Mubadalah.id – Baru saja kita telah berpisah dengan tahun 2022 dan memasuki tahun baru 2023. Seperti manusia pada umumnya kita pasti memiliki puluhan atau bahkan ratusan wish list (daftar harapan) dalam menyambut tahun yang baru. Tahun 2023 dengan seluruh harap di dalamnya tentu menjadi semangat hidup dan tekad yang lebih kuat. Yakni menjadi perempuan berdikari. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak pembaca khususnya perempuan apa saja nilai-nilai yang bisa kita jadikan pijakan ke depan.
Pertama, laku spiritual. Maksudnya adalah sebagai hamba yang tercipta oleh kuasa Tuhan dan dari ajaran agama yang kita yakini. Poin pertama adalah manifestasi dari yang sifatnya transendental atau habluminallah. Tidak hanya sekadar beribadah dan beragama. Namun dapat kita manifestasikan pada spiritualitas untuk kerja-kerja kemanusiaan sebagai khalifah fil ardh.
Spiritualitas itulah yang kemudian menjadi dasar bagaimana manusia bisa lebih luas dalan menciptakan tatanan sosial yang lebih berkeadilan baik kepada sesama manusia dan juga alam. Poin pertama inilah yang kemudian lebih luasnya spiritualitas yang membahas pada konsep hablum minallah, hablum minannas, dan juga hablum minal alam.
Ketiganya tidak bisa kita pisahkan selama kita menjadi makhluk dan memijakkan kaki di alam raya ini. Sebab manusia memiliki dua garis yang saling berkelindan, garis vertikal (hablum minallah) dan horizontal (hablum minannas dan hablum minal ‘alam).
Piramida Tauhid
Piramida tauhid yang Bu Nyai Nur Rofi’ah gaungkan memperlihatkan bahwa posisi manusia dengan alam atau mahluk hidup lain adalah garis setara. Puncak tertinggi dari seluruh elemen di jagat raya adalah Allah SWT, maka pandangan manusia menguasai manusia lain (laki-laki menguasai perempuan) dan manusia lebih superior terhadap alam adalah pemahaman yang keliru.
Maka sebenarnya bisa kita simpulkan bahwa tauhid dalam islam adalah anti patriarki. Hal itu termaktub dalam tafsir surat Al-Hujurat ayat 13 menegaskan bahwa jati diri perempuan sebagai manusia yang mencantumkan kemuliaan seseorang di hadapan Allah bukan jenis kelamin. Ataupun situasi sosial melainkan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kedua, perempuan harus memiliki kemandirian intelektual atau produksi pengetahuan agar mampu dalam memutuskan berbagai pilihan hidup yang bisa kita pertanggungjawabkan dan berlandaskan kesadaran penuh. Tidak hanya sebatas itu, pentingnya perempuan memiliki basis pengetahuan mendorong untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan dan bermanfaat seluas-luasnya untuk kemashlahatan umat dan jagat raya.
Poin kedua ini tidak kalah penting sebagai manusia yang Tuhan karuniai dengan akal budi, maka harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan akal budi ini lah perempuan bisa keluar dari segala kungkungan budaya patriarki, tafsir alquran dan hadis yang misoginis. Atau sistem sosial yang seringkali mendiskriminasi perempuan baik di ruang privat ataupun publik. Lalu kebijakan negara yang tidak adil gender, dan sistem ekonomi kapitalistik yang mengeksploitasi tubuh perempuan.
Hikmah dari Sosok Para Perempuan Inspiratif
Dalam surat an-Naml ayat 23 yang menceritakan seorang perempuan yang memerintah dan memiliki kuasa, teranugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Menceritakan sosok Ratu Bilqis binti Syarahil yang memimpin kerajaan Saba’. Ratu Balqis mampu membawa rakyat Saba’ kepada kemakmuran dan ketentraman, ia sosok pemimpin yang digandrungi oleh rakyatnya.
Hikmah yang bisa kita pelajari dari sosok Ratu Balqis yakni ia menepis kalimat bahwa bangsa yang dipimpin oleh seorang perempuan maka akan hancur. Pada faktanya, kepemimpinan bukan soal jenis kelamin. Namun kapasitas dan kemampuan yang setiap individu miliki termasuk perempuan. Maka penting perempuan harus memiliki basis pengetahuan yang matang dan membawa kemashlahatan umat seperti yang Ratu Balqis teladankan
Ketiga, perempuan harus membangun kemandirian financial atau ekonomi. Tentu pada bagian ini yang paling mahsyur dalam sejarah peradaban Islam yakni sosok sayyidah Khadijah. Bahkan sosok baginda Rasulullah sempat bekerja kepada Sayyidah Khadijah. Tidak hanya sosok Sayyidah Khadijah sebagai tokoh inspiratif dalam kemandirian ekonomi perempuan, ada sosok lain yakni Ummu Syurauk.
Dalam HR. Muslim mengatakan bahwa “Ummu Syurauk adalah perempuan yang kaya raya dari kalangan Anshar, sering menggunakan hartanya di jalan Allah. Karena itu banyak tamu yang berdatangan ke rumahnya.” Ummu Syurauk adalah fakta bahwa perempuan bisa memiliki kemandirian ekonomi bukan karena harta waris keluarga namun dari hasil kerja kerasnya.
Perempuan Harus Bebas Finansial
Sementara itu dalam surat al-Qashash ayat 23 menceritakan sebuah kisah tentang perempuan pengelola peternakan. Artinya perempuan mampu dalam mengurus pekerjaan dan menghasilkan nilai untuk kemudian dijadikan sebagai perjuangan di jalan Allah.
Mengapa penting perempuan memiliki finansial yang mapan? Perlu kita ketahui bahwa salah satu satu tindak kekerasan di dalam rumah tangga salah satu penyebabnya adalah ketergantungan perempuan kepada laki-laki. Atau sebaliknya bahwa beban nafkah yang hanya ditanggung suami menyebabkan ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bayangkan saja jika suami-istri atau laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi agen dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, bisa dipastikan akan berdampak kepada keluarga yang sejahtera dan bahagia. Walaupun memang tolak ukur kebahagiaan bukan hanya tentang uang melainkan banyak aspek yang melingkupinya.
Memasuki tahun 2023 maka resolusi yang saya tawarkan untuk menjadi perempuan berdikari dan mandiri. Yakni “tanamkan ke kepala kita bahwa laku spiritual, kemandirian intelektual dan finansial adalah tiga hal penting yang saling bertautan”. Semoga kita semua kita istiqamahkan dalam setiap proses laku kehidupan. Selamat tahun baru 2023, semangat, niat dan tekad yang kuat menjadi manusia bermanfaat dan bermartabat. []