• Login
  • Register
Senin, 16 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pentingnya Ekosistem yang Ramah Disabilitas

Pada kenyataannya memang para penyandang disabilitas belum mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan.

Putri Nadha Putri Nadha
15/03/2025
in Personal
0
Ramah Disabilitas

Ramah Disabilitas

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mengenai penyandang disabilitas, teringat saat melakukan perjalanan dari Yogyakarta menuju Solo menggunakan KRL, saya bertemu dengan seorang Ibu. Pagi itu, kondisi di dalam KRL tidak seramai biasanya. Di mana biasanya banyak yang berebut kursi, pagi itu semua mendapatkan kursi untuk duduk.

Tiba-tiba datang tiga pemuda yang saling bergandengan untuk masuk ke dalam KRL. Ketiga pemuda tersebut merupakan orang dengan difabel Netra. Akan tetapi salah satunya adalah low vision, sehingga ialah yang menjadi penunjuk jalan untuk kedua temannya.

Ketiga pemuda tersebut saling bergurau dan terlihat senang sekali saat duduk di kursi KRL. Satu dengan lainnya saling berbisik-bisik dan saling tertawa. Terlihat mereka saling bertukar cerita yang seru dan menikmati perjalanan menuju ke Solo.

Akan tetapi, di samping mereka yang tertawa, terlihat ada seorang ibu yang menangis. Air mata terus mengalir dan terus beliau hapus dari pipinya. Mata dari ibu tersebut selalu menuju ke pemuda penyandang Netra yang berada dekatnya.

Berkali-kali juga ibu tersebut mengelus-elus perutnya. Ibu tersebut bercerita bahwasanya beliau sedang mengandung anak pertamanya. Dan beliau sangat berhati-hati saat bergerak ataupun berjalan, untuk menjaga kandungannya.

Baca Juga:

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja

Mengenal Devotee: Ketika Disabilitas Dijadikan Fetish

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

Pemandangan yang saya lihat tersebut mengarahkan saya pada sebuah pemikiran dan juga pertanyaan. Seorang ibu yang belum mengetahui kondisi anaknya yang di dalam kandungan merasakan seperti itu. Lalu bagaimana ibu yang sudah mempunyai anak difabel?

Stigma Buruk pada Disabilitas

Pikiran dan pertanyaan tersebut mendampingi perjalanan saya. Sehingga mengantarkan saya pada sebuah refleksi juga. Tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa memiliki anak penyandang disabilitas dipandang suatu aib. Tidak sedikit pula ibu yang tidak mengharapkan keberadaan mereka dalam hidupnya.

Suatu kesempatan, saya mengobrol dengan salah satu teman dengan penyandang disabilitas. Dia bercerita bahwasanya beberapa kali mendengarkan perkataan dari ibu-ibu sekitar yang kurang enak untuk kita dengarkan. Perkataan tersebut seperti: “Amit-amit jabang bayi, jangan sampai anak aku seperti dia”. Terdapat pula ibu yang melarang anaknya bermain dengan teman disabilitas, karena dalam pandangannya akan menimbulkan dampak buruk yang menimpa anaknya.

Dengan kejadian-kejadian seperti itu, teman saya tersebut merasa kecewa. Dia mengungkapkan bahwasanya: “Aku dan teman-teman disabilitas lainnya juga manusia. Dan kita bukanlah manusia yang sangat berdosa karena keadaan kita. Dan kita bukanlah orang jahat yang bisa membahayakan siapapun”.

Dia juga mengatakan: “Padahal, sebenarnya saya dan teman-teman disabilitas lainnya kita itu mampu. Akan tetapi, memang ekosistem sekarang belum memadai.”

Jika kita kaitkan dengan realita sekarang, memang ekosistem yang kaitannya dengan disabilitas masih belum berjalan dengan baik.

Seperti contoh nyata tadi, apabila dari seorang ibu yang masih seperti itu, maka akan memberikan dampak negatif juga pada anak-anaknya. Sehingga, banyak anak-anak yang menjauhi dan mem-bully temannya yang disabilitas. Hal ini juga sudah kita rasakan bersama.

Dengan anak-anak yang seperti itu, dan apabila terus terabaikan, maka akan berakar kuat dari generasi ke generasi yang akan datang.

Menciptakan Ekosistem yang Baik

Penyandang disabilitas masih belum punya posisi tawar, terutama di negeri kita ini. Masih banyak stigma negatif, perlakuan diskriminatif, hak atas aksesibilitas yang masih rendah, dan hal lainnya.

Kondisi tersebut membuat mereka yang pada dasarnya dan sebenarnya mereka mampu, tetapi masih terhalang ataupun terhambat dengan hal-hal di atas. Mereka juga memiliki potensi yang layak dan harus terus berkembang.

UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang disabilitas, tertuliskan bahwa penyandang disabilitas memiliki beberapa hak. Tiga hak di antaranya yaitu: hak hidup. hak bebas dari stigma, dan hak aksesibilitas.

Pada pasal 3 berkaitan dengan tujuan pelaksanaan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas. Salah satunya yaitu: memastikan pelaksanaan upaya penghormatan, pemajuan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas untuk mengembangkan diri serta mendayagunakan seluruh kemampuan sesuai bakat dan minat yang dimilikinya untuk menikmati, berperan serta berkontribusi secara optimal, aman, leluasa, dan bermartabat dalam segala aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Akan tetapi pada kenyataannya, para penyandang disabilitas belum mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan.

Teringat juga pesan dari Buya Husein Muhammad dalam Akademi Mubadalah 2025. Beliau berpesan bahwasanya janganlah kita merendahkan siapapun dan apapun. Karena Allah SWT juga tidak pernah merendahkan ketika menciptakan makhlukNya.

Maka dari itu, mari bersama-sama kita ciptakan ekosistem ramah disabilitas yang baik terutama untuk teman-teman digfabel. Apabila belum dapat memenuhi serta meningkatkan aksesibilitas untuk teman-teman penyandang disabilitas, paling tidak mari kita awali dengan pergeseran mindset dari yang negatif pada mindset yang positif, guna menciptakan ekosistem yang baik.

Penyandang disabilitas juga layak untuk hidup yang bermartabat. Dengan ekosistem yang ramah disabilitas, maka mereka akan mampu mengembangkan diri serta potensi yang mereka miliki. []

Tags: AksesibilitasHak DisabilitasInklusi SosialIsu DisabilitasRamah Disabilitas
Putri Nadha

Putri Nadha

Terkait Posts

Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Jadi Perempuan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

14 Juni 2025
Perempuan Berolahraga

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

13 Juni 2025
Humor

Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Penulisan Ulang Sejarah Indonesia: Peminggiran Sejarah Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat
  • Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!
  • Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama
  • Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID