• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Praktik P2GP dalam Tradisi di Indonesia

Praktik P2GP telah menjadi tradisi yang dipercaya sebagai aturan agama, sehingga perlawanan bidan dan orang tua terhadap praktik tersebut tertutup oleh kekuatan tradisi dan keagamaan

Redaksi Redaksi
12/08/2024
in Publik
0
Praktik P2GP

Praktik P2GP

600
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Praktik P2GP (Pemotongan atau Pelukaan Genitalia) dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya: memotong sebagian atau seluruh klitoris, bahkan hingga labia minora dan labia mayora, namun ada juga yang hanya melukai sebagian kecil klitoris dan simbolik. Petugas yang melakukan praktik khitan perempuan di Indonesia menurut mereka adalah bidan/perawat/ mantri.

Khitan perempuan termasuk salah satu bentuk praktik berbahaya (harmfull practices), dapat menimbulkan komplikasi kesehatan reproduksi khususnya membahayakan rahim. Termasuk infertilitas, masalah urinary, seksual dan masalah psikologis. Bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang serius hingga kematian pada anak-anak perempuan.

Dampak serupa, terjadi juga pada praktik khitan perempuan di Indonesia. Bahkan beresiko terjadi komplikasi jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan reproduksi perempuan.

Temuan sejumlah peneitian di atas menunjukkan fakta yang berbeda dengan pandangan umum yang menyatakan bahwa praktik P2GP di Indonesia kebanyakan merupakan praktek simbolik saja. Ternyata fakta yang ditemukan mengenai praktik P2GP hampir semua kasus P2GP yang terjadi menimbulkan trauma dan perlukaan pada bagian klitoris, preputium, dan bagian lain dari vulva.

Ritual pembersihan dan bentuk simbolik lainnya juga ditemukan, namun dalam jumlah yang sangat sedikit, sekitar 1,2% kasus. Dan setidaknya sekitar 60% praktik P2GP mencakup pemotongan atau penggoresan bagian organ genitalia seperti yang dilaporkan oleh responden orang tua.

Kasus selebihnya tidak diklasifikasikan oleh PSSK UGM sebagai tipe yang sesuai dengan klasifikasi WHO, 28% orang tua melaporkan jenis yang memotong bagian klitoris dan preputium dan 6% mengatakan bahwa P2GP dilakukan dengan penggoresan atau penggesekan bagian uretra.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Simbolik

Hanya sebagian kecil dukun (7.7%) melakukan P2GP secara simbolik dan tidak membahayakan dengan cara pembersihan ritual dengan menggunakan kunyit. Namun, tidak kita temukan adanya bidan yang melakukan P2GP secara simbolik. Sebanyak 23.3% sampai 43.3% bidan dan 11.5% sampai 34.6% dukun melakukan P2GP tipe 4.

Penelitian di atas juga menegaskan bahwa praktik P2GP menimbulkan rasa sakit dan sangat membahayakan karena praktik tersebut berisiko mengakibatkan perdarahan dan infeksi.

Data juga menunjukkan bahwa praktik P2GP dilakukan pada anak perempuan dengan umur yang sangat muda. Hampir setengah dari keseluruhan kasus P2GP dilakukan pada anak perempuan sebelum menginjak umur 4 bulan. Dan praktik P2GP ini juga dilakukan pada 24% anak perempuan sebelum mereka berusia 3 tahun.

Temuan kualitatif menyebutkan bahwa sebagian besar praktik P2GP orang tua lakukan ketika anak masih kecil. Sehingga anak sebagian besar anak perempuan tersebut tidak ingat atau tidak dapat menceritakan tentang kesakitan fisik yang ia alami terkait dengan pengalaman P2GP. Dalam hal praktik P2GP terhadap bayi dan balita, prosedur tersebut termasuk ke dalam pelayanan “paket melahirkan”.

Dalam masyarakat yang mempraktikkan P2GP, P2GP sendiri adalah norma sosial yang mendukung keyakinan bahwa proses ini menjadikan perempuan sempurna keislamannya.

Pemahaman agama terhadap praktik P2GP berkelindan antara budaya dan agama. Bahkan ada pula yang mempercayai bahwa praktik P2GP yang melakukannya secara turun termurun ini mampu mengendalikan hasrat seksual. Serta meningkatkan kesehatan reproduksi dan meningkatkan keharmonisan perkawinan.

Praktik P2GP telah menjadi tradisi yang masyarakat percaya sebagai aturan agama. Sehingga perlawanan bidan dan orang tua terhadap praktik tersebut tertutup oleh kekuatan tradisi dan keagamaan.

Meskipun sebagian besar orang tua meyakini bahwa praktik P2GP ada manfaatnya, 66% bidan tidak menganggap P2GP sebagai praktik yang diperlukan, 55% dari bidan mengetahui bahwa praktik tersebut dilarang oleh Kementrian Kesehatan. []

Tags: IndonesiaP2GPPraktikTradisi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version