• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Anak Adalah Generasi Penerus Bangsa, Stop Kekerasan Seksual Terhadap Anak!

Anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan dalam bentuk apapun. Namun faktanya masih banyak anak yang mendapatkan kekerasan bukan hanya secara fisik namun kekerasan seksual, bahkan menjadi korban pemerkosaan

Ai Rosita Ai Rosita
26/09/2022
in Keluarga
0
Generasi Penerus Bangsa

Generasi Penerus Bangsa

520
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Anak merupakan generasi penerus bangsa, sehingga mereka harus kita didik, dan dibekali dengan ilmu dan akhlak yang baik. Sebagai orang tua kita harus memperhatikan dan memenuhi hak-hak anak. Berdasarkan UU No. 23 tahun 2022 setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

Anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan dalam bentuk apapun. Namun faktanya masih banyak anak yang mendapatkan kekerasan bukan hanya secara fisik namun kekerasan seksual, bahkan menjadi korban pemerkosaan.

Kasus Kekerasan Seksual pada Anak Tertinggi

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) terdapat 11.952 kasus kekerasan anak sepanjang tahun 2021. Dari jumlah tersebut terdapat 7.004 kasus kekerasan seksual. Pelaku kekerasan seksual saat ini banyak yang berasal dari orang-orang terdekat korban.Tidak hanya tetangga bahkan orang tua dan anggota keluarga besar lainnya. Bukan hanya remaja bahkan balita yang menjadi korbannya.

Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kasus pemerkosaan terhadap anak 12 tahun di Medan sampai terinfeksi HIV. Tindakan kekerasan seksual telah ia alami dari usia 6/7 tahun dan pelaku kekerasan seksual tersebut merupakan orang terdekat korban. Beberapa bulan lalu, peristiwa meninggalnya seorang anak di Kabupaten Tasikmalaya yang menjadi korban bullying sekaligus pelecehan seksual yang teman-temannya lakukan.

Kasus ini sungguh amat keji, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah mampu menyuruh korban untuk bersetubuh dengan kucing. Menyebabkan korban depresi sampai harus kehilangan nyawa. Perbuatan keji ini sungguh tidak bisa kita tolerir. Membuat kita menghela nafas sejenak, apa yang terjadi pada generasi kita?

Baca Juga:

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Korban Bisa Trauma Bahkan Bunuh Diri

Kasus-kasus lainnya yang anak-anak alami, tindakan pemerkosaan yang dilakukan bukan hanya oleh orang lain bahkan oleh orang tuanya sendiri. Rumah yang seharusnya menjadi tempat aman menjadi neraka untuk mereka. Ancaman mereka dapatkan sehingga mereka takut untuk mengadu bahkan kepada ibunya sendiri.

Lingkungan pendidikan bahkan lingkungan pendidikan agama yang seharusnya menjadi tempat untuk mencari ilmu menjadi tempat yang mengerikan bagi mereka. Banyak kasus yang muncul ke permukaan. Akhir tahun lalu, pemerkosaan dilakukan oleh seorang pimpinan pondok pesantren terhadap para santrinya di Cibiru. Bukan satu atau dua orang saja yang menjadi korban bahkan belasan santri sampai ada yang melahirkan.

Kasus pelecehan seksual di salah satu pesantren di Jombang bahkan membutuhkan waktu yang lama untuk menangkap pelaku sampai terjadi drama dalam penangkapannya. Seorang motivator yang juga seorang founder Sekolah Selamat Pagi Indonesia menjadi pelaku pelecehan seksual kepada anak didiknya.

Dampak dari kekerasan seksual yang korban alami menimbulkan trauma yang pasti akan berkepanjangan. Trauma ini bahkan dapat menimbulkan keinginan korban untuk melakukan bunuh diri. Luka yang korban alami tidak bisa sembuh begitu saja dengan cepat. Belum lagi stigma negatif yang melekat pada korban yang tentu saja menambah trauma bagi mereka.

Peran Orang Tua

Orang tua berperan penting untuk mencegah kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak. Apa yang harus kita lakukan? Ada beberapa langkah yang dapat orangtua lakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak:

  1. Bangun pola komunikasi dengan anak

Komunikasi dapat mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak. Ajarkan anak untuk dapat berkomunikasi dua arah atau berdiskusi. Buat anak bisa senyaman mungkin bercerita dengan kita sebagai orang tua, katakan padanya untuk dapat menceritakan apapun yang terjadi padanya. Orang tua harus dapat menjadi teman yang baik untuk anak-anaknya sehingga anak tidak akan sungkan untuk menceritakan apapun yang dia alami.

  1. Berikan pendidikan seks sejak dini

Kadang banyak yang masih beranggapan bahwa memberikan pendidikan seks pada generasi penerus bangsa itu tidak penting. Itu merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Pendidikan seks sejak dini menjadi langkah utama untuk mencegah kekerasan seksual terjadi terhadap anak.

Pendidikan seks dapat memberikan pengertian bagi anak bahwa tubuhnya merupakan ranah privat yang tidak bisa disentuh oleh orang lain tanpa persetujuannya dan mereka berhak merasa tidak nyaman apabila ada orang lain yang menyentuh tubuhnya. Memperkenalkan bagian-bagian tubuh dan bagian-bagian vital kepada anak merupakan salah satu pendidikan seks yang harus kita perkenalkan kepada anak sejak dini.

  1. Ajarkan anak untuk mampu berkata tidak

Ajarkan anak untuk mampu berkata tidak jika ada orang yang ingin menyentuhnya. Jangan pernah mau diajak ke tempat sunyi bahkan oleh anggota keluarga sendiri. Anak harus kita ajarkan untuk mampu berteriak jika sesuatu hal terjadi padanya. Jangan pernah mau menerima apapun dari orang yang tidak kita kenal.

  1. Lakukan deteksi dini

Jika anak terlihat murung dari biasanya, berubah menjadi pendiam dan merasa kesakitan pada bagian tubuhnya terutama pada alat vitalnya segera bawa ke dokter, agar dapat tertangani secara medis. Jika menjadi korban kekerasan seksual jangan sungkan untuk melapor kepada pihak berwajib. Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dengan baik karena mereka adalah generasi penerus bangsa. []

 

 

Tags: Hak anakKekerasan seksualkeluargakesehatan reproduksiorangtuaPelindungan AnakPendidikan Seks Usia Dini
Ai Rosita

Ai Rosita

Ibu dua orang anak, selain menjadi Ibu rumah tangga juga aktif sebagai trainer Bank Sampah Nusantara LPBI NU

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID