Mubadalah.id – Perkawinan merupakan perjanjian relationship antara manusia Jaki-laki dan perempuan yang harus mendapatkan perhatian yang jauh lebih besar dari yang lain-lain.
Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, menyimpulkan paling tidak tiga tujuan nikah.
Pertama, nikah (perkawinan) merupakan ikhtiar manusia untuk melestarikan dan mengembangbiakkan keturunannya dalam rangka melanjutkan kehidupan manusia di bumi. Ini, menurut al-Ghazali merupakan tujuan yang utama. Inilah yang kita sebut dengan prokreasi.
Kedua, nikah merupakan cara manusia menyalurkan hasrah libidonya untuk mendapatkan kenikmatan biologis dan menjaga alat-alat reproduksinya.
Satu hal yang penting dalam hal tujuan memperoleh kenikmatan seksual adalah bahwa dalam melakukan hubungan seksual kedua belah pihak harus saling memberikan kenikmatan dan kepuasan.
Kenikmatan dan kepuasan seksual adalah anugerah Tuhan kepada semua manusia, laki-laki dan perempuan. Jadi kenikmatan tidak boleh hanya bagi satu pihak saja.
Dalam tradisi masyarakat kita sering ditemukan adanya ketimpangan dalam relasi seksual ini. Laki-laki seringkali mendominasi hak penikmatan seksual, dengan dalih laki-lakilah yang memiliki kekuasaan atas perempuan dan bukan sebaliknya.
Menurut tradisi yang berkembang sampai hari ini, perempuan berkewajiban melayani laki-laki kapan saja dan di mana Saja manakala dia menghendaki. Akan tetapi hal ini tidak sebaliknya.
Hal ini, tentu berarti mengabaikan kenikmatan yang sesungguhnya juga merupakan fitrah dan hak perempuan (istri). Padahal al-Qur’an sudah menyatakan: “Hunna libasun lakum wa antum libasun lahunn/ mereka istri adalah pakaian bagimu dan kamu (suami) pakaian bagi mereka (istri)”.
Ibnu Abbas pernah mengatakan : “Aku senang berpenampilan menarik untuk isteriku seperti aku senang isteriku berpenampilan cantik untukku
Ketenangan Jiwa
Ketiga, melalui perkawinan, hati laki-laki dan perempuan diharapkan menemukan tempat ketenangan jiwa.
Melalui perkawinan kegelisahan dan kesusahan hati menemukan salurannya dengan menumpahkannya kepada pasangannya. Yaitu suami kepada istrinya dan istri kepada suaminya.
Dengan kata lain pernikahan adalah untuk menciptakan ketenangan dan kebahagiaan kedua pihak. Inilah yang dengan sangat jelas dikemukakan oleh al-Qur’an :
“Di antara tanda-tanda kebesaran Tuhan adalah bahwa Dia menciptakan pasangan bagi kamu dari bahan yang sama agar kamu menjadi tenteram bersamanya.
Dan Dia menjadikan kamu berdua saling menjalin cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Ini adalah pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang memikirkannya” (QS. al-Rum 30:21). []