• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Ulama Harus Turut Andil Atasi Kekerasan terhadap Perempuan

Winarno Winarno
07/12/2022
in Aktual
0
Ulama Harus Turut Andil Atasi Kekerasan terhadap Perempuan

Salah satu delegasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI)

53
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tersMubaadalahnews.com,- Menghapus kekerasan terhadap perempuan tak bisa hanya mengandalkan aktivis atau gerakan perempuan saja. Ulama juga harus turut andil. Berdasarkan data Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, setiap tahunnya angka kekerasan perempuan semakin meningkat.

Salah satu delegasi Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Faqihuddin Abdul Kodir bersama peserta lain sepakat tentang pentingannya peran ulama yang lebih nyata dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuran.

“Kerja-kerja ulama ini diperlukan untuk menanggulangi gap (pemisah) antara idealitas Islam dan realitas kekerasan yang justru dihadapi perempuan di lapangan,” kata Kang Faqih, pada acara Belajar Bersama di Thailand Selatan melalui pesan tertulis yang diterima Mubaadalahnews, 6 Desember 2018 waktu setempat.

Menurutnya, ulama adalah pewaris kerja-kerja Nabi Muhammad Saw, dan tugasnya adalah mengubah masyarakat, laki-laki dan perempuan, dari keadaan kegelapan (zhulumaat) menuju terang cahaya (nuur). Dari kegelapan karena kekufuran, kebodohan, kezaliman, kekerasan dan ketidakadilan menuju cahaya keimanan, keilmuan, kebaikan, kedamaian, dan keadilan.

Lebih lanjut lagi, para ulama di Indonesia, khususnya yang tergabung dalam jaringan KUPI dalam kongresnya di Cirebon, 25-27 April 2017 lalu telah menetapkan untuk melibatkan pengalaman-pengalaman perempuan sebagai inspirasi dan pondasi dalam memutuskan pandangan-pandangan kegamaan.

Baca Juga:

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Dia mencontohkan, kiprah-kiprah ulama di jaringan KUPI dalam menanggulangi kekerasan terhadap perempuan. Seperti KH Husein Muhammad yang menyediakan pondasi teologis, Ibu Nyai Hj. Shinto Nabilah yang aktif secara sosial kultural mengadvokasi korban-korban kekerasan, dan Ibu Hj. Badriyyah Fayyumi yang aktif secara politik mendorong peraturan, undang-undang, dan kebijakan yang dapat menghentikan kekerasan.

“Di Indonesia, kami (KUPI) sadar bahwa peran ulama tidak cukup hanya sebatas pengajaran semata, tetapi perlu memastikan bahwa kerahmatan Islam harus benar-benar secara nyata dirasakan oleh perempuan, dengan segenap peran sosial, kultural, dan politik,” tegasnya.

Sementara itu, perwakilan dari Kantor Shaikhul Islam Propinsi Narathiwat Thailand Selatan, Abdul Aziz Jehmanah menegaskan, Islam sama sekali tidak memberikan toleransi terhadap segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.

“Dalam Islam, perempuan adalah kongsi hidup laki-laki, dan begitupun sebaliknya sehingga tidak ada jalan bagi kekerasan dalam Islam,” ucapnya di hadapan 37 peserta, terdiri dari delegasi KUPI dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand Selatan.

Senada, Aktivis Perempuan Thailand, Rasidah Pusu menilai, idealitas Islam ini memperoleh tantangan dari aktivis dan gerakan perempuan. Karena faktanya angka kekerasan yang dialami perempuan dan anak-anak, baik dalam ranah domestik maupun publik masih tinggi.

Lebih lanjut lagi, realitas ini memaksanya untuk mendatangi ulama dan aktivis Islam untuk meminta agar mereka (ulama) berperan aktif ikut menyelesaikan persoalan .

“Kerjasama dan partisipasi para ulama memudahkan kami untuk melakukan gerakan penyadaran masyarakat dan kerja-kerja advokasi korban-korban kekerasan dari perempuan dan anak,” terangnya.

Tantangan juga datang dari aktivis Sister in Islam, Azreena Abdul Aziz, yang mengetengahkan pengalaman di Malaysia. Di mana pemahaman keagaman yang ideal itu justru tidak terwujud dalam banyak benak masyarakat.

“Pemahaman agama yang ideal itu justru dibelokkan banyak ulama untuk membiarkan dan bahkan melestarikan kekerasan-kekerasan yang dialami perempuan dan anak-anak,” akuinya.

Dia tak sependapat ketika pernikahan anak, pemerkosaan dalam perkawinan, dan poligami, seringkali dipuja-puja sebagai sesuatu yang ideal dan Islami. Padahal pada kenyataanya justru menimbulkan kekerasan dan ketidakadilan yang dialami perempuan dan anak-anak.

“Pengalaman perempuan ini harusnya didengar para ulama dan dijadikan dasar dalam interpretasi agama,” tutupnya. (WIN)

Tags: ciwaringinFatwaislamkejahatankekerasanKupilaki-lakipelecehanperempuanseksualulama
Winarno

Winarno

Winarno, Alumni Pondok An-Nasucha, dan ISIF Cirebon Fakultas Usuluddin

Terkait Posts

kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID