• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

12 Pahlawan Nasional Perempuan Indonesia

Dari 149 tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, di antaranya terdapat dua belas orang perempuan yang menyandang gelar itu

Mubadalah Mubadalah
11/11/2016
in Featured, Figur
0
pahlawan nasional perempuan

pahlawan nasional perempuan

268
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Dari 149 tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, di antaranya terdapat dua belas orang perempuan yang menyandang gelar itu. Berikut adalah nama-nama pahlawan nasional perempuan tersebut:

 

Tjoet Nja’ Dhien (1848–1908). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Aceh Dianugerahi pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno Bersama suaminya, Teuku Umar, beliau memimpin perang melawan pasukan Belanda sejak tahun 1880. Setelah suaminya gugur, ia tetap berjuang berperang melawan Belanda. Ia berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, hingga akhir hayatnya. (Baca: Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda)

 

Tjoet Nja’ Meutia (1870–1910). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Aceh Dianugerahi pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno Memimpin pasukan melawan Belanda bersama suaminya sejak tahun 1905. Ketika suaminya tertangkap dan dihukum mati, beliau tetap melanjutkan perjuangan. Ia kemudian gugur dalam peperangan pada tahun 1910.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Raden Adjeng Kartini (1879–1904). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Tengah Dianugerahi pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno Dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan karena pikiran dan pandangannya mengenai emansipasi wanita, khususnya hak berpendidikan serta hak memperoleh kebebasan dan persamaan hukum bagi kaum perempuan. Pikiran dan pandangannya itu ditulis dalam surat kepada teman-temannya di Eropa. Surat-suratnya itu kemudian dikumpul, dibukukanan, dan diterbitkan dengan judul Door Duisternis tot Licht di Belanda pada tahun 1911. Buku itu kemudian diterjemahkan ke Bahasa Melayu dan diterbitkan di Hindia Belanda dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1922.

Raden Dewi Sartika (1884–1947). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Barat Dianugerahi pada 1 Desember 1966 oleh Presiden Soekarno Beliau memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan dengan mendirikan Saloka Istri pada tahun 1904, yang merupakan sekolah khusus perempuan pertama di Hindia Belanda. Sekolah yang didirikannyaberkembang hingga merambah seluruh wilayah Pasundan, hingga ke wilayah Sumatera. Beliau juga sempat mendapat bintang penghargaan dari pemerintah Hindia Belanda atas usahanya memberdayakan perempuan.

Martha Christina Tiahahu (1800–1818). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Maluku Dianugerahi pada 20 Mei 1969 oleh Presiden Soeharto Mengangkat senjata terjun langsung dalan medan perang melawan Belanda sejak umur 17 tahun, membantu ayahnya yang merupakan pembantu Kapitan Pattimura. Ia tertangkap ketika berusaha membebaskan ayahnya yang tertangkap lebih dulu. Ia dihukum diasingkan ke Pulau Jawa, namun ia wafat dalam perjalanan ke Pulau Jawa. Jasadnya kemudian dibuang ke Laut Banda.

Maria Walanda Maramis (1872–1924) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Sulawesi Utara Dianugerahi pada 20 Mei 1969 oleh Presiden Soeharto Memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan bagi kaum ibu-ibu dengan mendirikat organisasi Percintaan Ibu Kepada AnakTurunannya (PIKAT) pada tahun 1917. Pada tahun 1919, beliau memperjuangkan agar wanita memiliki hak suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad. Usahanya membuahkan hasil setelah pada tahun 1921, Pemerintah Hindia Belanda memperbolehkan wanita memberikan suaranya dalam Minahasa Raad.

Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (1872–1946). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Daerah Istimewa Yogyakarta Dianugerahi pada 22 September 1971 oleh Presiden Soeharto Istri dari K.H. Ahmad Dahlan. Beliau memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita dengan mengadakan pengajian untuk kalangan wanita yang akhirnya berkembang menjadi Lembaga ‘Aisyiyah dalam organisasi Muhammadiyah. Ia juga aktif mengajarkan bahwa perempuan mempunyai hak untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, serta menentang praktik kawin paksa.

Nyi Ageng Serang (1752–1828). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Tengah Dianugerahi pada 13 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto Pemimpin daerah Serang, wilayah dalam Kerajaan Mataram, dikenal dekat dengan rakyat dan sering membantu rakyat. Pada usianya yang lanjut, beliau memimpin pasukan dari tandu, membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda selama 3 tahun.

Hj. Rangkayo Rasuna Said (1910–1965). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Sumatera Barat Dianugerahi pada 13 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto Pernah dipenjara Belanda pada tahun 1932 karena memprotes ketidakadilan Pemerintah Hindia Belanda. Di masa kemerdekaan, beliau juga pernah duduk menjadi anggota DPR-RIS dan Dewan Pertimbangan Agung. Semasa hidupnya, beliau juga aktif memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita.

Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto (1923–1996) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Tengah Dianugerahi pada 30 Juli 1996 oleh Presiden Soeharto Ibu Negara RI sejak 1967 hingga akhir hayatnya. Pada masa revolusi kemerdekaan, ia bergabung ke Laskar Puteri Indonesia, membantu menyelenggarakan dapur umum serta bantuan kesehatan bagi pejuang Indonesia. Semasa menjadi Ibu Negara, ia dikenal dengan gagasan proyek monumentalnya, terutama Taman Mini Indonesia Indah, Taman Buah Mekarsari, Perpustakaan Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais, dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Hj. Fatmawati Soekarno (1923–1980). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Bengkulu Dianugerahi pada 4 November 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid Penjahit Bendera Pusaka “Sang Saka Merah Putih” yang dikibarkan pada saat Proklamasi 17 Agustus 1945. Beliau juga ialah istri ketiga Soekarno dan Ibu Negara RI yang pertama, mendampingi Presiden Soekarno hingga ia memilih keluar dari Istana pada tahun 1953 karena tidak menyetujui Soekarno menikah lagi. Selepas keluar dari Istana, beliau aktif dalam kegiatan sosial, terutama pada anak-anak penderita tubercolosis. Untuk itu, ia menggalang dana untuk membangun rumah sakit yang sekarang bernama RSUP Fatmawati.

Opu Daeng Risadju (1880–1964). Asal Daerah/Daerah Pengusul: Sulawesi Selatan Dianugerahi pada 3November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Melakukan pemberontakan terhadap tentara NICA pada tahun 1946. Beliau berhasil ditangkap beberapa bulan kemudian dan mengalami penyiksaan yang menyebabkan beliau menjadi tuli hingga akhir hayatnya.

Demikian nama para pahlawan nasional perempuan. Tulisan di atas diambil dari berbagai sumber. []

 

 

Tags: 10 NopemberHari PahlawanPahlawan PerempuanperempuanPerempuan pejuang
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

1 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version