Mubadalah.id – Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 2025, Majlis Ta’lim Alhidayah menggelar Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar bertema “Menjadi Jurnalis Santri: Menjelajah Ragam Perspektif dan Gaya Tulisan”, pada Minggu, 12 Oktober 2025, di lantai dua Majelis Taklim Alhidayah. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan santri dari berbagai kalangan.
Pengasuh Majlis Ta’lim Alhidayah, Ahmad Muntaha, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju peringatan Hari Santri Nasional. Ia berharap kegiatan ini menjadi langkah awal bagi para santri untuk mengasah keterampilan menulis.
“Alhamdulillah, pada pagi yang bahagia ini kita berkumpul dalam rangkaian kedua menjelang Hari Santri Nasional 2025. Tema kali ini adalah Jurnalistik Dasar. Harapannya, teman-teman santri bisa belajar menulis dan mulai menjadi jurnalis santri,” ujar Ahmad Muntaha.
Ia menambahkan, pengurus Majelis Taklim Alhidayah berterima kasih kepada panitia dari Ikatan Remaja Masjid (Irmas) yang telah membantu menyiapkan tempat dan kebutuhan kegiatan.
Sementara itu, Fachrul Misbahudin dari Redaksi Mubadalah.id yang hadir sebagai pemateri menjelaskan bahwa jurnalistik merupakan seni dan teknik dalam mengumpulkan, mengolah, serta menyebarkan informasi kepada publik.
Menurutnya, santri memiliki potensi besar dalam dunia penulisan karena terbiasa mempelajari nilai, etika, dan kearifan lokal yang bisa diangkat dalam berbagai karya tulis.
“Santri memiliki banyak kesempatan untuk menyebarkan informasi, mulai dari lingkungan terdekat. Misalnya, kegiatan peringatan Hari Santri Nasional yang bisa mereka catat dalam bentuk tulisan berita,” ujar Fachrul.
Dakwah di Era Digital
Ia menegaskan bahwa kemampuan menulis bagi santri sangat penting karena tulisan adalah sarana dakwah yang relevan di era digital. Melalui tulisan, santri dapat menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, menyebarkan tradisi kearifan lokal dan membela yang lemah. Serta menyuarakan pandangan yang lebih berkeadilan.
“Menulis itu bagian dari dakwah. Kalau dulu dakwah dilakukan lewat mimbar, sekarang juga bisa lewat tulisan. Dengan menulis berita, santri bisa menunjukkan bahwa Islam yang damai dan berkeadilan,” jelasnya.
Fachrul menambahkan, pelatihan ini dapat menjadi titik awal bagi lahirnya jurnalis santri yang mampu menulis dengan beragam aktivitas santri yang akurat.
Menurutnya, kehadiran jurnalis-santri penting untuk memperkaya perspektif media dengan sudut pandang pesantren yang moderat dan menyejukkan.
“Harapannya, setelah pelatihan ini para santri tidak hanya bisa menulis. Tetapi juga bisa menjadi jurnalis yang membawa nilai-nilai pesantren dalam setiap karya jurnalistiknya,” ujar Fachrul.
Ia berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan semangat literasi dan menulis di kalangan santri. Sekaligus memperkuat peran pesantren dalam membangun ekosistem informasi yang sehat dan beretika. []