• Login
  • Register
Selasa, 29 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Film The Most Beautiful Girl in The World: dari Kritik terhadap Acara Tv sampai Pesan Kesalingan

Robert Ronny mengaku naskah film ini ia tulis berdasarkan pengalamannya bekerja pada stasiun televisi swasta.

Alfiyah Alfiyah
19/02/2025
in Film
0
Film The Most Beautiful Girl in The World

Film The Most Beautiful Girl in The World

2.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Film The Most Beautiful Girl in The World merupakan sebuah film bergenre romantic-comedy yang tayang mulai 14 Februari 2025 di Netflix. Sutradara dari film ini adalah Robert Ronny sekaligus penulis naskah bersama dua rekannya yakni Iffan Ismail dan Titien Wattimena. Mereka menggandeng Reza Rahadian dan Sheila Dara sebagai tokoh utama.

Selain mereka, ada sederet aktor yang namanya sering melintasi dunia perfilman. Seperti: Kevin Julio, Indra Birowo, Jihane Almira, Bucek Depp, Ira Wibowo, dan Frederika Cull.

Sinopsis

Film yang berlatar industri televisi ini menyorot ketidaksukaan Reuben Wiraatmadja (Reza Rahadian) terhadap program tv milik sang ayah yakni Gunadi Wiraatmadja (Bucek Depp). Reuben menilai program tersebut sangat misoginistik, settingan dan lebih memperhatikan rating daripada value.

Sebagai sebuah film romcom, dari awal film ini tampak niat betul dengan menggandeng dua komika jebolan stand up indo seperti Indra Jegel dan Rigen Rakelna. Tidak terbatas pada dua sosok itu saja. Tetapi, humor juga tersisipkan dalam dialog ringan keseharian dari tokoh utamanya.

Dari humor tersebut kemudian para tokohnya mengajak penonton untuk langsung menghadapi duka yang datang tiba-tiba dari kematian sang ayah.

Baca Juga:

Pola Relasi Suami dan Istri

Beruntungnya Menjadi Anak Sulung

Anak Bukan Milik Orang Tua

Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan

Reuben sebagai pewaris tunggal harus memenuhi syarat dari sang ayah untuk menikah dengan perempuan paling cantik sedunia.

Ambisi inilah yang menjadi pintu awal bagi Reuben Wiraatmadja menuju serangkaian masalah sekaligus pelajaran hidup yang membuat ia terus bertumbuh sebagai seorang manusia dewasa.

Kritik Terhadap Citra Perempuan di Balik Lensa Media

Robert Ronny mengaku naskah film ini ia tulis berdasarkan pengalamannya bekerja pada stasiun televisi swasta. Namun, ide pembuatan ceritanya telah muncul saat ia menjalankan studi di New York sekitar tahun 2006-2007.

Saya kira, isu yang ia angkat masih sangat relevan hingga saat ini bahwa citra perempuan yang ada di media sekarang masih jauh dari baik-baik saja. Meskipun campaign dan proses menuju ke sana tampak terus diusahakan berbagai pihak.

Lewat program tv The Most Beautiful Girl in The World Robert Ronny mengingatkan kita bahwa masih ada kesan bahwa perempuan hanya sebagai objek pemanis layar baik dalam media televisi maupun yang lainnya. Perempuan yang terekspos itu belum terlihat sebagai manusia berkepribadian utuh. Padahal mereka memiliki akal budi dan nilai yang sama berharganya dengan laki-laki.

Sehingga, tokoh Kiara Clarissa (Sheila Dara) sebagai produser yang memegang nilai-nilai anti misoginistik serta gigih terhadap apa yang ia yakini benar itu, menentang konsep kolot dan usang pemilik program The Most Beautiful girl in the world di Wintv.

Selain itu, Kiara sebagai seorang perempuan karir membuktikan bahwa lewat kerja keras dan dedikasinya pada dunia broadcasting telah mengantarkan ia pada posisi produser bertalenta yang ia cita-citakan.

Pesan Kesalingan dalam Hubungan

Pada mulanya tokoh Reuben Wiraatmadja merupakan sosok pria dewasa yang playboy, Flamboyan, dan enggan berkomitmen pada satu perempuan. Namun, lambat laun setelah melewati serangkaian masalah hidupnya ia mulai menyadari bahwa mencintai itu berarti memegang teguh pesan kesalingan.

Melalui perasaan dan sikap saling mengerti dan saling memahami. Hal ini berkonitasi pada kalimat perempuan paling cantik bukanlah tentang seberapa bisa mereka terukur dengan angka atau kuantitatif.

Melainkan mereka yang mampu mendukung kesalingan itu dalam laku bersama. Bahwa yang cantik memang banyak, tapi yang menerima cinta dan mencintai Reuben hanya Kiara seorang.

Hal ini secara tidak langsung telah menggeser cara pandang tokoh Reuben terhadap perempuan yang semula hanya ia pacari dan enggan berkomitmen pada satu sosok saja. Kemudian dia menjadi lebih menghormati perempuan sebagai manusia seutuhnya. []

Tags: CintaFilm The Most Beautiful Girl in The WorldkecantikanKesalinganmitosRelasiReview Filmstigma
Alfiyah

Alfiyah

Alumni FKD IPMAFA 2022 | Mari saling sapa di instagram @imalfi__

Terkait Posts

Perjalanan Penerimaan

Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan

24 Juli 2025
Nyanyi Sunyi dalam Rantang

“Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

24 Juli 2025
Film Sore

Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

22 Juli 2025
Film Sultan Agung

Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

11 Juli 2025
Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Squid Game

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Politik Inklusif bagi Disabilitas Penting? 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Bukan Kewajiban, Melainkan Hak yang Harus Dihormati
  • Keheningan Batin Menjadi Kunci Dalam Meditasi
  • Perempuan Berhak Memilih Pasangan dan Mengakhiri Perkawinan
  • S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual
  • Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID