Mubadalah.id – Penggemar drama dari Korea Selatan atau K-Drama, baru saja membuat kita geram dengan tayangan episode terakhir When The Phone Rings. When The Phone Rings sendiri merupakan salah satu K-drama yang tayang melalui stasiun televisi MBC, Di mana pada episode-episode sebelumnya mendapat rating tinggi karena alur ceritanya yang misterius berhasil memikat banyak hati, termasuk penikmat K-drama asal Indonesia.
Episode terakhir yang begitu kita tunggu-tunggu dengan harapan happy ending oleh para penggemar ternyata justru mengecewakan. Episode terakhir drama tersebut dianggap memuat jalan cerita yang terasa begitu ‘dipaksakan’ dan tidak selaras dengan genre dari episode-episode sebelumnya.
Ada dugaan hal itu terjadi demi memuat adegan yang dinilai memuat unsur propaganda genosida di Palestina. Adegan kontroverisal itu terjadi ketika karakter Na Yu Ri (Jang Gyu Ri) melaporkan soal insiden yang melibatkan dua negara fiksi, ‘Paltima’ dan ‘Izmael’, bahwa Paltima melangsungkan serangan udara terhadap Izmael.
Meskipun menggunakan nama fiksi, namun para penggemar meyakini hal tersebut merujuk pada konflik Palestina-Israel dengan cerita yang diputarbalikan.
Alhasil, drama ini mendapat kecaman dari penggemar untuk memboikot episode terakhir, memboikot seluruh episodenya, memboikot penulis ceritanya, bahkan memboikot stasiun televisi yang menayangkannya, yakni MBC. Diduga hal ini bagian dari Propaganda Hasbara yang semakin digencarkan.
Propaganda Isarel
Sejauh ini, sebenarnya tak hanya sekali atau dua kali Israel melancarkan segenap propaganda untuk mendapatkan dukungan dunia terhadap aksinya. Terlebih ketika banyak pihak dan organisasi kemanusiaan dari berbagai belahan dunia. Mereka mengecam keras tindakannya sebagai kejahatan kemanusiaan yang tergolong kejahatan genosida terhadap Etnis Palestina.
Mengutip dari Middle East Monitor, Israel telah mengalokasikan tambahan dana sebesar US$150 juta (sekitar Rp2,4 triliun). Dengan kata lain mengalami kenaikan 20 kali lipat untuk anggaran propaganda Hasbara di tahun 2025. Propaganda Hasbara, berasal dari kata Hasbara dalam Bahasa Ibrani, yang jika kita terjemahkan berarti “menjelaskan”.
Istilah ini populer pada awal abad ke-20 oleh aktivis dan jurnalis Zionis Polandia, Nahum Sokolow. Secara sederhana, propaganda ini bertujuan untuk menggambarkan Israel sebagai korban dan pihak yang tidak diunggulkan. Tujuannya supaya masyarakat dunia mengakhiri simpati atau dukungannya terhadap perjuangan Palestina dan membenarkan genosida yang terjadi di Gaza.
Propaganda-propaganda Hasbara ini mereka gencarkan dalam berbagai bentuk, mulai dari tagar di media sosial, infografis, konten unggahan media sosial yang viral. Bahkan mereka selundupkan secara halus dalam adegan-adegan di serial, film, maupun drama yang terkenal.
Islamofobia
Pembuatan propaganda-propaganda Israel ini untuk menggambarkan perjuangan Palestina sebagai “anti-Semit” dan sebagai bentuk terorisme “Nazi” yang bertujuan untuk melenyapkan orang Yahudi. Selain itu, propaganda ini bertujuan pula untuk mempromosikan Islamofobia di negara-negara Eropa. Tujuannya sebagai upaya untuk menggambarkan perjuangan Palestina tidak berbeda dengan ISIS.
Dengan demikian, Israel berharap mendapat pembenaran dan dukungan dunia atas tindakannya dalam menargetkan wilayah sipil. Selain itu mengalihkan kesalahan atas sejumlah besar kematian warga sipil karena aksi Pejuang Palestina (Hamas).
Kenyataanya semakin gencar Propaganda Hasbara mereka suarakan, semakin gencar pula kutukan masyarakat dunia terhadap tindakan yang Israel lakukan. Bicara soal konflik Palestina-Israel, sesungguhnya bukan sekadar bicara isu agama, melainkan kemanusiaan.
Semua manusia yang masih memiliki hati nurani tak bisa terbungkan dan tertipu daya setelah semua yang terjadi di wilayah konflik tersebut. Sejak konflik Kembali mulai pada Oktober 2023, laporan resmi menunjukkan bahwa lebih dari 45.500 orang telah terbunuh di Gaza. Yakni dengan sekitar 100.000 orang atau setara enam persen populasi Gaza sebelum perang telah mengungsi.
Belum lagi kerusakan-kerusakan lain seperti fasilitas kesehatan, akses sanitasi, dan kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar. Israel telah melakukan kejahatan genosida di Gaza, dengan Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant menghadapi surat perintah penangkapan atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Aksi Bersama
Dengan dukungan dari organisasi-organisasi Yahudi Amerika, anggaran untuk Propaganda Hasbara di tahun ini bisa meningkat hingga 20 kali lipat. Tidak lain propaganda ini bertujuan untuk mempengaruhi dan menargetkan berbagai platform. Termasuk kampus-kampus di Amerika di mana protes-protes pro-Palestina terjadi.
Dukungan Masyarakat dunia terhadap Rakyat Palestina memang tak bisa terbendung dan kita hentikan lagi. Aksi-aksi pemboikotan ramai digencarkan hingga berdampak nyata kerugian di sektor bisnis yang terkelola dan berafiliasi dengan Zionis Israel. Termasuk pula pemboikotan untuk film, drama, atau konten media sosial apapun yang memuat Propaganda Hasbara.
Aksi-aksi yang kita anggap kecil ini jika kita lakukan beramai-ramai, rupanya mampu membuat Israel kewalahan. Biarpun hanya sekedar boikot, dan narasi-narasi dukungan untuk hak-hak Warga Palestina di media sosial. Sekali lagi, biarpun hanya dengan doa, dan aksi-aksi kecil yang terlihat sederhana, mari terus tunjukan dukungan untuk saudara kita di Palestina. []