• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mendongeng Tumbuhkan Sikap Humanis Anak

Nur Fitriyani Nur Fitriyani
24/03/2020
in Keluarga
0
29
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sikap memanusiakan manusia atau memandang manusia secara mendasar sama dan derajat merupakan sikap humanis. Islam dengan semboyannya “Islam Rahmatan Lil Alamin” sangat menekankan sikap humanis tertanam di setiap sanubari manusia.

Pentingnya humanis ini dipandang sebagai sikap untuk menanggulangi ekstremisme kekerasan. Perlu diketahui, eskstremisme merupakan paham yang merujuk kepada paham yang sangat kuat dan mendalam atas suatu hal.

Bahkan, dapat dikatakan sebagai suatu keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan pandangan agama, politik, dan sebagainya. Sikap ekstrem tidak dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, terutama jika menyangkut hubungan antar agama, etnis, suku, maupun antar negara.

Sikap humanis bukan dilihat dari tampilan fisiknya, bahasanya, etnisnya, bahkan agamanya. Sebaliknya, sikap humanis diperlihatkan dari penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat primordialisme tersebut.

Primordialisme ialah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.

Baca Juga:

Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

Mewujudkan kemanusiaan yang hakiki tanpa ada rasa prasangka dan saling curiga. Sikap humanis perlu ditanamkan sejak dini. Agar sejak dini anak mulai terlatih untuk bersikap toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama. Tindakan ­bullying yang kerap marak terjadi di institusi pendidikan menyebabkan anak baik pelaku maupun korban kehilangan rasa tepo sliro.

Dalam pitutur Jawa tepo sliro menjadi pedoman seseorang berlaku baik terhadap sesama. Sudah seharusnya pitutur tersebut menjadi kitab dalam masyarakat. Menumbuhkan sikap humanis dapat dilakukan dengan cara mendongeng.

Media mendongeng dapat dilakukan dengan menggunakan boneka tangan. Cara memainkannya pendongeng dapat mengambil tema dongeng misalnya Toleransi umat beragama. Pendongeng dapat memainkan lakon dengan boneka disesuaikan dengan suara dari pendongeng.

Perhatian anak akan terfokus pada suara, gerak boneka, dan alur cerita. Anak akan merekam setiap apa yang dilihat dan didengarnya. Deradikalisasi mendongeng dapat dikatakan sebagai program mencegah seorang anak memiliki paham radikal.

Mendongeng baik dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak. Anak-anak menghadapi tantangan serius ketika pendidikan hanya sekedar menjadi industri yang memberikan keterampilan dan pengetahuan tanpa diperkuat dengan karakter.

Menurut Aloysius Budi Kurniawan dalam opininya yang berjudul “Mendidik Untuk Terampil Saja Tak Cukup”,  mengatakan bahwa menurut Filsafat Yunani Platon pendidikan karakter diperlukan untuk mendidik manusia agar merdeka dari gejolak nafsu kenikmatan daging. Ibarat kata seperti orang yang diberi pisau, tetapi tidak pernah dibertitahu bahwa pisau ini hanya diperbolehkan untuk mengupas, nantinya pisau itu bisa digunakan untuk membunuh.

Oleh karena itu, mendongeng sama hal nya sebuah gerakan memberitahu, mengajarkan, menuturkan lewat sebuar cerita, dimana cerita tersebut mengandung pesan tersirat. Mendongeng dengan boneka tangan dengan latar belakang cerita binatang dari berbagai suku yang hidup tentram dan damai karena hidup saling menghormati.

Hal ini akan merasuk pada memori anak, untuk merekam setiap ucapan yang diceritakan yang dikemas dengan baik. Peran perempuan dan laki-laki sebagai orang tua sangat diperlukan untuk lebih dekat dengan anak.

Jadi, tidak hanya sosok perempuan yang menjadi ibu namun juga sosok laki-laki sebagai figur ayah. Mengingat pendidikan pertama yang didapat anak adalah dari lingkup keluarga. Sehingga sejak dini itulah anak mulai diajarkan pendidikan karakter dengan cara didongengkan dengan cerita-cerita yang memiliki pesan sisi kemanusiaan.

Perlu diakui, anak merupakan tunas bangsa yang perlu dijaga dan dididik dengan baik. Seorang anak lahir ke dunia dan dibesarkan supaya mampu menjadi tonggak keluarga, agama, bangsa dan negara. Oleh karena itu, sedari kecil setiap orang tua harus sigap dan tepat memberikan pendidikan yang tepat. Tujuannya agar anak menjadi seorang yang memiliki sikap humanis, budi pekerti dan rasa nasionalisme. []

Nur Fitriyani

Nur Fitriyani

Terkait Posts

Nikah Sirri

Sah Tapi Nggak Terdaftar, Nikah Sirri dan Drama Legalitasnya

25 Juli 2025
Anak Bukan Milik Orang Tua

Anak Bukan Milik Orang Tua

25 Juli 2025
Kembang Layu di Atas Ranjang

Para Suami, Jangan Biarkan Kembang Layu di Atas Ranjang

24 Juli 2025
Disfungsi Institusi Pernikahan

Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan

23 Juli 2025
Sibling Rivalry

Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

22 Juli 2025
Cita-cita Tinggi

Yuk Dukung Anak Miliki Cita-cita Tinggi!

19 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perkawinan

    Perempuan Berhak Memilih Pasangan dan Mengakhiri Perkawinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Bukan Kewajiban, Melainkan Hak yang Harus Dihormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Emansipasi Perempuan Menurut Al-Ghazali: Telaah atas Kitab Ihya’ Ulum al-Din

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Berhak Menolak Pernikahan yang Dipaksakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual
  • Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?
  • Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID