Mubadalah.id – Ada banyak kejadian yang menunjukkan betapa Nabi Saw berempati kepada para sahabat yang mengalami masalah, seperti sakit, atau miskin. Salah satu kisah yang cukup populer adalah kisah jenaka tentang empati Nabi Saw kepada sahabat yang Miskin.
Rasa empati Nabi Saw kepada Sahabat yang Miskin ini seperti yang dikisahkan oleh Sahabat Abu Hurairah ra, dan dicatat dalam Sahih Bukhari (no. hadits: 1970). Suatu saat, para sahabat sedang reriungan bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tergopoh-gopoh seperti orang ketakutan.
“Ya Rasulullah, aku binasa, aku binasa, aku binasa,” begitu suara nyaring laki-laki tersebut mengagetkan banyak para sahabat sambil ndeprok di hadapan Nabi Saw.
“Emang kenapa sampai binasa segala?,” tanya dengan penuh rasa empati Nabi Saw.
“Aku berpuasa, tetapi di siang hari berhubungan intim dengan istriku,” jawab lelaki tersebut.
“Oh, gitu, ya tinggal kamu merdekakan seorang budak saja. Itulah kafarat (denda) yang disyariatkan bagi orang yang berpuasa dan berhubungan intim di siang hari. Kamu punya budak kan? Atau bisa beli budak lalu kamu merdekakan dia?,” tanya Nabi Saw.
“Tidak. Aku tidak punya budak dan tidak punya uang untuk itu,” jawab lelaki tersebut.
“Kalau begitu, sebagai gantinya, kamu harus berpuasa qadha dua bulan berturut-turut. Masih mampu kan?,” jawab Nabi Saw.
“Lah, aku tidak mampu berpuasa sebanyak itu wahai Rasul,” jawab lelaki tersebut sambil berpikir wong satu bulan saja cukup susah, apalagi sampai dua bulan.
“Kalau begitu, sebagai gantinya, kamu bersedekah makanan kepada enam puluh orang miskin di Madinah ini. Bisa kan?,” tanya Nabi Saw.
“Tidak bisa. Aku tidak punya uang atau makanan untuk itu wahai Rasul,” jawab lelaki itu.
Rasa Empati Nabi Saw kepada Sahabat yang Miskin
Rasa empati Nabi Saw ini ditunjukan dengan merasa kasihan kepada lelaki ini. Lalu ketika ada kiriman kurma yang datang ke rumah, Nabi Saw langsung mencari laki-laki tersebut dan menyerahkan kurma tersebut kepadanya.
“Sedekahkan kurma ini sebagai kafarat apa yang telah kamu lakukan itu,” kata Nabi Saw.
“Apakah aku harus sedekahkan kurma ini kepada orang yang lebih miskin dariku wahai Rasul?,” tanya lelaki tersebut.
“Iya dong,” jawab Nabi Saw.
“Demi Allah, di kota Madinah ini, tidak ada satupun orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasul,” ungkap lelaki tersebut.
Nabi Saw tertawa mendengar jawabannya, sambil berkata: “Ya sudah, sedekahkan kurma ini untuk keluargamu sendiri.” (Faqih).