• Login
  • Register
Kamis, 17 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Panduan Tongkrongan Biar Nggak Kemasukan Orang yang Hobi Melecehkan

Selama bertahun-tahun berkutat di dunia pertongkrongan, ada satu hal yang selalu saya wanti-wanti. Bagaimana teritori biar gak kemasukan orang yang hobi melecehkan

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
07/11/2022
in Personal
0
Panduan Tongkrongan

Panduan Tongkrongan

746
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Gak keren kalau gak nongkrong. Pikiran itu yang ada di benak saya saat awal duduk di bangku perkuliahan. Meski yang dibeli hanya kopi seharga 5000, saya dan teman-teman bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk nongkrong di warung kopi. Nah melalui tulisan ini saya ingin berbagi panduan tongkrongan untuk salingers semua.

Selama bertahun-tahun berkutat di dunia pertongkrongan, ada satu hal yang selalu saya wanti-wanti. Bagaimana teritori biar gak kemasukan orang yang hobi melecehkan. Seperti halnya ruh yang hilang saat kemasukan makhluk gaib, tongkrongan juga bisa gak bernyawa kalau kemasukan orang yang hobi melecehkan. Apalagi kasus pelecehan justru seringkali terjadi di ruang terbuka, tak terkecuali di tongkrongan.

Untuk mencegah terjadinya hal yang menjijikan itu, saya memulainya dari penamaan grup Whatsapp (WA) panduan tongkrongan. Misalnya, “Anti Otak Ngerezzz”. Pake huruf ‘Z’ biar greget. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran dari hal terkecil tentang betapa kejinya perilaku melecehkan bahkan sejak dalam pikiran.

Strategi Komunikasi di WA Grup

Ketika kita sering berinteraksi di grup WA, nama grup WA akan terbaca berulang-ulang. Lambat laun, alam bawah sadar anggota grup WA akan meyakininya dan mencerminkan sikap anti melecehkan dalam kehidupan sehari-hari. The power of sugesti.

Kalaupun gagal terdeteksi dari awal, bahwa ternyata ada salah satu anggota yang punya rekam jejak melecehkan, setidak-tidaknya ketika ia masuk grup, ia akan terus menerus dihantui rasa bersalah.  Hingga akhirnya, beban moral yang ia tanggung akan (semoga) membuatnya jera.

Nama grup WA bisa menjadi senjata terselubung untuk terhindar dari orang yang hobi melecehkan. Sebuah nama bisa menuntut si empunya untuk menjadi apa dan siapa. Inilah yang disebut kekuatan nama, karena nama adalah do’a.

Baca Juga:

Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

Mengenal Lebih Dekat Kanker Ovarium: Sebagai Salah Satu Sillent Killer pada Wanita

Green Deen: Perspektif Islam tentang Keselarasan antara Lingkungan dan Spiritualitas

Beberapa Catatan untuk Kaum Muda yang Tengah Pacaran

Setelah urusan nama sudah mantap, topik obrolan pas lagi nongkrong juga perlu diperhatikan. Sebetulnya bebas aja sih mau ngobrolin topik apa aja. Tapi, ada satu hal yang sering kita anggap fine-fine aja, padahal termasuk perilaku pelecehan. Ketika kita mendeskripsikan seseorang.

Misal, si A tanya ke si B, “Eh, kamu tau gak si C? Yang gendut ituloh.” Nah, ini perlu dihindari bro dan sist, karena mengandung unsur pelecehan secara verbal atau body shaming. Kalau faktanya si C gendut gimana? Ya bisa diperhalus penggunaan kata sifatnya.

Mengubah Diksi Negatif Menjadi Positif

Gendut jadi berisi, pendek jadi imut, item jadi eksotis atau sawo matang, atau alternatif lain bisa menggambarkan seseorang dengan bentuk klausa.  Si C anak kelas X, yang rumahnya di perumahan Bumi Permai, bla bla bla. Kalau masih aja gak mudeng, langsung kasih tau fotonya atau akun media sosialnya.

Selain itu, kirim pesan di WA Grup atau PC (Personal Chat) juga mesti hati-hati. Apalagi fitur WA sekarang sudah semakin canggih. Selain teks, orang juga bisa mengirim gambar, stiker, atau GIF. Kita sering menggunakannya untuk merespon pesan dengan instan, atau sekedar mengoleksinya.

Yang bikin geleng-geleng kepala, banyak stiker atau GIF beredar masif di WA yang mengandung SARA. Saya pernah dikirimi stiker perempuan sedang membuka baju. Bukan dari nomer orang gabut yang gak saya kenal, tapi dari teman saya sendiri. Wah, saya langsung syok banget. Meskipun badan saya gak disentuh sama sekali, tetap perbuatan tak senonoh itu termasuk pelecehan secara online.

Saya balas saja dengan mengumpat dan mengancamnya. “Dasar keparat! Aku udah SS chat ini, dan bisa saya jadiin barang bukti buat lapor ke polisi!” Esok hari bahkan sampai detik ini, dia gak menampakkan lagi batang hidungnya. Pasang karakter berani nan beringas ini penting banget biar orang yang hobi melecehkan gak punya nyali buat deketin tongkrongan kita.

Punya Hobi Membaca Buku

Yang terakhir, bisa juga bukan. Terlepas dari berbagai latar belakang suku, budaya, agama, atau selera fashion, mau cewek/cowok kue, mamba, atau bumi, yang terpenting punya kecintaan terhadap buku. Ini cukup penting karena bagi saya pelaku pelecehan cenderung masuk kategori orang bodoh dan gak ada akhlak.

Ya meskipun temuan di lapangan mengungkapkan bahwa pelaku pelecehan bisa dari kalangan mana saja. Bahkan gak menutup kemungkinan pelaku memiliki IQ di atas rata-rata. Tapi, mereka lebih mencintai hawa nafsunya ketimbang buku. Dan itu tindakan orang bodoh.

Ketika seseorang memiliki kecintaan terhadap buku, pasti korelasinya ia menolak bodoh. Ia akan berusaha sekuat tenaga, melawan rasa malas dan hawa nafsunya, meluangkan 5-10 menit untuk membaca buku setiap harinya. Dari kebiasaannya itu akan membentuk hobi membaca, alih-alih hobi melecehkan.

Perlu saya garis bawahi juga, buku bacaannya bukan karya Fredy S. atau teman satu tongkrongannya yang nganu, melainkan buku-buku genre self-improvement, motivasi atau buku-buku setebal bantal yang tiap kali membacanya bisa membuat orang ngantuk. Boro-boro mau melecehkan kan? Gak ada waktu.

Kebanyakan orang jika sudah bosan di tempat tongkrongan, pasti akan tunduh pada hp masing-masing. Scrolling di media sosial, dan itu hal yang sangat lumrah. Kita lupa, bahwa fenomena tsunami informasi bisa saja menyeret kita melakukan tindakan pelecehan di dunia maya melalui gerak gerik jempol kita. Ingat! Ada kata ‘sial’ dalam frasa ‘media so-sial’.

Beda cerita kalau kita adalah si kutu buku yang selalu membawa buku kemanapun kita pergi. Di tengah kebosanan beraktivitas, termasuk pas lagi nongkrong, kita akan kembali hanyut pada barisan kata dalam buku.

Kalaupun gak suka baca, hobi apa aja boleh. Main ML (Mobile Legend, ya!), menanam hidroponik, budi daya ikan cupang, macem-macem. Yang terpenting bukan hobi melecehkan atau sejenisnya, biar tetep bisa seru-seruan di tongkrongan yang terjamin keamanan dan kenyamanannya. []

Tags: Anak Mudagaya hidupGenerasi MilenialGenerasi ZLife Style
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

eldest daughter syndrome

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Love Bombing

Love Bombing: Bentuk Nyata Ketimpangan dalam Sebuah Hubungan

16 Juli 2025
Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Wonosantri Abadi

    Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Pandangan Ibnu Rusyd tentang Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah
  • Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan
  • Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?
  • Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 
  • Perempuan Menjadi Pemimpin, Salahkah?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID