• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Urban Sufisme Sebagai Urgensi Kekeringan Spiritual

Sufisme dapat kita artikan sebagai bentuk spiritual menuju pendekatan diri dengan Tuhan. Pendekatan diri tujuannya adalah upaya mencari kedamaian juga solusi mencari ketenangan hidup

Arie Riandry Ardiansyah Arie Riandry Ardiansyah
17/07/2022
in Hikmah, Rekomendasi
0
Urban Sufisme

Urban Sufisme

354
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dunia Tasawuf yang diimplementasikan dalam bentuk tarekat (thoriqoh) merupakan sebagai wahana bagi pemahaman penyebaran nilai-nilai keagamaan di masyarakat. Sejatinya tarekat di sini dapat memberikan sumbangan etik dan spiritualisme di tengah wacana kebangsaan yang diwarnai dengan permasalahan politik, sosial, serta agama. Sehingga kadangkala tarekat berperan sebagai gerakan politik dan gerakan sosial keagamaan.

Tarekat dalam hal ini berperan sebagai lembaga yang berfungsi untuk mentransformasikan nilai-nilai keagamaan yang luhur serta menginternalisasi kebajikan-kebajikan dalam jiwa, agar lebih luhur serta peka terhadap transformasi yang terjadi di masyarakat. Sehingga prinsip yang mengenai urban sufisme juga dapat menjadi ishlah bagi setiap masyarakat yang terkena dampak radikalisme. Selain itu urban sufisme dapat berperan sebagai deradikalisasi, dalam artian melawan radikalisme dengan meradikalisasi orang-orang melalui jalan tasawuf.

Istilah urban sufisme merupakan kajian sosial politik keagamaan.baik dalam ritual kesucian kehidupan sehari-hari. Agama berperan dalam segala aspek Standar dan prosedur dalam kehidupan masyarakat dan cara berdandan untuk upacara akbar setiap tahun. Modernitas telah membawa umat manusia kepada ketergantungan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Tasawuf sebagai Jalan Manusia

Dalam hal ini sufisme menjadi jalan yang harus masyarakat tempuh. Tasawuf dengan unsur-unsur serta fragmen sufistiknya menawarkan beberapa hal yang bisa menjadikan konflik berkurang karena nilai teduh yang akhirnya menjadi harmonis. Di antaranya menjadikan hidup dengan nilai Husnul khatimah. Semua yang tercipta oleh Allah tidaklah musuh, tetapi sebaliknya yaitu kawan menuju hidup yang lebih damai.

Diskursus mengenai urban sufisme sendiri diusung oleh Julia Day Howell yang menarik kalangan akademisi dalam satu dekade terakhir. Istilah Urban sufisme oleh Howell secara esensi agaknya mengundang perdebatan kalangan akademisi, seolah-olah Howell menyerdehanakan, baik subtansi ajaran (doktrin), lebih-lebih praktik dalam dimensi sufisme yang luas dan mendalam.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan

Sebagai seorang outsider, Howell memang melihat fenomena urban sufisme sebagai gejala sosiologis. Mungkin saja, ia melihat fenomena yang nampak dari luar tanpa memahami dimensi urban sufisme itu sendiri. Prinsip partisipatory menjadi salah satu kunci dalam memahami sufisme.

Karena itu rasanya kurang dalam memahami esensi sufisme itu sendiri. Sufisme dapat kita artikan sebagai bentuk spiritual menuju pendekatan diri dengan Tuhan. Pendekatan diri tujuannya adalah upaya mencari kedamaian juga solusi mencari ketenangan hidup.

Jalan Spiritual sebagai Solusi

Pada umumnya masyarakat menjalani aktivitas sufisme untuk mencari jalan penyelesaian masalah setelah rasio dan akal sendiri tidak dapat memuaskan batin. Hal inilah yang kemudian mendorong masyarakat untuk mencari solusi dengan jalan spiritual. Adanya perubahan pemikiran yang transedental dalam iklim masyarakat merupakan anomali itu sendiri.

Kebutuhan spiritual masyarakat urban yang semakin tinggi, munculnya berbagai ekspresi religiusitas kita maknai sebagai bentuk peningkatan keagamaan, juga era rekontruksi agama. Atau lebih pada transformasi gerakan keagamaan. Yakni zaman baru (new age movement). Gejala tersebut merupakan dimensi baru mengenai mengenai ketuhanan di tengah modernitas.

Urban sufisme merupakan fenomena universal yang terjadi hampir di semua kota besar di dunia. Hal ini merupakan wujud dari masyarakat urban yang mulai memperhatikan dunia spiritual yang misterius karena terasing dari dunianya sendiri, membuat mereka merasakan kebosanan dan kekosongan keyakinan, serta merasa kekurangan sesuatu.

Namun, tasawuf perkotaan tidak dapat dipahami sebagai perubahan popularitas tarekat tradisional. Padahal, organisasi tasawuf dan tarekat tradisional masih bisa berkembang di tengah dinamika kekeringan modern.

Fakta ini menegaskan nilai umum dalam sufisme. Seperti diketahui, sufisme cenderung bersifat lentur, toleran, dan akomodatif terhadap keagamaan paham keagamaan dan tradisi lokal. Bahkan, pada level tertentu, sufisme mengandung ajaran kesatuan agama-agama (wahdat al-adyan).

Keberagamaan Muslim Perkotaan

Model keberagamaan inilah yang diminati kalangan muslim perkotaan yang kosmopolit. Fakta ini sedikit banyak juga menjelaskan munculnya fenomena sufisme seperti Anand Krishna atau kelompok Salamuliah Indonesia.

Fakta ini menegaskan nilai universal tasawuf. Seperti yang kita ketahui bersama, tasawuf cenderung fleksibel, toleran dan beradaptasi dengan keyakinan agama dan tradisi lokal. Bahkan, sampai batas tertentu, tasawuf termasuk doktrin kesatuan agama (wahdat al-adyan). Muslim perkotaan internasional membutuhkan model keagamaan ini.

Hanya saja urban sufisme tidak bisa menggeser tarekat konvensional. Pada kenyataannya tasawuf konvesional dengan organisasi tarekat tetap dapat berkembang dalam hirup pikuk masyarakat modern. Urban sufisme dalam hal ini merupakan upaya memahami krisis radikalisme, dengan meningkatkan spiritualitas mendekatkan diri kepada Tuhan.

Mengutip sebagaimana yang dikatakan oleh Ajid Tohir dalam serial halaqah damai, ia mengatakan bahwasannya skema manusia sehat. Manusia sehat secara jiwa diperkuat oleh iman dan taqwa, akhlaq yang mulia, ibadah serta zikrullah.

Pemaknaan urban sufisme sangat kontradiktif dalam tafsir politik hingga kausalitasnya, seperti yang telah  Rubaidi ungkapkan dalam antitesisnya. Ia mencotohkan yang terjadi di majelis, di mana memiliki rantai pengetahuan yang kuat dan memelihara kontak dengan para sufi arus utama, seperti Abu Hamid al-Ghazali, Suhrawardi al-Maqtul, al-Qushayri dan para sufi lainnya.

Selain itu, jemaah yang mengikuti aksi tersebut tidak hanya berasal dari neomodernisme, tetapi juga dari tradisionalis. Pergerakan definisi tersebut melahirkan adanya tafsir sosial-politik baru dalam fenomena urban sufisme masyarakat kelas menengah perkotaan.

Urban Sufisme dan Zaman Baru

Namun demikian, hemat penulis dalam melihat perdebatan ini memiliki kesamaan prinsip, bahwa urban sufisme menitikberatkan adanya bentuk usaha dalam pencarian identitas individu untuk menjadi lebih bijaksana yang sesuai dengan makna sufi itu sendiri, walaupun subsisten dan instrumen yang ada di dalam nya memiliki sudut pandang yang berbeda-beda.

Sederhananya, bahwa masyarakat kelas menengah perkotaan melakukan pendekatan diri terhadap sakralitas ketuhanan. Modernitas telah mempengaruhi kekacauan untuk kelas Media kota. Kecemasan semacam itu Disebabkan oleh hukum kehidupan Statis dibuat Adanya disiplin tubuh manusia modernis.

Akibatnya, penduduk kelas menengah perkotaan tidak memiliki ruang ekspresi yang luas untuk mengklarifikasi keinginan mereka. Karena itu, kegelisahan hidup ditandai oleh dua tanda: keterasingan dan bunuh diri. Keterasingan modern, atau keterasingan oleh kelas menengah di kota-kota agnostik, mencari agama sebagai solusi.

Dengan kata lain, semakin maju teknologi (high tech), semakin berkembang pula kebutuhan mental manusia (high touch). Pada titik inilah eksistensi spiritualitas menjadi urgen dan penting dalam menjelaskan eksistensi tasawuf.

Oleh karena itu, gejala-gejala gerakan agama baru itu sendiri menjadi tendensi penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang agama-agama baru “Apakah ada tuhan?” dan “Siapakah saya?” (Who am I?). Agama baru tersebut bukan merupakan ekspresi teologis dari kepercayaan atau keyakinan, tetapi juga mencakup adat budaya leluhur.

Sinergitas Agama dan Tradisi

Keberadaan efek sinergis ini penting karena masyarakat modern merupakan bagian dari pencarian solusi, baik agama maupun tradisi. Tasawuf secara harfiah diartikan sebagai bentuk refleksi diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan meninggalkan segala keinginan duniawi. Sejak pertengahan 1980-an, kita tentu mengenal istilah “zaman baru” ketika menggambarkan evolusi fenomena orang mencari spiritualitas dalam hidup.

Tetapi apakah New Age merupakan lonjakan sementara dalam kebutuhan mental atau gaya hidup yang benar-benar baru? Opsi terakhir tampaknya benar. Dengan kata lain, tren New Age merupakan manifestasi dari kebangkitan spiritual dalam  masyarakat modern.

Apakah merupakan peningkatan sementara dalam kebutuhan mental atau apakah itu gaya hidup yang benar-benar baru? Opsi terakhir tampaknya benar. Dengan kata lain, tren New Age merupakan manifestasi dari kebangkitan spiritual dalam masyarakat modern.

Kekosongan yang orang rasakan ketika mereka benar-benar mencapai kemakmuran materi tampaknya mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak ada di sana, tetapi di bagian yang lebih spiritual. Memang, selain menjamurnya berbagai reaksi menyimpang, manusia modern mengembangkan apa yang Nicebit sebut sebagai gejala tech high-five. Menurutnya, orang semakin mencari keseimbangan lima tinggi: agama, seni, pengobatan alternatif, dan lain-lain. []

Tags: filsafatislamSufisufistiktarekattasawufThariqat
Arie Riandry Ardiansyah

Arie Riandry Ardiansyah

Mahasiswa Studi Agama Agama, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Manusia suka makan, minum, berpikir cuma sedikit

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version