“Semua beribadah, menurut agamanya, dan kepercayaannya, tanpa hina menghina”
Mubadalah.id – Kalimat tersebut merupakan penggalan lirik pada lagu Nasida Ria yang mereka nyanyikan dengan judul ‘Oh Indonesia ku’. Ya, lagu itu bercerita tentang negara kita, negara yang plural yang artinya Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman dan kemajemukan.
Di negara kita ini, agama nggak cuma satu, tapi ada banyak. Suku, ras, bahasa, hingga budaya pun, tak cuma satu, tapi lebih dari itu. “Bhineka Tunggal Ika” itulah semboyan negara kita. Maknanya, meskipun beraneka ragam, pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap merupakan satu kesatuan.
Lagu-Lagu Nasida Ria Penuh dengan Pesan Moral
Siapa yang tak kenal Nasida Ria? Hampir setiap hari, bahkan setiap jam, saya kerap kali menyetel lagu-lagunya, utamanya melalui Youtube, saat sedang kerja atau saat lagi nyantai di rumah. Selain suka dengan musik qasidah, saya suka memutar lagu Nasida Ria karena lagu-lagunya banyak mengandung pesan kehidupan.
Bagi yang belum tahu, Nasida Ria merupakan grup musik qasidah legendaris asal Semarang yang sering membawakan lagu-lagu bertemakan Islami. Banyak pesan moral yang terkandung di dalam lirik lagu-lagunya. Lewat alunan musik syahdu itu, mereka berdakwah. Dakwah mereka tidak dari pengajian ke pengajian, tapi lewat tembang yang aduhai, yang bisa membuat siapa saja yang mendengarkan, tergugah hatinya.
Lagu yang memiliki pesan moral itu, saya misalkan seperti lagu yang berjudul ‘Jasa Ibu’. Lagu ini ingin menyampaikan pesan kepada setiap manusia bahwa jasa Ibu pada manusia sangatlah berharga. Dari mulai mengandung, melahirkan, sampai membesarkannya. Maka sudah sepantasnya manusia untuk menghormati ibunya.
Dan masih banyak lagi lagu-lagu Nasida Ria yang, lirik-liriknya jika kita dengarkan dengan sepenuh jiwa – seperti bercerita akan kehidupan, bercerita akan hal-hal penting umat manusia, bercerita tentang akhirat, dan lain sebagainya.
Tidak hanya membawa pesan moral agama. Namun Nasida Ria juga bicara tentang kemanusiaan, lingkungan, dan termasuk bahaya teknologi nuklir yang saat itu belum banyak masyarakat pahami.
Di Balik Lirik Lagu ‘Oh Indonesiaku’
Salah satu lagu Nasida Ria yang menurut saya punya makna mendalam di dalam liriknya adalah lagu berjudul ‘Oh Indonesiaku’. Lewat lagu ini, Nasida Ria seakan ingin memberitahu kepada kita bahwa negara kita, yakni negara Indonesia, adalah negara yang kaya akan keberagaman, baik agama, suku, ras hingga bahasa.
Oh indonesiaku
oh Tanah Airku
Negara adil makmur
Dalam Ridho Al Ghofur
Di atas adalah bait pertama lagu ‘Oh Indonesiaku’. Dan lirik tersebut diulang sebanyak dua kali. Lalu kita coba dengarkan lirik selanjutnya.
Rakyatnya Hidup rukun
Walau beda agama
Dan suku bangsanya
Nasida Ria ingin menyampaikan pesan bahwa, meskipun kita hidup secara berbeda-beda, tapi kerukunan tetap harus kita jaga. Kita perlu menjunjung tinggi sikap saling hormat, saling mencintai, dan saling tolong menolong, dalam hal apa pun. Meski kita berbeda keyakinan, berbeda pulau, bahasa, dan berbeda secara fisik, misalnya. Maka menjunjung tinggi kerukunan tetaplah harus kita utamakan.
Kerukunan bisa kita artikan sebagai proses sosial yang dilakukan untuk menciptakan kehidupan bersama atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada. Baik dari segi agama, politik, budaya, dan lain-lain. Nah, kerukunan umat beragama merupakan sebuah kondisi yang harus terus kita perjuangkan tatkala kita menginginkan Indonesia menjadi tempat yang senantiasa memberikan kedamaian bagi seluruh warganya.
Itu pula yang ingin disampaikan Nasida Ria lewat lagunya ‘Oh Indonesia ku’ bahwa setiap orang berhak beribadah menurut agamanya masing-masing. Tidak dibenarkan antar kelompok, agama, hingga suku untuk saling ejek atau saling serang atau saling memprovokasi. Karena itu dapat menimbulkan perpecahan yang lebih luas. Mari coba cermati lirik berikut.
Semua beribadah
menurut Agamanya
Semua beribadah
Menurut agamanya
Dan kepercayaannya
Tanpa hina Menghina
Oh… oh… oh Indonesiaku
Makna Pluralisme Agama
Menurut Umi Sumbulah dan Nurjanah dalam bukunya berjudul ‘Pluralisme Agama; Makna Dan Lokalitas Pola Kerukunan Antarumat Beragama’,pluralisme agama bukan berarti mempertemukan dua keimanan, tetapi pengakuan dan penerimaan atas keberadaan agama lain.
Yang berarti bahwa di luar agama yang dianutnya juga terdapat kebenaran, meski dalam pandangannya tidak seutuh dan tidak sesempurna agama yang diyakininya. Artinya, seseorang masih tetap meyakini bahwa agamanya adalah benar, tetapi pada saat bersamaan ia tidak menolak bahwa ada kebenaran di dalam agama lain.
Kampanye ini penting untuk terus kita lakukan sebagai upaya untuk mengikis model beragama yang merasa serba paling benar, paling suci, atau paling berhak masuk surga sendiri.
Bicara pluralisme maka tak lengkap rasanya jika tak menyebut nama Gus Dur. Bagi sang guru bangsa tersebut, pluralisme bukan berarti “generalisasi” kebenaran terhadap tiap keyakinan, melainkan “paham” yang mengajarkan kesadaran bahwa di luar keyakinan diri, ada keyakinan lainnya.
Pluralisme mengajarkan kesadaran kepada manusia beragama—terutama Islam—akan adanya kemajemukan dalam kelompok umat manusia. Lebih dari itu, pembelaan Gus Dur terhadap seseorang atau suatu kelompok, bukan semata karena mereka berbeda tapi karena sedang mengalami ketidakadilan.
Cara Gus Dur menjalin hubungan dengan berbagai kelompok tanpa memandang eksklusivisme suku atau agama adalah keistimewaan luar biasa. Maka dari itu, perilaku menjalin persahabatan dengan tidak saling mencaci maki adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan di negara kita ini. Kita pun akan sampai pada lirik berikut ini.
Hormat dan Bersahabat
Dengan Segenap Umat
Hormat Dan Bersahabat
Dengan Segenap Umat
Tidak berpecah belah
Suka bermusyawarah
Oh..oh..oh..indonesiaku
Sikap Keberagaman dalam Al-Qur’an
Di Dalam Al-Qur’an, Allah sudah menganjurkan umat manusia agar mengakui dan sekaligus saling menghargai atas keberagaman dan perbedaan, dan juga dijelaskan bahwa suatu agama tidak boleh kita paksakan kepada seseorang. Karena hal tersebut akan berlawanan dengan fitrah manusia itu sendiri, sebagaimana yang telah Al-Quran sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 256:
Artinya: tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah. Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Wallahu’alam bissawab. (bebarengan)