Kamis, 2 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    kerja domestik

    Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    Fiqhul Bina'

    Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    Ekosistem mangrove

    Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    Rumah Tinggal

    Mencari Rumah Tinggal bagi Keluarga Sakinah

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Ibadah

    Difabel Grahita

    Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik dalam Perspektif Mubadalah

    Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

    Akhlak Luhur Nabi

    Meneladani Akhlak Luhur Nabi Muhammad Saw

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    kerja domestik

    Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    Fiqhul Bina'

    Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    Ekosistem mangrove

    Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    Rumah Tinggal

    Mencari Rumah Tinggal bagi Keluarga Sakinah

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Ibadah

    Difabel Grahita

    Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

    Kerja Domestik

    Kerja Domestik dalam Perspektif Mubadalah

    Kehilangan Mama

    Apa Rasanya Kehilangan Mama?

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

    Akhlak Luhur Nabi

    Meneladani Akhlak Luhur Nabi Muhammad Saw

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Membicarakan Sosok Rato Ebu dalam Sejarah Perempuan Madura

Rato Ebu adalah perempuan yang bahkan telah mencapai derajat yang dipandang oleh para sufi sebagai wali.

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
7 Agustus 2025
in Figur, Rekomendasi
0
Sejarah Perempuan Madura

Sejarah Perempuan Madura

2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rato Ebu (atau Ebhu) menjadi simbol kekuatan religiusitas perempuan Madura. Begitu kata Hasanatul Jannah dalam buku Ulama Perempuan Madura. Makam sosok perempuan ini bahkan, tidak hanya sekadar menjadi situs cagar budaya di Sampang, lebih dari itu termasuk makam yang masyarakat Madura keramatkan.

Sejauh penelusuran saya, ada beberapa pandangan, yang bahkan saling bertentangan, perihal sosok Rato Ebu.

Ada yang bilang, Rato Ebu adalah istri dari Pangeran Praseno (Cakraningrat I). Dalam versi ini, sosok Rato Ebu merujuk pada Syarifah Ambami, yang merupakan seorang perempuan keturunan Sunan Giri.

Versi lain justru mengatakan, Rato Ebu adalah ibu dari Pangeran Praseno. Dalam versi ini, sosok Rato Ebu merujuk pada Nyai Ageng Mamah, istri dari penguasa Kerajaan Arosbaya (Madura Barat) yang bernama Raden Koro.

Meski ada perbedaan pandangan sejarah terkait sosok Rato Ebu, namun semua mengarah pada dirinya sebagai leluhur yang orang Madura muliakan dan keramatkan. Sosok perempuan, yang sebagaimana Jannah, menjadi simbol religiusitas perempuan Madura.

Rato Ebu sendiri pada dasarnya bukan nama seorang perempuan. Ini merupakan gelar untuk seorang perempuan. Rato dalam makna lokal berarti raja atau ratu, dan ebu merupakan peringkasan dari ebunda yang berarti ibu. Jadi, Rato Ebu dapat berarti ibu ratu atau ibu raja. Dapat pula berarti raja ibu di mana kata ibu merujuk pada sosok perempuan.

Pengertian yang pertama bermakna seorang perempuan yang menjadi ibu (pendidik) para penguasa Madura. Dan, yang kedua bermakna seorang perempuan yang memiliki peran sebagai penguasa Madura. Dua makna Rato Ebu ini sama-sama memiliki jejak historis dalam sejarah Madura.

Derajat Spiritualitas Rato Ebu

Berbagai sumber sejarah perempuan Madura menggambarkan Syarifah Ambami sebagai sosok perempuan dengan kematangan spiritual yang tinggi. Perempuan yang takwa dan tekun beribadah pada Tuhan-nya. Yang selalu setia pada suaminya. Yang tidak henti zikir dan doanya kepada Allah SWT siang dan malam. Penggambaran ini tidak lepas dari sosoknya, yang menjadi simbol kekuatan religiusitas perempuan Madura.

Banyak cerita menarik tentangnya. Di antaranya, sebagaimana cerita yang Khoirotun Nisa tuliskan dalam artikel berjudul “Pemerintahan Pangeran Cakraningrat I di Sampang Tahun 1624-1648.”

Sewaktu Pangeran Praseno berada di Mataram, Syarifah Ambami sering melakukan halwat berupa tirakat, menahan lapar, dan kantuk. Ia senantiasa berzikir kepada Allah SWT. Cerita ini merupakan penggambaran Rato Ebu sebagai perempuan yang menjaga kesucian dirinya.

Sebagaimana kita tahu, sebab intervensi Sultan Agung atas Madura yang begitu kuat, Pangeran Praseno harus menetap di Mataram, meski statusnya adalah penguasa Madura. Dalam kondisi ini, Rato Ebu digambarkan sebagai perempuan yang menjaga kesucian dirinya sebagai istri Cakraningrat.

Rato Ebu yang senantiasa melakukan tirakat kemudian mengalami mimpi bertemu Nabi Khidir AS. Di kalangan orang-orang sufi, pertemuan dengan Khidir merupakan bagian dari gambaran ketinggian derajat kesufian. Ini berarti, adanya cerita Rato Ebu bermimpi bertemu Nabi Khidir, pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa ia bukan perempuan Muslim biasa.

Rato Ebu adalah perempuan yang bahkan telah mencapai derajat yang oleh para sufi pandang sebagai wali. Derajat kesufian yang tidak semua sufi, baik laki-laki maupun perempuan, mampu mencapainya.

Ibu bagi Generasi Pemimpin Madura

Dalam mimpi itu, Nabi Khidir bertanya perihal keinginan Syarifah Ambami. Ia pun menjawab bahwa, ia ingin Allah SWT memperkenankan anak-anaknya menjadi pemimpin kerajaan sampai tujuh turunan.

Di sini, cerita Rato Ebu bermimpi bertemu Nabi Khidir menjelaskan dirinya sebagai sosok yang mampu membesarkan para pemimpin Madura. Keinginannya bukan pada kemewahan dunia, tapi pada kehidupan yang baik bagi generasi penerusnya. Hal ini menjadikan dirinya memang pantas untuk gelar Rato Ebu, yang secara luas dapat bermakna ibu bagi para raja dan masyarakat Madura.

Jika pendapat umum menjelaskan Raden Praseno sebagai awal lahirnya klan Cakraningrat, yang menjadi penguasa Pulau Madura. Dalam konteks penyiapan generasi selanjutnya, cerita di atas menggambarkan peran penting Rato Ebu. Tanpanya, tidak akan ada sosok Pangeran Undagan (Cakraningrat II), Demang Melakusuma (kakak Cakraningrat II dan ayah dari Trunojoyo), dan generasi-generasi Cakraningrat selanjutnya hingga Cakra Dininggrat.

Dalam hal ini, Rato Ebu adalah ibu bagi para pemimpin Madura. Kelampauannya menjelaskan betapa penting posisi perempuan dalam menyiapkan generasi penerus yang baik.

Peran sebagai Penguasa Madura

Rato Ebu dalam makna perempuan yang punya peran sebagai penguasa Madura, juga menarik untuk kita diskusikan.

Pasca perang Mataram tahun 1624, Sultan Agung dapat kita katakan telah berhasil menguasai Madura. Untuk menjalankan pemerintahan di wilayah ini, penguasa Mataram itu menunjuk Pangeran Praseno sebagai Raja Madura dengan gelar Cakraningrat.

Penunjukan Pangeran Praseno hanya taktik politis Sultan Agung. Penguasa Mataram itu tidak ingin Cakraningrat berlama-lama di Madura. Mungkin takut, jangan-jangan dapat memantik kembali semangat perjuangan masyarakat Madura. Oleh karena itu, Sultan Agung memanggil Cakraningrat untuk tetap berada di ibu kota Mataram.

Pada titik ini, kita menemukan dua narasi sejarah yang berbeda perihal posisi Rato Ebu tatkala Cakraningrat tidak berada di Madura. Ada yang bilang ia larut dalam kesedihan. Versi sejarah lain mengatakan, ia mengambil peran sebagai penguasa menggantikan posisi suaminya yang kosong.

Versi sejarah yang pertama mengatakan bahwa, paman Cakraningrat (Pangeran Sentomerto) yang mendapat amanah untuk menjadi wakilnya selama ia bertugas di Mataram. Lantas, di mana Rato Ebu ketika itu?

Dalam versi ini, sebagaimana Mas Gagah Prama Wibawa dalam “Kepurbakalaan Makam Raja-raja Islam di Arosbaya, Bangkalan, Madura,” Rato Ebu memilih bertapa di Desa Buduran. Ia larut dalam kesedihan. Menjadi pendiam. Meratapi nasib. Hingga, menutup mata di tempat pertapaannya.

Jannah dalam bukunya memberi narasi sejarah yang berbeda. Dalam buku yang fokus membahas ulama perempuan Madura itu, dengan penjelasan yang terbatas, ia memberi interpretasi sejarah yang tidak menjelaskan Rato Ebu sebagai perempuan yang larut dalam kesedihan. Sebaliknya, Rato Ebu mengambil peran Cakraningrat di Madura hingga wafatnya. Ia menjadi perempuan yang mengisi jalannya sejarah penguasa Madura.

Rato Ebu di antara Tafsir Sejarah

Versi sejarah bahwa Rato Ebu menetap dan menjalankan peran Cakraningrat di Madura, merupakan interpretasi historis dengan pendekatan yang tidak meminggirkan peran perempuan. Memang tanpa dukungan data sejarah yang memadai, kita akan sulit menyatakan tafsir sejarah ini sebagai yang lebih benar.

Namun versi yang mengatakan Rato Ebu larut dalam kesedihan hingga wafat, juga tidak sepenuhnya benar. Pandangan itu sangat lekat dengan paradigma yang memandang perempuan sebagai makhluk lemah, yang tidak mampu menjalankan peran sebagai penguasa.

Pandangan itu juga tidak sepenuhnya salah, sebab sebagai manusia yang berstatus istri Cakraningrat, bagaimanapun Rato Ebu punya kesedihan ketika ia tidak bisa bersama suaminya di Madura. Namun begitu, selarut-larutnya Rato Ebu dalam kesedihan, ia adalah istri penguasa Madura.

Perempuan keturunan Sunan Giri, yang diceritakan punya kematangan spiritual yang tinggi. Mengatakan ia hanya terlelap dalam kesedihan hingga wafat dan tanpa berbuat apa-apa, jelas sangat bertentangan dengan penggambaran karakter dirinya.

Rato Ebu boleh jadi sedih mengingat Cakraningrat tertawan di Mataram, dan dalam kesedihan itu ia tetap memiliki peran dalam masyarakat. Peran-peran moral sebagai istri penguasa Madura di tengah masyarakat. Peran-peran yang membuat dirinya terkenang sebagai simbol kekuatan religiusitas perempuan Madura. Bahkan, hingga hari ini, petilasannya masih menjadi simbol keramat bagi masyarakat Madura. []

Tags: HerstoryPenulisan Sejarah PerempuanPerempuan MaduraRato EbuSejarah PerempuanSyarifah Ambami
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Sejarah Ulama Perempuan
Personal

Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan

15 Agustus 2025
Melawan Lupa
Publik

Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

29 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan
Publik

Menguatkan Peran Ibu Nyai Pesantren dengan Penulisan Ulang Sejarah Ulama Perempuan

20 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan
Pernak-pernik

Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

8 Juli 2025
Sejarah Indonesia
Publik

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

27 Juni 2025
Revisi Sejarah
Publik

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Difabel Grahita

    Fikih Inklusif : Meneguhkan Hak Ekonomi Dan Sosial Difabel Grahita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kerja Domestik Laki-Laki dan Perempuan Sama-Sama Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Esensi Beragama, Film PK Mengajarkan Soal Cinta dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Rumah Tinggal bagi Keluarga Sakinah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik
  • Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren
  • Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik
  • Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku
  • Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID