• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Yuk, Nonton Film Keluarga Cemara

Zahra Amin Zahra Amin
10/01/2019
in Kolom
0
Keluarga Cemara

Dok. Visinema via Youtube.

111
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga”.

Para pembaca tentu hafal di luar kepala soundtrack lagu dari sinetron Keluarga Cemara, yang pernah tayang dan menjadi hits di salah satu televisi swasta nasional era tahun 1990-an. Termasuk penulis juga, selalu menunggu pemutaran sinetron itu.

Nah, untuk mengobati kerinduan kita pada sosok Abah, Emak, Euis dan Ara, saat ini Keluarga Cemara dalam versi filmnya sudah mulai menyapa di bioskop kesayangan. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari film tersebut, maka tak ragu saya menyarankan untuk menonton film ini.

Kisah yang diangkat dalam film Keluarga Cemara tak berbeda jauh dengan versi sinteron, yakni tentang satu keluaga yang tiba-tiba jatuh miskin akibat ditipu dalam pekerjaan proyek yang sedang ditangani Abah. Sehingga seluruh rumah dan harta mereka disita oleh pihak berwenang.

Tak lagi punya tempat tinggal, mereka akhirnya pindah ke rumah peninggalan Aki atau orang tua Abah di Bogor. Cerita dimulai, ketika bagaimana Abah, Emak, Euis dan Ara harus beradaptasi dengan kehidupan baru dengan segala keterbatasan yang ada.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Film Keluarga Cemara seperti menyampaikan pesan pada generasi milenial, bahwa menikah dan membangun rumah tangga itu tidak mudah. Ada resiko-resiko yang harus siap dihadapi bersama. Dan bagaimana mengelola komunikasi serta emosi antara satu dengan yang lain, sehingga mampu menjaga kekompakan keluarga.

Pesan lain yang bisa ditangkap dari film Keluarga Cemara, tentang pembagian peran dan tugas antara Abah dan Emak. Di mana ketika Abah mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan kakinya patah tulang dan harus digips, maka Emak yang mengambil alih peran sebagai pencari nafkah keluarga, dengan membuat dan berjualan opak.

Termasuk ketika dalam satu kesempatan Abah mengatakan jika keluarga menjadi tanggung jawabnya sebagai lelaki dan kepala rumah tangga. Pernyataan Abah itu dibantah langsung oleh sesama rekan kerjanya di ojek online. Bahwa ketika rumah tangga dibangun sejak awal oleh komitmen lelaki dan perempuan. Maka untuk bertanggung jawab menjaganya harus bersama-sama pula.

Sementara itu Euis yang masuk masa pubertas, juga mengalami gejolak emosi serta bersitegang dengan Abah. Beruntung ada sosok Emak dan Ara yang bisa meredam, sehingga perseteruan tidak semakin panjang. Malah akhirnya Euis meminta sama pada Abah. Tetapi kritik menarik dari Euis yang disampaikan pada Abah, juga menjadi kritik bagi kita semua.

Jika ada Lelaki atau Ayah yang merasa bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam keluarganya, maka siapa nanti yang akan bertanggung jawab atas diri lelaki itu. Artinya, antar satu sama lain anggota keluarga mengedepankan prinsip kesalingan. Ketika salah satu melemah, maka yang lain harus saling menopang dan menguatkan, hingga dalam kondisi tersulit sekalipun keluarga akan tetap bisa bertahan.

Di akhir cerita Film Keluarga Cemara, mereka memilih bahagia dengan tidak jadi pindah ke Jakarta. Apalagi dengan bertambahnya anggota keluarga baru bayi kecil bernama Agil, semakin melengkapi kebahagiaan mereka. Dari Keluarga Cemara kita belajar, setiap potensi anak-anak perempuan Abah dan Emak diberi ruang seluas-luasnya, mendapat dukungan dan jalinan komunikasi yang baik, dengan pelibatan Abah dalam pengasuhan bersama.

Salah satu yang saya suka dari film ini, tidak ada kisah cinta segi tiga, lelaki lain atau perempuan lain yang hadir di tengah keluarga. Monogami menjadi pilihan, dan nilai-nilai keluarga yang sangat dijunjung dengan baik, sehingga melewati badai sekencang apapun, dengan pola pengasuhan seperti Keluarga Cemara kelak akan mampu menghadapinya. Dan saya bangga telah menonton Keluarga Cemara. Kalau kamu kapan?[]

Tags: FilmkeluargaKeluarga CemaraKeluarga Sakinahkeluarga samararumah tanggaSinetron
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version