Jumat, 28 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Fahmina

    Marzuki Rais: Fahmina Tumbuh dari Kontrakan, Kuat di Pendidikan, Meluas Lewat Jejaring Asia

    Fahmina

    Marzuki Rais Beberkan Tantangan Advokasi dan Misi Keberagaman Fahmina

    Inklusif

    Peringati Seperempat Abad, Fahmina Kuatkan Gerakan Pendidikan Inklusif

    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

    Fahmina yang

    Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    25 Tahun Fahmina

    Fahmina Akan Gelar Peringatan 25 Tahun, Ini Rangkaian Acaranya

    P2GP

    P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

    P2GP

    Istiqamah di Tengah Penolakan: Perjuangan Panjang KUPI Menghentikan P2GP

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Ishlah

    Ishlah: Solusi Damai untuk Selamatkan Pernikahan

    Ekonomi Guru

    Ekonomi Guru dan Kesejahteraan yang Diimpikan

    Buah Sukun

    Sukun Cikalahang: Ketika Riset Aksi Mengubah Buah yang Diabaikan Jadi Rupiah

    Fiqh al-Murunah

    Disabilitas sebagai Subaltern: Menimbang Fiqh al-Murūnah

    Seni Brai

    Seni Brai: Merawat Warisan Dakwah Sunan Gunung Djati untuk Masa Depan

    Perkawinan Beda Agama

    Perkawinan Beda Agama: Gugatan Baru, Masalah Lama

    Ritual Perempuan Adat

    Kearifan Perempuan Adat: Melestarikan Alam Lewat Ritual dan Kosmologi

    Madrasah Creator KUPI

    Madrasah Creator KUPI, Menulis Biografi Ulama Perempuan dengan Gaya Storyteller

    Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Al-Qur'an

    Al-Qur’an dan Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Fahmina

    Marzuki Rais: Fahmina Tumbuh dari Kontrakan, Kuat di Pendidikan, Meluas Lewat Jejaring Asia

    Fahmina

    Marzuki Rais Beberkan Tantangan Advokasi dan Misi Keberagaman Fahmina

    Inklusif

    Peringati Seperempat Abad, Fahmina Kuatkan Gerakan Pendidikan Inklusif

    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

    Fahmina yang

    Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    25 Tahun Fahmina

    Fahmina Akan Gelar Peringatan 25 Tahun, Ini Rangkaian Acaranya

    P2GP

    P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

    P2GP

    Istiqamah di Tengah Penolakan: Perjuangan Panjang KUPI Menghentikan P2GP

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Ishlah

    Ishlah: Solusi Damai untuk Selamatkan Pernikahan

    Ekonomi Guru

    Ekonomi Guru dan Kesejahteraan yang Diimpikan

    Buah Sukun

    Sukun Cikalahang: Ketika Riset Aksi Mengubah Buah yang Diabaikan Jadi Rupiah

    Fiqh al-Murunah

    Disabilitas sebagai Subaltern: Menimbang Fiqh al-Murūnah

    Seni Brai

    Seni Brai: Merawat Warisan Dakwah Sunan Gunung Djati untuk Masa Depan

    Perkawinan Beda Agama

    Perkawinan Beda Agama: Gugatan Baru, Masalah Lama

    Ritual Perempuan Adat

    Kearifan Perempuan Adat: Melestarikan Alam Lewat Ritual dan Kosmologi

    Madrasah Creator KUPI

    Madrasah Creator KUPI, Menulis Biografi Ulama Perempuan dengan Gaya Storyteller

    Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Al-Qur'an

    Al-Qur’an dan Upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nyai Siti Walidah: Ulama Perempuan Dibalik Perintis Muhammadiyah dalam Bayang Kolonialisme

Perannya tak hanya pemberian gelar, melainkan lewat film biografi, monumen, dan kajian sejarah yang menempatkannya pada peta narasi kebangsaan Indonesia.

Aji Cahyono Aji Cahyono
21 Agustus 2025
in Figur
0
Nyai Siti Walidah

Nyai Siti Walidah

1.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir abad ke-19, Yogyakarta sebagai saksi lahirnya seorang perempuan yang kelak menjadi suara perempuan dalam arus pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Nyai Siti Walidah, yang terkenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Dia bukan sekadar sebagai istri dari tokoh pembaharu; melainkan terkenal pejuang pendidikan dan emansipasi perempuan yang mempunyai peran penting dalam gerakan Aisyiyah serta perkembangan Muhammadiyah.

Kisah hidupnya mengikatkan ranah pribadi, keagamaan dan politik kolonial menjadi satu kesatuan instrumen perjuangan perempuan yang seringkali terpinggirkan dari sejarah besar bangsa. Kauman menjadi saksi awal mula perempuan sebagai aktor dalam panggung pergerakan.

Nyai Siti Walidah, lahir di Yogyakarta, 3 Januari 1872, terkenal sebagai bagian keluarga yang bernuansa Islami yang berkarismatik. Ayahnya bernama Kyai Haji Muhammad Fadlil, terkenal sebagai penghulu Keraton sehingga keluarganya amat kental tradisi keagamaan dan pendidikan Islam bercirikan tradisional.

Pada usia remaja, ia menikah dengan Muhammad Darwis (yang kemudian terkenal bernama KH. Ahmad Dahlan). Pernikahan yang menempatkan di pusat transformasi pemikiran keagamaan Jawa di saat modernisme Islam mulai menyingkapkan bentuk baru dakwah dan organisasi.

Menjadi “Nyai” pada masanya bukan sekadar gelar sosial; melainkan posisi yang memberikan akses pengaruh dalam komunitas muslim setempat. Siti Walidah memanfaatkan status sosial untuk bekerja di ranah pendidikan informal. Mengajar santri laki-laki dan perempuan, terlibat dalam pengelolaan majelis taklim, serta membangun kapasitas perempuan agar tak hanya sekadar menjadi objek ajaran agama, melainkan menjadi subjek yang aktif.

Beberapa catatan sumber Muhammadiyah dan Aisyiyah menegaskan bahwa sejak awal ia terlibat dalam aktivitas organisasi Muhammadiyah, yang mendampingi gagasan pembaharu suaminya.

Aisyiyah: Penyadaran Pendidikan dan Model Kepemimpinan Siti Walidah

Warisan yang konkrit hingga waktu kini adalah Aisyiyah—organisasi perempuan yang tumbuh bagian dari integral gerakan Muhammadiyah. Dalam konteks Jawa kolonial, adanya praktik “pemisahan” gender dan pembatasan akses perempuan terhadap ruang publik masih lekat, pembentukan Aisyiyah membuka jejaring baru bagi perempuan untuk belajar, mengajar, serta mengorganisir kegiatan sosial-keagamaan.

Dalam kepemimpinan Nyai Siti Walidah pada dekade 1920-an, Aisyiyah memfokuskan pada pendidikan anak perempuan dan anak usia dini. Catatan organisasi ini menunjukkan inisiatif pendirian taman kanak-kanak model Froebel. Kemudian berkembang menjadi Bustanul Athfal—inovasi monumental karena menempatkan pendidikan pra-sekolah sebagai bagian dari dakwah sosial-keagamaan.

Menginisiasi sekolah, kursus keterampilan dan pengajian khusus perempuan bukan sekadar program teknis—melainkan strategi melawan dua tekanan besar. Budaya patriarki lokal yang membatasi ruang gerak perempuan dan hegemoni “civilizing mission” kolonial yang berupaya untuk memodernkan orang Indonesia. Yakni dengan model Eropa yang seringkali abai terhadap akar sosial-keagamaan yang lokalitas.

Menempatkan pendidikan sebagai prioritas, Siti Walidah beserta rekan-rekannya mempromosikan kemandirian perempuan. Yakni dengan menempattkan agama sebagai basis legitimasi sekaligus jembatan menuju perbaikan sosial. Hal ini menandakan bahwa historitias menunjukkan bagaimana pembaruan internal menjadi salah satu cara masyarakat lokalitas merespon modernitas sekaligus melawan dominasi kolonial dalam ranah budaya.

Label sebagai “Ibu Muhammadiyah” yang lekat pada Nyai Siti Walidah bukan sekadar penghormatan sentimental. Ia merefleksikan peran multifaset—sebagai pembina keluarga, guru, pembentuk kader perempuan, dan pemimpin organsasi yang mampu menjaga kesinambungan gerakan. Saat tekanan politik kolonial meningkat dan Muhammadiyah berada fase ekspansi—Siti Walidah bukan hanya sebagai pendukung di balik layar, melainkan pembina aktif.

Ia aktif dalam pengorganisiran melalui aksi penggalangan dana, membuka kelas pengajian, serta merangkul perempuan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Keberanian dalam ruang publik—mengemukakan gagasan tentang pendidikan perempuan dalam penggunaan jilbab secara syar’i. Ini menjadi contoh praktik perempuan Muslim modern yang dapat negosiasi tradisi dan modernitas.

Dalam Bayang Kolonialisme dan Warisan Praktis

Kehidupan Nyai “Siti Walidah” berlangsung dalam bayang pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Periode yang penuh dengan sarat kontrol politik, aturan sosial yang diskriminatif serta kampanye “pendidikan” oleh pemerintah kolonial yang tidak sepenuhnya melayani kepentingan masyarakat setempat.

Dengan hadirnya gerakan pendidikan Muhammadiyah-Aisyiyah di bawah kepemimpinan oleh tokoh seperti Ahmad Dahlan dan Siti Walidah mencerminkan bentuk perlawanan lunak terhadap dominasi kolonial. Mengurangi ketergantungan dan menguatkan solidaritas sosial yang berakar pada nilai Islam progresif.

Meskipun strategi tersebut berisiko, aktivitas organisasi berada di bawah pengawasan kolonial dan berhadapan dengan kelompok oposisi konservatif lokal. Aisyah mengambil jalan perjuangan pelayanan—seperti mendirikan sekolah, klinik, dan kegiatan sosial. Kemudian memanfaatkan potensi membangun legitimasi massa dan memperluas basis sosial gerakan pembaruan.

Dengan pekerjaan akar rumput (grass roots), Siti Walidah hadir membantu secara alternatif dalam modifikasi modernitas yang bukan impor, melainkan produk masyarakat yang ingin mengelola sendiri dalam transformasinya.

Dalam warisan praktis yang Nyai Ahmad Dahlan bawakan dalam cara mendefinisikan tentang standar berbusana dan tata cara pendidikan perempuan—bagaimana ia menuliskan pedoman jilbab yang dianggap syar’I pada masanya. Lalu bagaimana Aisyiyah dapat mengadopsi metode Froebel untuk pendidikan anak usia dini.

Langkah-langkah tersebut bukan bersifar eksklusif religius semata; melainkan juga merupakan upaya teknis membangun identitas kolektif perempuan berpendidikan modern namun berakar pada Islam.

Riset terbitan Jurnal Islamica UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Siti Walidah, Gender Equality and Modernist Islamic Women’s Movement in Indonesia: A Critical History” dalam dokumen organisasi maupun riset akademik menunjukkan bahwa tindakan praktis berkontribusi pada meningkatnya tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan formal dan informal Jawa pada paruh pertama abad ke-20.

Pengakuan Nasional, Kritik dan Kompleksitas Warisan dan Relevansi Terkini

Pada 10 November 1971, Siti Walidah terakui secara resmi oleh negara sebagai Pahlawan Nasional. Hal ini beralasan bahwa pengakuan formal tersebut berdasarkan pada peran historis dalam perjuangan sosial-keagamaan dan pendidikan.

Perannya tak hanya pemberian gelar, melainkan lewat film biografi, monumen, dan kajian sejarah yang menempatkannya pada peta narasi kebangsaan Indonesia. Pengakuan semacam ini membingkai ulang perempuan dalam sejarah nasional—dalam rentetan sejarah Indonesia kerap didominasi narasi tokoh laki-laki dan peristiwa perjuangan militer.

Meskipun ia kita kenal sebagai tokoh perempuan emansipasi, warisan dan gagasan Siti Walidah terdapat beragam tafsir. Sejumlah kajian historis modern menyoroti bentuk emansipasi dikembangkan oleh Aisyiyah cenderung terakses oleh perempuan kelas menengah perkotaan—dan kecenderungan terikat pada struktur keluarga patriarkal. Dalil lain memperdebatkan tentang sejauhmana gerakan perempuan seperti Aisyiyah meanntang atau mereproduksi batas-batas gender tertentu.

Kritik di atas bukan sekadar untuk meremehkan kontribusi sejarahnya, melainkan memahami batasan-batasan konteks di mana gerakan itu lahir dan berkembang. Ruang kritik juga membantu generasi sekarang dalam meneruskan tradisi pembaruan dengan sensitivitas sosial yang lebih kompleks dan luas. Diksusi tentang peran perempuan dalam agama dan publik seyogyanya menjadi perhatian penting.

Siti Walidah dapat menawarkan dua pembelajaran menjadi tauladan. Pertama, transformasi sosial yang berkelanjutan jarang lahir dari retorika semata. Ia memerlukan institusi, praktik pendidikan dan kerja kolektif di lapangan. Kedua, sinergi antara tradisi religius dan gagasan modernitas dapat menghasilkan bentuk emansipasi yang berakar dan tahan terhadap tekanan eksternal—baik kolonialisme zaman dulu maupun arus globalisasi hari ini.

Generasi saat ini, dapat mencontoh metodologi historisnya. Membangun kapasitas, menciptakan ruang pembelajaran, dan menyusun strategi perubahan sosial yang bersifat kontekstual. Bukan berarti mengulang persis apa yang dijalankan pada awal abad ke-20, tetapi menelaah bagaimana praktik konkrit seperti sekolah, kursus, majelis—menjadi medium ekspansi akses dan kesetaraan.

Siti Walidah: Sosok Menautkan Dari Masa Ke Masa

Sosok Siti Walidah—hidup dalam bayang-bayang politik kolonial yang terkenal sebagai zaman yang keras, berjuang dengan keterbatasan gender dan tekanan rezim. Tetapi ia mengubah tantangan menjadi gagasan membangun melalui sekolah, organisasi dan jaringan perempuan—hingga berbuah hingga kini.

Keberadaannya mengingatkan kita sebagai generasi pewaris ajaran Nyai Siti Walidah. Mendorong pada perubahan besar yang seringkali bermula dari kerja-kerja kecil yang konsisten. Mengajar satu anak, memimpin satu majelis, mendirikan satu taman kanak-kanak.

Di zama ketika kita masih memerdekakan makna kemerdekaan itu sendiri. Dari akses pendidikan hingga kebebasan beragama, kisah Nyai Ahmad Dahlan memberi pelajaran berharga tentang iman, kecerdasan, dan keberanian bersatu untuk menggugah perubahan sosial. []

Tags: AisiyahIndonesiaMuhammadiyahNyai Siti WalidahPahlawan Perempuansejarahulama perempuan
Aji Cahyono

Aji Cahyono

Direktur Eksekutif Indonesian Coexistence dan Alumni Master Kajian Timur Tengah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Terkait Posts

P2GP
Aktual

P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

21 November 2025
Fatwa KUPI P2GP
Aktual

Fatwa KUPI Jadi Motor Advokasi: UNFPA Puji Tiga Tahun Kerja Ulama Perempuan Menghapus P2GP

20 November 2025
KUPI
Publik

Bagaimana KUPI Mengubah Wajah Islam di Indonesia?

19 November 2025
Ulama Perempuan Rahima
Publik

Dari Rahima, Alimat, hingga Fahmina: Fondasi Kuat Gerakan Ulama Perempuan Indonesia

19 November 2025
para Ulama Perempuan
Publik

KUPI dan Jejak Awal Perjuangan Ulama Perempuan Indonesia

19 November 2025
Peran Pemuda
Publik

Peran Pemuda dalam Merawat Indonesia

17 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ritual Perempuan Adat

    Kearifan Perempuan Adat: Melestarikan Alam Lewat Ritual dan Kosmologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Madrasah Creator KUPI, Menulis Biografi Ulama Perempuan dengan Gaya Storyteller

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkawinan Beda Agama: Gugatan Baru, Masalah Lama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ekonomi Guru dan Kesejahteraan yang Diimpikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni Brai: Merawat Warisan Dakwah Sunan Gunung Djati untuk Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ishlah: Solusi Damai untuk Selamatkan Pernikahan
  • Ekonomi Guru dan Kesejahteraan yang Diimpikan
  • Sukun Cikalahang: Ketika Riset Aksi Mengubah Buah yang Diabaikan Jadi Rupiah
  • Disabilitas sebagai Subaltern: Menimbang Fiqh al-Murūnah
  • Seni Brai: Merawat Warisan Dakwah Sunan Gunung Djati untuk Masa Depan

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID