, dapat memahami persoalan itu dengan baik, dan tahu bagaimana cara untuk meresponsnya (know that + know how ). Sekadar mengetahui saja tidak cukup, tapi pengetahuan itu harus mewujud dalam perbuatan seseorang. Seseorang yang punya banyak informasi, tapi tidak menerapkan dalam tindakannya tidak ubahnya seperti seseorang yang menyandang banyak buku di pundaknya, tapi tidak mengetahui isi buku itu sama sekali.

Sederhananya, pengetahuan melahirkan moral, moral melahirkan tindakan, dan berikutnya tindakan memiliki tujuan. Bapak Fahruddin Faiz menerangkan bahwa tujuan dari etika Socrates adalah kebahagiaan. Kemudian kebahagiaan ini terbagi menjadi tiga.

Tujuan Etika bagi Socrates

Pertama, kebahagiaan yang kita letakkan pada kesenangan materi, badaniyyah, fisik semata. Ini merupakan bentuk moral dan kebahagiaan paling rendah bagi Socrates. Misalnya seseorang yang berbuat, bertindak, melakukan sesuatu atas dasar pencapaian duniawi, adalah individu paling rendah bagi Socrates. Sebab, sama artinya dengan menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang bersifat semu.

Kedua, kebahagiaan yang kita letakkan pada kehormatan. Yaitu individu yang masih berbuat dan memikirkan pendapat orang lain terhadapnya. Melakukan suatu kebaikan dengan mengharapkan pujian, berbuat sesuatu atas dasar kehormatan yang di dapat dari orang lain. Individu seperti ini bagi Socrates adalah individu yang tidak independen. Sebab harus mengandaikan apa yang ada di luar dari dirinya. Ketika apa yang di luar itu hilang, ketika pujian itu tidak ada lagi, keadaan akan berubah total bagi orang ini.

Ada suatu ungkapan, “Jika Anda melakukan sesuatu masih memikirkan pendapat orang lain, maka Anda masih hamba amatiran.”

Ketika, kebahagiaan yang kita letakkan pada kebenaran itu sendiri (wisdom). Yaitu tindakan yang tidak berdasarkan pada dua motif sebelumnya. Tidak untuk mendapatkan kesenangan harta duniawi, tidak untuk mendapatkan kehormatan dan pujian. Tujuan tertinggi dari etika bagi Socrates adalah tujuan Ilahiyah.

Salah satu perkataan Socrates soal ini, “Apakah engkau tidak malu karena begitu peduli dalam menghasilkan uang, ketenaran, dan nama baik, sementara engkau tidak peduli dengan kebijaksanaan, kebenaran, dan perbaikan jiwa?”

“Jika Anda mempelajari Socrates, Anda akan mendapati ajarannya sangat bernuansa sufistik sekali, ” kata Pak Faiz. []

Tags: filsafatFilsufHikmahkehidupanmanusiaSocratestasawuf
Daniel Osckardo

Daniel Osckardo

Penulis merupakan alumni S1 Hukum Tatanegara (Siyasah Syar'iyyah), Fakultas Syari'ah, UIN Imam Bonjol Padang. Memiliki minat kajian pada topik-topik filsafat, politik, hukum, dan keislaman. Saat ini menetap di Yogyakarta, dan aktif menulis esai populer di beberapa media

Terkait Posts

Hak-haknya Perempuan

Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

14 Juli 2025
Ukhuwah Nisaiyah

Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

14 Juli 2025
Jihad

Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

14 Juli 2025
Perempuan Masa Kini

Ruang Baru Perempuan dalam Kehidupan Masa Kini

14 Juli 2025
Tafsir Keadilan Gender

Pentingnya Perspektif Keadilan Gender dalam Memahami Tafsir

13 Juli 2025
Perempuan

Merebut Kembali Martabat Perempuan

13 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Krisis Ekologi

    Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ronggeng Dukuh Paruk dan Potret Politik Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-Haknya di Hadapan Nabi
  • Empat Prinsip NU Ternyata Relevan Membaca Krisis Ekologi
  • Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam
  • Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman
  • Jihad Perempuan Melawan Diskriminasi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID