Mubadalah.id – Kita hidup dalam asuhan film. Perkembangan teknologi menjadikan film dunia tidak hanya dimiliki oleh ruang-ruang besar, tetapi kini berada dalam genggaman tangan. Peran film tidak lagi sebagai penghibur tetapi beralih menjadi pengganti sekolah, tempat yang kita percaya sebagai transmisi nilai dan pengetahuan.
Klub Film (2007) gubahan David Gilmour, mengisahkan memoar seorang ayah yang membiarkan putra remajanya putus sekolah dengan syarat, ia harus menonton tiga film dalam sepekan. Sekolah beralih menjadi layar.
Profesor George Gerbner bersama rekan-rekannya tahun 1969, melalui penelitiannya menginformasikan bahwa media massa bisa menanamkan suatu sikap dan persepsi tertentu pada penonton. Media mampu mempengaruhi pandangan atau perspektif publik terhadap kehidupan nyata. Narasi tersebut kemudian kita kenal sebagai teori kultivasi. Tontonan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan.
Maka, berbahagialah jika menemukan sebuah film yang berkualitas. Itu berarti, kita memberikan makanan yang baik untuk pikiran. Beruntung, setelah mencari judul film dari berbagai referensi dan menontonnya, saya menemukan film-film yang rasanya cocok dengan semangat feminisme.
Film-film tersebut banyak menggambarkan figur perempuan yang menginspirasi hingga permasalahan perempuan yang jarang muncul dalam publik. Berikut beberapa judul yang sangat menarik untuk kita tonton:
Hidden Figure (2016)
Film drama biografi Amerika Serikat, disutradarai oleh Theodore Melfi. Isu dalam film ini mengangkat kisah tiga matematikawan wanita Afrika-Amerika yang berjuang melawan diskriminasi perempuan-kulit hitam. Mereka membongkar budaya patriarki dan stereotip melalui kepercayaan diri, pengetahuan dan karya. Kisahnya sangat menarik.
Sokola Rimba (2013)
Adaptasi dari buku Sokola Rimba (2007) gubahan Butet Manurung. Film drama biografi Indonesia, disutradarai Riri Riza. Isu dalam film secara umum tidak spesifik membahas soal feminisme. Tetapi, bagi saya karakter Butet Manurung, tokoh utama dalam film ini bisa kita sebut sebagai representasi perempuan keren. Butet menjadi sosok feminis yang berjuang dalam ranah pendidikan. Bergerak atas nama kemanusiaan.
Little Women (2019)
Adaptasi dari buku Little Women (1868) gubahan Louisa May Alcott. Film roman garapan Greta Gerwig mengangkat isu permasalahan hidup perempuan secara psikologis dalam kehidupan empat gadis muda. Masalah berputar pada seni, karir, pendidikan, cinta dan keluarga.
Malena (2000)
Film roman Italia garapan Giuseppe Tornatore ini sangat menarik. Film menampilkan posisi seorang perempuan dalam tatapan laki-laki dan sesama perempuan. Ketidakadilan gender, terkadang terbentuk bukan hanya oleh budaya yang dilanggengkan oleh laki-laki tetapi juga sesama perempuan yang tanpa sadar ikut menyuburkannya.
Perfume: The Story of a Murder (2006)
Adaptasi dari novel Perfume: The Story of a Murder (1985) gubahan Patrick Suskind. Film rilis pada tahun 2006 di Jerman, sutradara Tom Tykwer. Film ini berkisah mengenai aroma dengan objek perempuan. Simbolisasi perempuan dalam bentuk parfum menyiratkan daya tarik dan pengaruh besar perempuan dalam realitas.
Gone With the Wind (1940)
Film klasik Amerika sutradara Victor Fleming, adaptasi dari novel Gone With the Wind (1936) karya Margaret Mitchell. Film menampilkan dua karakter perempuan yang bertolak belakang tetapi saling melengkapi, tidak saling menjatuhkan. Relasi yang sehat antar sesama perempuan.
Anna (2019)
Film gubahan Luc Besson. Kisah laga spionase Amerika dan Rusia dengan tokoh utama seorang perempuan. Karakter Anna, menurut saya sangat keren terlepas segara brutalitasnya ketika membunuh maupun urusan seksualitas. Keberanian, ketahanan dan kecerdasannya patut untuk kita beri tepuk tangan. Ia melewati batas-batas norma dan perasaan dalam meneguhkan identitasnya.
Tinkerbell and the Legend of the Neverbeast (2014)
Film gubahan Steve Loter ini menurut saya sangat menarik. Dalam dunia Tinkerbell, semua warga baik laki-laki maupun perempuan hidup dalam pembagian peran yang sangat ramah gender. Kita akan menemukan budaya gotong royong, perempuan yang berdaya, relasi pertemanan yang baik dan keselarasan hidup dengan alam.
Poor Things (2023)
Film bergenre komedi- fiksi ilmiah gubahan Yorgos Lanthimos. Dari banyaknya isu yang terangkat, saya menyoroti soal ketubuhan dan moralitas. Bella, tokoh utama yang digambarkan seperti bayi, mempertanyakan moralitas ketubuhan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat.
Mulan (2020)
Film drama fantasi garapan Niki Caro ini, bagi saya menarik karena isu yang diangkat meruntuhkan narasi umum soal princess. Mulan, membongkar cerita baku yang banyak masyarakat yakini bahwa ending akhir seorang perempuan untuk bahagia adalah diselamatkan pangeran.
Mary Kom (2014)
Film olahraga biografi garapan Omung Kumar ini, mengangkat kisah perjalanan hidup Mangte Chungneijang Mary Kom, seorang petinju India yang terakui kehebatannya oleh dunia. Perjalanan hidup Mary Kom mematahkan asumsi keterbatasan perempuan untuk tetap meraih impiannya di hadapan suami dan anak
Pink (2016)
Kekerasan seksual adalah masalah serupa gunung es, jumlahnya melampaui dari yang telah kita ketahui. Film gubahan Aniruddha Roy Chowdhury ini, sangat rekomen untuk kita tonton karena menampilkan dialog yang sangat epik. Yakni tentang penyebab dan pelanggeng kekerasan terhadap perempuan. Jalan cerita, akting para pemain dan narasi yang tersuguhkan memberi banyak pengetahuan soal ketimpangan gender dalam masyarakat.
Dua belas film di atas adalah beberapa dari banyak film bertema feminisme yang bisa kita tonton. Saya tidak bisa memberikan banyak deskripsi terkait masing-masing film karena keterbatasan ruang. Tentu akan lebih kaya ketika pembaca ikut menonton lalu turut merasakan setiap pesan yang tersampaikan pada film.
Film-film di atas bisa kita tonton dalam keadaan apapun, baik kondisi patah hati, bersemangat, lemas, lesu, senang, sedih dan lainnya. Film tidak menuntut aturan formalitas dan waktu yang terjadwal. Selamat menikmati. []