Rabu, 26 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

    Fahmina yang

    Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    25 Tahun Fahmina

    Fahmina Akan Gelar Peringatan 25 Tahun, Ini Rangkaian Acaranya

    P2GP

    P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

    P2GP

    Istiqamah di Tengah Penolakan: Perjuangan Panjang KUPI Menghentikan P2GP

    Sunat Perempuan

    Membumikan Ijtihad: Langkah KUPI Menghapus Sunat Perempuan dari Ruang Keluarga hingga Negara

    Sunat Perempuan

    Perjuangan KUPI Menghentikan Sunat Perempuan: Dari Musyawarah, Penolakan, hingga Penerimaan Publik

    P2GP

    Prof. Alim: sebagai Bentuk Penolakan terhadap P2GP, Pengalaman Perempuan Harus Ditulis

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    kitab Dha’ul Misbah

    Tradisi Perjodohan: Mengurai Pesan Etika Kiai Hasyim dalam Kitab Dha’ul Misbah

    Tradisi Pesantren

    Fahmina dan Transformasi Tradisi Pesantren

    Guru Hebat

    Guru Hebat, Dari Pahlawan Kemerdekaan Sampai Penjaga Masa Depan Bangsa

    Fiqh al-Murūnah

    Penyandang Disabilitas dan Fiqh al-Murūnah: Ruh Kasih Islam

    Juru Bicara Disabilitas

    Pentingnya Juru Bicara Disabilitas Berperspektif Gender

    Fahmina

    Fahmina: Membuka Ruang Belajar, Menumbuhkan Gerakan

    Kekerasan terhadap Difabel

    Menyoal Kekerasan terhadap Difabel Dengan Paradigma Akal Kultural

    Warkah al-Basyar

    Warkah al-Basyar: Dari Tulisan Menjadi Gerakan Sosial Fahmina

    Fahmina

    Dari Kitab Kuning hingga Warkah al-Basyar: Cerita Panjang Gerakan Fahmina

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    Kekerasan Seksual

    Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

    Fahmina yang

    Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    25 Tahun Fahmina

    Fahmina Akan Gelar Peringatan 25 Tahun, Ini Rangkaian Acaranya

    P2GP

    P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

    P2GP

    Istiqamah di Tengah Penolakan: Perjuangan Panjang KUPI Menghentikan P2GP

    Sunat Perempuan

    Membumikan Ijtihad: Langkah KUPI Menghapus Sunat Perempuan dari Ruang Keluarga hingga Negara

    Sunat Perempuan

    Perjuangan KUPI Menghentikan Sunat Perempuan: Dari Musyawarah, Penolakan, hingga Penerimaan Publik

    P2GP

    Prof. Alim: sebagai Bentuk Penolakan terhadap P2GP, Pengalaman Perempuan Harus Ditulis

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    kitab Dha’ul Misbah

    Tradisi Perjodohan: Mengurai Pesan Etika Kiai Hasyim dalam Kitab Dha’ul Misbah

    Tradisi Pesantren

    Fahmina dan Transformasi Tradisi Pesantren

    Guru Hebat

    Guru Hebat, Dari Pahlawan Kemerdekaan Sampai Penjaga Masa Depan Bangsa

    Fiqh al-Murūnah

    Penyandang Disabilitas dan Fiqh al-Murūnah: Ruh Kasih Islam

    Juru Bicara Disabilitas

    Pentingnya Juru Bicara Disabilitas Berperspektif Gender

    Fahmina

    Fahmina: Membuka Ruang Belajar, Menumbuhkan Gerakan

    Kekerasan terhadap Difabel

    Menyoal Kekerasan terhadap Difabel Dengan Paradigma Akal Kultural

    Warkah al-Basyar

    Warkah al-Basyar: Dari Tulisan Menjadi Gerakan Sosial Fahmina

    Fahmina

    Dari Kitab Kuning hingga Warkah al-Basyar: Cerita Panjang Gerakan Fahmina

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Tafsir Tepuk Sakinah: Inspirasi Kesalingan dari Al-Qur’an

Secara tidak langsung melalui tepuk sakinah ini mendorong lebih banyak orang untuk belajar tentang konsep kesalingan dalam pernikahan

Kholifah Rahmawati Kholifah Rahmawati
11 Oktober 2025
in Keluarga
0
Tafsir Tepuk Sakinah

Tafsir Tepuk Sakinah

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini media sosial sedang ramai dengan trend parodi tepuk sakinah yang di populerkan dalam Program Bimbingan Perkawinan (BIMWIN) Kementerian Agama.

Meskipun sebagian orang menganggapnya konyol karena irama dan gerakanya terkesan kekanak-kanakan, namun berkat keviralannya masyarakat mulai mengenal lima pilar rumah tangga Islam yang terangkum di dalam nya.

Kelima pilar tersebut adalah zawaj, mitsaqan ghalizan, mu‘asyarah bil ma‘ruf, musyawarah, dan taradhin, yang semuanya memiliki landasan hukum dan filosofis yang kuat dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam.

Memaknai Kata Sakinah

Seperti namanya, tafsir tepuk sakinah ini mengambil inspirasi dari satu ayat Al-Qur’an yang sangat terkenal yaitu QS. Ar-Rum ayat 21. Saking masyurnya, ayat ini sering kita temukan dalam khutbah-khutbah pernikahan, bahkan tercetak pada undangan-undangan yang kita terima.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ 

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

Ayat di atas menyebutkan bahwa salah satu tujuan penciptaan pasangan dari jenisnya sendiri (manusia) adalah agar muncul keadaan sakinah (litaskunu). Dalam bahasa Arab sakinah berasal dari akar kata “sakana” yang berarti diam atau tenang setelah sebelumnya ada goncangan. Dalam Al-Qur’an kata tersebut merujuk pada dua makna. Yang pertama adalah sebuah keadaan yang tenang, damai dan terhindar dari ketakutan. Sedangkan makna kedua merujuk pada tempat tinggal. 

Merujuk pada makna yang pertama, menurut Abu Laits Samarqandi, sakinah lebih dari ketenangan secara fisik namun juga psikologis. Yaitu ketika hati dan jiwa pasangan suami istri merasa tenang dan damai saat bersama. Hal ini terjadi karena pernikahan menyediakan tempat berlindung yang aman dan penuh kasih sayang, di mana mereka dapat saling menguatkan dan menemukan ketentraman dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.   

Perumpamaan yang digunakan dalam tafsir Bahrul Ulum tersebut adalah seorang pria yang berkelana ke berbagai tempat. Ketika dia jauh dari rumah dan keluarganya, hatinya tidak akan tenang. Namun ketika kembali dia akan merasa aman dan damai.

Perumpamaan ini merujuk pada makna kedua, di mana sakinah berarti tempat tinggal. Sakinah menjadikan pasangan seperti halnya sebuah rumah, tempat berpulang bagi jiwa yang gelisah, di mana seseorang dapat menemukan ketenangan dan kedamaian sejati.

Fitrah untuk berpasangan

Dalam QS. Az-Zariyat ayat 49, menyebutkan bahwa “segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan”. Dalam sudut pandang tauhid, berpasangan merupakan karakteristik dari makhluk, karena yang berdiri sendiri hanya Dia yang Maha Esa. Begitu pula pada konteks laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan masing-masing dipandang sebagai hakikat yang satu.  Iniliah sebabnya suami disebut sebagai zauj dan istri juga disebut sebagai zauj, yang artinya bahwa seorang itu pasangan bagi yang lainnya.

Berpasangan (zawaj) merupakan salah satu pilar rumah tangga yang disebut dalam lirik tepuk sakinah. Kata zawaj sendiri dalam kajian tafsir Al-Qur’an, menjadi salah satu topik perdebatan terkait isu gender. Misalnya pada QS. Ar-Rum ayat 21 di atas. Kata “azwaj” merupakan bentuk jamak yang dimaknai sebagai “istri. Sehingga penafsiran yang muncul yaitu ‘laki-laki akan merasa tentram (sakina) kepada Istrinya’.

Menurut Quraish Shihab pemaknaan ini kurang tepat, sebab dalam kaidah bahasa Arab, setiap kata jamak merupakan kata feminin. Sehingga pada ayat tersebut makna “azwaj” netral gender (bisa suami atau istri). Maka, penafsiranya menjadi ‘rasa tentram (sakinah) merupakan kecenderungan dari kedua pihak.’ Laki-laki merasa tentram dengan istrinya, begitu pula istri merasa tentram kepada suaminya. (Tafsir Al-Misbah)

Ikatan yang Kokoh (Mitsaqan Ghalizan)

Masih bertolak pada QS. Ar-Rum ayat 21, disebutkan bahwa berpasangan adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Sebagaimana fitrah laki-laki dan perempuan untuk berpasangan, maka menjadi suatu keniscayaan bahwa mereka akan tertarik satu sama lain. Dalam hal ini, Islam mengharuskan penyaluran fitrah tersebut melalui jalan pernikahan.

Al-Qur’an menjawabnya melalui QS. An-Nisa ayat 21. Ayat ini mengistilahkan hubungan pernikahan antara suami dan istri sebagai “Mitsaqan Ghalizan” yaitu sebuah janji atau ikatan yang kokoh. Persis seperti point kedua dalam lirik Tepuk Sakinah. Selain berimplikasi pada tanggungjawab yang serius antara kedua belah pihak. Janji kokoh juga meniscayakan adanya perlindungan terhadap pihak yang terikat. 

Perlindungan ini tidak akan ada jika hubungan keduanya tidak terikat dengan pernikahan. Oleh karena itu, pernikahan menjadi satu institusi yang menyediakan seperangkat aturan guna menjamin hak-hak anggotanya (suami-istri).

Pada QS. An-Nisa ayat 21 misalnya, terdapat perlindungan pada hak seorang istri, ketika terjadi perceraian. Menurut hemat penulis, Islam telah berusaha menghadirkan perlindungan bagi pihak-pihak yang lemah (dalam konteks ini perempuan) melalui syariat pernikahan

Saling Cinta

Dalam QS. Ar-Rum ayat 21, saling cinta diwakili dengan kata “mawaddah”dan “rahmah”, padahal dalam Bahasa Arab kata mahabbah lebih sering digunakan untuk ungkapan cinta. Mengapa demikian? Ini sangat berkaitan dengan filosofis cinta dalam pernikahan, di mana setiap kata mewakili level cinta yang berbeda.

Mahabbah yang berasal dari kata hubb hanya mewakili cinta secara umum. Bisa berupa cinta pada sesama manusia, hewan bahkan benda. ia bersifat searah dan tidak seimbang. Hubb bahkan lebih sering digunakan pada konteks negatif seperti “hubbud dunya” “hubbu syahwat”.

Hubb juga bisa muncul dalam relasi laki-laki dan perempuan, dan biasanya hanya bertahan di awal saja, seperti pasangan muda yang sedang kasmaran. Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak menggunakan kata mahabbah dalam konteks pernikahan.

Mawaddah adalah rasa cinta yang setara dan selaras, ia muncul ketika pasangan saling memberi dan menerima, membangun kecocokan, serta mewujudkan keharmonisan. Ia juga termanifestasi dalam tindakan nyata dan oprasional. Mawadah menekankan kesalingan di dalamnya, di mana kedua belah pihak sama-sama saling memberi dan menerima cinta, serta mewujudkanya dalam tindakan nyata.

Adapun tingkatan tertinggi dalam mencintai adalah “Rahmah”. Rahmah adalah cinta yang murni, tidak menuntut balas. Ia muncul karena rasa kasihan melihat kekurangan atau ketidakberdayaan seseorang. Rahmah memang sangat dekat dengan rasa kasihan. Namun rahmah merupakan bentuk cinta yang paling murni. Seperti kasih sayang Tuhan kepada hambanya. 

Maka tidak heran ketika Buya Hamka pernah berkata: “Cinta paling indah itu adalah cinta yang melalui pintu kasihan” Analoginya adalah, orang yang merasa kasihan tidak akan menuntut balasan, apalagi sampai berpikir menyakiti orang yang dikasihani. Dia tulus memberikan cintanya tanpa syarat.

Rahmah merupakan tingkatan  cinta tertinggi yang dalam ayat tersebut akan diberikan ketika sudah berhasil melalui keadaan sakinah dan tingkatan mawadah. Dengan rahmah, saat kita melihat kekurangan pada pasangan, maka yang terlintas adalah dorongan untuk memaafkan, mengasihi, dan menutupi kekurangannya.

Saling Hormat, Saling Ridla

Dalam QS. An-Nisa 19 terdapat perintah untuk bergaul serta berperilaku yang patut terhadap pasangan “wa ‘āsyirūhunna bil ma’rūf” ayat ini menjadi landasan dari prinsip, mu‘asyarah bil ma‘ruf dalam pernikahan. Dalam lirik tepuk sakinah prinsip ini bisa terwakili dengan kata “saling hormat, dan saling ridho.

Jika selama ini kita mendengar bahwa istri berkewajiban untuk menghormati dan mencari ridho suami, maka dalam konsep mu‘asyarah bil ma‘ruf, hal tersebut juga harus dilakukan suami terhadap istrinya.  Ibnu Katsir memberikan penjelasan terkait ayat tersebut “Sebagaimana kalian pun menyukai hal tersebut dari mereka, maka lakukan olehmu hal yang semisal terhadap mereka”.

Konsep mu‘asyarah bil ma‘ruf  menekankan adanya kesalingan bagi kedua belah pihak. Saat seorang suami menginginkan agar istri menghormatinya. Misal dengan tidak meninggikan suaranya, maka suami juga harus bertutur kata yang baik kepadanya. Atau jika suami menginginkan agar istri meninggalkan hal-hal yang tidak diridhoi (dikehendaki). Maka semestinya ia juga menghindari hal-hal yang tidak istrinya sukai. Prinsipnya adalah “perlakukanlah pasanganmu sebagaimana kamu ingin diperlakukan”.

Saling jaga

Al-Qur’an menyajikan perumpamaan yang sangat indah untuk mengambarkan pentingnya kesalingan antara suami-istri. Hunna libâsul lakum wa antum libâsul lahunn yang termuat dalam QS. Al-Baqarah ayat 187. Suami-istri diumpamakan seperti pakaian yang melindungi dan mejaga satu sama lain. 

Dalam tafsirnya Quraish Shihab menjelaskan bahwa, seperti halnya pakaian yang menutupi aurat, begitu pula suami istri haruslah menutupi kekurangan masing-masing. Sebagaimana pakaian melindungi dari panas dan dingin, begitu pula suami istri harus saling melindungi dari berbagai permasalahan dan krisis hidup. Saat pakaian berfungsi sebagai perhiasan, maka begitu pula pasangan suami dan istri menambah keindahan satu sama lain.

Demikianlah berbagai prinsip kesalingan dalam rumah tangga yang bersumber dari Al-Qur’an. Kelima pilar berumah tangga tersebut sebenarnya sudah disampaikan dalam program bimbingan pernikahan. Namun mengingat penjabaran konsep dan filosofinya yang terlalu panjang, tepuk sakinah bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengingatnya. 

Jadi, menurut hemat penulis terlepas dari nada maupun gerakannya yang terkesan kekanak-kanakan, viralnya tepuk sakinah setidaknya membawa dua dampak. Pertama, membantu calon pengantin mengingat poit-poit penting dalam bimbingan pernikahan. Kedua, mendorong lebih banyak orang tau, penasaran kemudian mencari tahu makna di balik tepuk sakinah. Secara tidak langsung tepuk ini mendorong lebih banyak orang untuk belajar tentang konsep kesalingan dalam pernikahan. []

 

 

 

Tags: Bimbingan PerkawinanistriKementerian AgamaPilar PerkawinanRelasisuamiTafsir Tepuk Sakinah
Kholifah Rahmawati

Kholifah Rahmawati

Alumni UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan dan Mahasiswa di UIN Sunan Kalijga Yogyakarta. Peserta Akademi Mubadalah Muda 2023. Bisa disapa melalui instagram @kholifahrahma3

Terkait Posts

kitab Dha’ul Misbah
Keluarga

Tradisi Perjodohan: Mengurai Pesan Etika Kiai Hasyim dalam Kitab Dha’ul Misbah

25 November 2025
Akad Nikah
Kolom

Tadarus Subuh ke 170: Menuju Akad Nikah yang Efektif

24 November 2025
KUHP
Publik

Kohabitasi dalam KUHP Baru: Antara Privasi, Norma Sosial dan Etika Keagamaan

22 November 2025
Suami Memukul Istri yang
Keluarga

Benarkah Al-Qur’an Membolehkan Suami Memukul Istri?

22 November 2025
Relasi Suami Istri
Uncategorized

Teladan Nabi dalam Membangun Relasi Suami Istri yang Adil dan Penuh Kasih

22 November 2025
Nikah Sirri
Publik

Sudahi Nikah Sirri

21 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Demokrasi

    Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tradisi Perjodohan: Mengurai Pesan Etika Kiai Hasyim dalam Kitab Dha’ul Misbah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Guru Hebat, Dari Pahlawan Kemerdekaan Sampai Penjaga Masa Depan Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fahmina Luncurkan Buku “Bergerak untuk Peradaban Berkeadilan” di Harlah ke-25

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fahmina dan Transformasi Tradisi Pesantren

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tradisi Perjodohan: Mengurai Pesan Etika Kiai Hasyim dalam Kitab Dha’ul Misbah
  • Fahmina dan Transformasi Tradisi Pesantren
  • Guru Hebat, Dari Pahlawan Kemerdekaan Sampai Penjaga Masa Depan Bangsa
  • Kelas Diskusi Islam & Demokrasi Fahmina Soroti Rapuhnya Demokrasi dan Pengalaman Diskriminasi Kelompok Minoritas
  • Kelas Diskusi Islam dan Gender Fahmina Ungkap Masalah Laten Kekerasan Seksual dan Perkawinan Anak

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID