Mubadalah.id – Para bijak-bestari mengatakan bahwa cara bicara yang baik, teratur, dan santun lahir dari karakter jiwa yang baik. Sebaliknya, cara bicara yang ngawur, sembarangan, dan kasar lahir dari karakter jiwa yang buruk.
Jika kita menginginkan bangsa yang dalam dirinya melekat karakter yang baik, maka ajari dan didiklah anak-anak sejak dini untuk berkata-kata baik, teratur, santun, dan jujur.
Jika hari-hari ini kita senang mengajari dan mendidik orang apalagi anak-anak berkata-kata buruk, mencaci maki, menghasut, berbohong (hoax), menuduh. Apalagi mengafirkan orang, maka dapat diduga—-jika tidak boleh dikatakan pasti–masa depan bangsa akan runtuh.
Itu semua karena pendidikan adalah proses transfer pengetahuan, pembudayaan dan penanaman nilai, karakter, serta norma. Jadi sekarang tergantung kita, terutama pemerintah dan para penanggungjawab pendidikan, akan mengambil langkah dan melakukan yang mana? Memilih yang pertama akan mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan masyarakat dan bangsa. Memilih kedua akan mendatangkan kesengsaraan dan malapetaka sosial.
Beberapa waktu belakangan ini, ada sejumlah penelitian, antara lain oleh the Wahid Institute, Setara Institute, Fahmina Institute dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), tentang intoleransi.
Hate Speech
Semua sepakat menyampaikan bahwa ajaran-ajaran intoleran dan membenci “orang lain” (hate speech) telah masuk dan memengaruhi pikiran banyak mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi dan pelajar sekolah dasar dan menengah.
“Orang lain” berarti “bukan kami”. Ia bisa berarti orang kafir, nonmuslim dan bisa berarti orang-orang muslim yang tidak mengikuti cara pandang keagamaan seperti mereka.
Ajaran-ajaran itu diberikan para dosen dan guru-guru agama (Islam) di Universitas atau sekolah masing-masing dengan cara-cara indoktrinatif. Jika cara pandang intoleran ditanamkan pada usia dini, maka ia
akan melekat dalam diri anak didik dan pada saatnya akan berkembang menjadi sikap dan perilaku manakala telah menjadi dewasa.
Keadaan ini tentu sangat mengkawatirkan bagi masa depan bangsa ini. Ia sangat berpotensi semoga tidak akan menjadi konflik, permusuhan, dan perang antaranak bangsa. Saya kira keadaan ini harus menjadi perhatian serius pemerintah, organisasi keagamaan moderat, dan institusi-institusi sosial-budaya. []
Sumber: Buku Pendar-Pendar Kebijaksanaan karya KH. Husein Muhammad