Mubadalah.id – Media sosial sempat gempar dengan berita Pengadilan Tinggi Banten yang memutuskan Rezky Aditya sebagai ayah biologis dari anak Wenny Ariani pada Jum’at (20/5). Sebelumnya, Wenny mengaku memiliki hubungan dengan Rezky pada tahun 2012 dan melahirkan seorang anak satu tahun kemudian. Pada akhirnya, pada tahun 2021 yang lalu, Wenny menggugat Rezky agar mengakui anak tersebut ke Pengadilan Negeri Tangerang. Tak bisa dibayangkan bagaimana kesabaran Citra Kirana sebagai istri sah Rezky Aditya.
Setelah PN Tangerang menolak gugatan Wenny, ia pun mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Banten yang menghasilkan putusan bahwa Rezky merupakan ayah biologis dari Naira Kaemita Tarekat. Hakim dalam hal ini mengacu pada payung hukum Putusan Mahkamah Konsitusi No. 46/PUU-VIII/2010 yang menyebutkan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan tidak hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya. Akan tetapi, juga ayahnya yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi atau alat bukti lain. Kesabaran Citra Kirana benar-benar diuji.
Lalu di balik ramainya cerita tersebut muncul sebuah video tanggapan dari Citra Kirana terkait hubungannya dengan Rezky Aditya sebagai suami pasca kejadian ramai ini. Sontak, video tersebut ramai di berbagai sosial media baik twitter, tik tok, maupun Instagram. Video berdurasi 15 menit yang berasal dari youtube Ciky Citra Rezky tersebut menuai banyak tanggapan, terlebih pujian terhadap Citra Kirana yang dengan lapang dada menerima masa lalu Rezky Aditya. Ini bukti kesabaran Citra Kirana.
Kesabaran Citra Kirana bukti kesetiaan seorang istri
Banyak ciutan tweet yang memuji kesabaran Citra Kirana sebagai perempuan tangguh yang dapat melawan rasa sedih berkecamuk, bidadari surga yang cantik secara fisik dan hati, Bahkan, ada yang memuji nya berdasarkan kontrol emosi yang berhasil ia lakukan. Dari @dhithereal ia memberikan reply tweet “Cara Citra Kirana control emosinya keren banget, proses pendewasaan yang dia alami sukses bawa dia sampai pada waktu di mana punya ketenangan dalam menanggapi masalah kayak gini. Gimana caranya punya control emosi sebaik ini.”
Bahkan tak jarang juga ada yang mengurutkan Citra Kirana sebagai salah satu dari aktris perempuan kuat di Indonesia setelah Nagita Slavina dan Putri Anne. Memang, Citra Kirana adalah sosok perempuan hebat yang mana ketika ia memutuskan hidup dengan seseorang (Rezky Aditya), dengan kesabaran Citra Kirana memilih berdamai dengan masa lalunya.
Namun, ada reply yang cukup menarik perhatian penulis ialah tweet dari @paarhani yang menuliskan “Society makes women think they should fix troubled men, staying with them through financial turmoil, infidelity in hopes to make them better. When women have survived and successfully changed men’s personalities, they get praise. When they don’t, nobody cares nor lend and hand.”
(Masyarakat membuat perempuan berpikir bahwa mereka harus memperbaiki laki-laki bermasalah, tetapi bersama mereka melalui gejolak keuangan, perselingkuhan dengan harapan membuat mereka lebih baik. Ketika perempuan berhasil bertahan dan berhasil mengubah kepribadian laki-laki, mereka mendapatkan pujian. Ketika tidak, tidak ada yang peduli atau membantu)
Selanjutnya ada pula reply tweet dari @gimmeanidea yang menyebutkan “Salut sama Ciki, tapi di satu sisi miris polemik yang sering terjadi di kalanganperempuan. Perempuan bukanlah tempat rehabilitasi untuk para lelaki dan perempuan bukanlah tempat untuk memperoleh pembelaan ketika lelaki itu memiliki salah akan masa lalunya. Jadi coba jika kondisi itu di balik, akankah perempuan masih tetap dihargai layaknya laki-laki?”
Pertanyaan yang tidak terlintas sebelumnya menjadi terbangunkan oleh satu tweet yang dipublikasikan pada 30 Mei 2022 tersebut. Perlunya pengetahuan dasar tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan terlihat di sini. Perempuan adalah manusia yang sama-sama memiliki hak sebagaimana laki-laki sebagai subjek penuh. Sebagai manusia yang bukan untuk lahan “memaaafkan”.
Kalaupun perempuan memaafkan, bukan berarti berarti perempuan adalah manusia yang apabila memaafkan maka surga balasannya. Jika pun perempuan tidak memaafkan, maka itu adalah haknya sebagai seorang manusia. Pun laki-laki, ia juga merupakan subjek penuh yang memiliki hak memaafkan atau tidak sebagaimana perempuan. Ketika perempuan mempunyai masa lalu kelam, lantas apakah laki-laki lebih berhak untuk tidak menerima perempuan tersebut hanya karena ia perempuan? Tentu tidak.
Perempuan juga bukan tempat “rehabilitasi” untuk laki-laki bermasalah. Dalam buku Qira’ah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir pernah disebutkan bahwa keluarga harus diwujudkan sebagai tempat yang nyaman bagi tumbuh kembangnya seluruh anggota di dalamnya, dalam menjelitkan potensi dan kapasitas masing-masing. Dan, kesabaran Citra Kirana ini menjadi salah satu buktinya.
Artinya, seluruh anggota di dalam sebuah keluarga haruslah mendapatkan kenyamanan dan tumbuh kembang penuh dalam sebuah keluarga, tidak hanya sebagai rehabilitasi dari salah satu pihak saja. Hal ini berlaku baik untuk laki-laki maupun perempuan. Seperti kesabaran Citra Kirana, yang tentu tak mudah untuk dilalui.
Karena kehidupan keluarga adalah relasi “zawaj” (berpasangan) yang dilakukan oleh seluruh pihak di dalamnya. Selebihnya, perlu dijadikan sebagai sebuah referensi pula QS. Al-Ra’d (13): 11 yang menyatakan “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga kaum tersebut mengubah dirinya sendiri”.
Artinya perempuan tidak dapat diberikan pemahaman bahwa dirinya harus mengubah pasangannya, pun sebaliknya. Karena kedasaran dari setiap manusialah yang sebenarnya dapat mengubah dirinya sendiri.
Memahami pondasi awal demikian menjadi cukup penting, supaya dalam melirik problem berikutnya tidak memberikan asumsi yang berpihak pada salah satu gender saja. Sehingga tidak memberikan keberpihakan dan melegitimasi salah satu gender untuk kemudian harus melakukan ini dan ini, tetapi meluaskan pandangan tersebut. kesabaran Citra Kirana telah mendapat dukungan dari banyak pihak. []