Tiga pahlawan perempuan di atas merupakan salah satu sosok yang menginspirasi, bukan hanya karena keberaniannya di medan perang, tetapi tentang pendidikan dan kesetaraan.
Mubadalah.id – Hari Pahlawan merupakan sebuah momen untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan dan keadilan. Namun, dalam merayakan hari bersejarah ini, seringkali peran pahlawan perempuan dalam kontribusi mereka terabaikan.
Padahal dalam beberapa catatan sejarah, ada banyak pahlawan perempuan yang ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Termasuk dalam bidang pendidikan dan kesetaraan gender.
Berikut beberapa peran pahlawan perempuan yang memiliki peran dalam pendidikan dan kesetaraan gender:
Dewi Sartika
Pertama, Dewi Sartika. Beliau merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang merintis pendidikan bagi para perempuan.
Perempuan yang lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Bandung, Jawa Barat, itu menjadi pelopor dalam upaya memberikan hak pendidikan yang setara bagi para perempuan.
Dalam memberikan hak pendidikan itu, Dewi Sartika wujudkan dengan mendirikan Sekolah Kartini pada tahun 1904 di Bandung, Jawa Barat.
Nama sekolah ini dipilih sebagai bentuk penghargaan kepada Raden Ajeng Kartini, sosok pahlawan perempuan yang menjadi inspirasi besar dalam perjuangan untuk pendidikan dan kesetaraan gender.
Sekolah Kartini bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga pusat emansipasi pendidikan bagi perempuan. Di sana, Dewi Sartika berusaha memberikan akses pendidikan yang setara bagi perempuan, mengajarkan mereka bukan hanya keterampilan, tetapi juga pengetahuan umum.
Bahkan dengan semangat perjuangannya, Dewi Sartika berhasil membuka pintu bagi ribuan perempuan Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan mengubah nasib mereka.
Keberanian dan dedikasinya memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus mendorong kesetaraan dan pendidikan yang inklusif.
Terlebih, sebagai bentuk penghargaan kepada Dewa Sartika, pemerintah resmi menetapkan tanggal 2 Mei, sebagai perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Penetapan ini sebagai bentuk untuk menghormati peran Dewi Sartika sebagai tokoh perintis pendidikan dan pengembangan perempuan.
Oleh sebab itu, Dewi Sartika bukan hanya sebagai tokoh sejarah. Tetapi juga teladan yang abadi dalam perjalanan pendidikan Indonesia.
Kartini
Kedua, RA. Kartini. Beliau adalah pionir perjuangan perempuan Indonesia untuk hak pendidikan dan kesetaraan.
Perempuan yang lahir pada tahun 1879 di Jepara berhasil membuka jalan bagi perempuan Indonesia menuju pendidikan modern. Gagasan-gagasannya tentang hak perempuan di bidang pendidikan dan sosial berhasil membawa perubahan yang signifikan dalam pola pikir masyarakat pada zamannya.
Bahkan Kartini menganggap bahwa pendidikan adalah salah satu kunci untuk mencapai kesetaraan gender. Seperti kita ketahui bersama, pada masa Kartini, banyak perempuan dikekang oleh norma dan tradisi patriakhi yang menghambat mereka untuk mengejar pendidikan tinggi.
Oleh sebab itu, dengan sikap dan perjuangannya, Kartini berhasil menggagas sekolah untuk perempuan. Sekolah ini menjadi tempat mereka dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang akan memberi mereka kebebasan intelektual.
Buku Surat-surat Kartini
Kartini mengungkapkan gagasannya melalui serangkaian surat kepada sahabat-sahabatnya, yang kemudian beliau menuliskan dan mengumpulkannya dalam Buku Surat-surat Kartini.
Dalam surat-surat tersebut, Kartini membahas impian dan aspirasinya untuk perempuan. Kartini memimpikan perempuan Indonesia yang merdeka, berpendidikan, dan memiliki hak-hak yang setara dengan kaum laki-laki.
Surat-surat ini bukan hanya pandangan pribadi Kartini. Tetapi juga cerminan aspirasi besar untuk membebaskan perempuan dari belenggu tradisi yang merendahkan dan mendiskriminasi mereka.
Nyi Ageng Serang
Ketiga, Nyi Ageng Serang. Beliau merupakan salah satu pahlawan perempuang yang berjuang dalam medan perang.
Perempuan yang lahir pada 5 Februari 1772 di Serang, Banten terlibat dalam perang Diponegoro (1825-1830). Beliau menjadi salah satu panglima perang di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.
Keberanian dan kepemimpinannya memberikan inspirasi kepada banyak orang, termasuk perempuan, untuk turut serta dalam perjuangan melawan penjajahan.
Selain berjuang di medan perang, Nyi Ageng Serang juga memahami pentingnya pendidikan untuk mencapai kemandirian bangsa. Ia mendorong pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan semangat kebangsaan dan keadilan.
Dalam pandangannya, pendidikan adalah kunci untuk membebaskan masyarakat dari belenggu penjajahan dan menciptakan generasi yang cerdas.
Pahlawan Nasional
Pada tanggal 10 November 1966, Nyi Ageng Serang dihormati sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.
Penghargaan ini sebagai pengakuan terhadap perjuangan dan peran Nyi Ageng Serang dalam perjuangan melawan penjajah Belanda. Termasuk dalam memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan.
Tiga pahlawan perempuan di atas merupakan salah satu sosok yang menginspirasi, bukan hanya karena keberaniannya di medan perang, tetapi tentang pendidikan dan kesetaraan.
Perjuangan mereka telah memberikan landasan kuat bagi kesetaraan, pendidikan, dan kemandirian perempuan dalam membangun Indonesia yang adil dan berkeadilan.
Oleh sebab itu, para pahlawan perempuan Indonesia telah membuka jalan. Maka tugas kita sekarang adalah memastikan agar api semangat mereka terus menyala dan menerangi masa depan yang lebih baik. []