Identitas Buku
Judul Buku: Wanita yang Merindukan Surga
Penulis: Esty Dyah Imaniar
Tahun Terbit: 2019
Penerbit: Buku Mojok
Jumlah Halaman: xxvi + 184 halaman
Dimensi: 13 x 19 cm
ISBN: 978-602-1318-87-4
Sejak dunia telah mengenal internet, ruang gerak publik semakin luas, tidak melulu melalui koran, majalah, radio, ataupun televisi. Semakin bebasnya ruang gerak publik dalam segala aspek kehidupan yang salah satunya beragama sangat mempengaruhi ‘trend beragama jaman now’ atau lebih akrab dikenal sebagai hijrah.
Dalam KBBI istilah hijrah (n) adalah perpindahan Nabi Muhammad SAW, bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah; hijrah (v) juga disebut sebagai berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (keselamatan, kebaikan, dan sebagainya).
Bagi penulis mengadopsi istilah hijrah sebagai kegiatan berpindah dari yang buruk ke yang baik (sebenarnya kita sudah tahu bahwa itu juga disebut sebagai taubat) agak kurang tepat apabila dalam praktiknya masih mempersulit kegiatan bersosial, berkarya, bahkan mengekspresikan diri meskipun dalam ranah yang positif. Apalagi sampai screening dosa dan keimanan seseorang. Astaghfirullah!
Istilah hijrah sudah menjadi tren jaman sekarang hingga melahirkan kebutuhan hidup yang diberi embel-embel syar’i agar laku di pasar. Maka dari itu, penulis menyebutkan ada lima langkah hijrah yang harus dilakukan yaitu: hijrah penampilan; hijrah pergaulan; hijrah perasaan; hijrah pekerjaan; dan hijrah pengajian. Kelima langkah tersebut dipaparkan penulis dengan kritis dan memakai pengalaman pribadinya yang telah mengikuti gerakan hijrah sebagai perbandingan. Penulis menuturkan dengan bahasanya yang dialogis sehingga mudah sekali dicerna.
Salah satu bagian yang menjadi paling favorit adalah hijrah pekerjaan. Seperti yang telah kita ketahui, sohibul hijrah suka sekali membuat postingan tentang riba’ dan ekonomi syar’i yang diberi embel-embel hadits. Padahal, hal ini masih eksplisit disebutkan di dalam Al Quran. Hal ini membuat sohibul hijrah yang bekerja di Bank berduyun-duyun langsung keluar. Faktanya, status bank sebagai lembaga ribawi sampai sekarang masih dalam perdebatan para ulama.
Akan tetapi belum ada tren hijrah dari perusahaan sawit, pertambangan, pabrik tekstil, dan instansi lain yang jelas-jelas memberi imbas negatif pada bumi. Bahkan landasan teorinya jelas yaitu ayat-ayat seputar larangan menimbulkan kerusakan di bumi yang difirmankan Allah SAW setidaknya 51 kali di dalam Al-Quran. Sehingga, penulis mengatakan, “Selama kita belum bisa benar-benar yakin pekerjaan kita seratus persen bersih dan suci. kita hanya bisa ikhtiar pencarian nafkah kita diridai Allah sebagai ibadah, apa pun itu.”
Banyak sekali sohibul hijrah hanya saklek pada satu pengajiannya saja, merasa pengajiannya yang paling benar lalu tutup mata pada pengajian yang lain. Kebanyakan dari mereka hanya menerima, menerima, dan menerima tanpa diberi ruang untuk berpikir kritis dan bertanya asal muasal hadits sehingga jika baginya itu dilarang maka mutlak sudah tidak dapat ditawar atau ditanya mengapa hal itu dilarang.
Maka dari itu, buku ini sangat cocok untuk dibaca semua kalangan terkhusus untuk aktivis hijrah agar sadar ke mana arah hijrah mereka sebenarnya dan lebih inklusif untuk menerima permasalahan, konsep, hadits, ataupun hasil diskusi dari kawan atau forum pengajian lainnya. []