Di tengah arus deras informasi yang diterima masyarakat, media sosial memiliki peran untuk menjadi rujukan apakah suatu informasi penting membekali pemuda dalam literasi media sosial. Alih-alih mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat dan menambah wawasan positif, sisi lain media sosial menyediakan konten narasi negatif, provokatif yang mengarah pada ujaran kebencian, diksriminasi dan intoleran.
Atas dasar itu Fahmina Institute menggelar pelatihan literasi media sosial untuk para pemuda desa. Pelatihan ini bertujuan sebagai bekal keahlian atau kemampuan dasar menulis, kemampuan dasar untuk membaca peta media sosial, kemampuan untuk menarasikan konten dari tulisan menjadi infografis dan video.
Pelatihan ini dihadiri oleh 30 peserta yang merupakan perwakilan dari 6 desa dampingan fahmina Institute. Terdiri dari Desa Cikalahang, Desa Klayan, Kelurahan Kenanga, kemudian Desa Wanasaba Kidul, Desa Bakung Lor dan Desa Bojong Lor. Kegiatan digelar selama tiga hari sejak Sabtu-Minggu, 08-10 Agustus 2020 di Kuningan.
“Kita mengambil atau memilih desa-desa yang kita latih karena ada salah satu warganya yang ditangkap densus 88. Sehingga kita harapkan mereka tidak terpapar dengan paham atau gerakan yang mengarah kepada terorisme itu, agar kemudian bisa dilakukan pencegahan. Dan di sisi lain mereka juga bisa mengampanyekan kepada teman sebayanya, lalu pada lingkungannya serta kepada masyarakat dunia.’’ jelas Marzuki Rais Manajer Program Fahmina Intitute.
Dalam pelatihan ini didampingi oleh fasilitator dari tim Mubadalah.id salah satu platform media sosial yang berperspektif kesalingan atau mubadalah yang mengusung tiga narasi besar tentang tolerasni, perdamaian dan keadilan.
“Para peserta akan dibekali pengetahuan untuk membaca realitas di dunia maya atau peta media sosial. Agar mampu mengimbangi bahkan mengungguli narasi yang terkesan dikuasai oleh media Islam garis keras atau media yang kurang ramah perempuan, mengancam disintegrasi bangsa dan intoleransi. Melihat kondisi yang demikian itu, maka harus kita isi dengan narasi positif, yang membangun nasionalisme, toleransi, dan kemanusiaan,” ungkap Zahra Amin Direktur Media Mubadalah.
Seusai pelatihan para peserta ke depan diharapkan mampu mempraktekkan apa yang didapatkan selama tiga hari mengikuti pelatihan, untuk mengkampanyekan nilai-nilai toleransi, keberagaman, perdamaian dan keadilan yang berbasis dari pengalaman dan pengetahuan teman-teman di desa. (ZA)